Pembaca yang budiman, pada edisi yang lalu kita sudah sedikit mengupas firman Allah tabaraka wata’ala dalam penggalan terakhir dari surat An Nisa ayat 116, yang berbunyi,
وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا
“Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.(Qs.an Nisa : 116). Kita telah mengetahui komentar beberapa ahli tafsir –seperti al Hafizh ibnu Katsir, al Hafizh ibnu Jarir dan al Imam al Baghawi – dalam menafsirkan ayat yang mulia ini. Yang intinya adalah orang yang melakukan kesyirikan, ia telah menempuh jalan yang salah yang merupakan jalan syaithan , oleh kenanya ia telah sesat dari petunjuk sehingga ia pun merugi karena telah diharamkan dari semua kebaikan. Semoga Allah melindungi kita dari hal demikian.
Adapun bahasan kita kali ini, kita akan menyebutkan firman Allah ta’ala yang lain yang menunjukkan kepada kita tentang dosa syirik yang berbahaya ini. Allah tabaraka wata’ala berfirman,
حُنَفَاءَ لِلَّهِ غَيْرَ مُشْرِكِينَ بِهِ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيحُ فِي مَكَانٍ سَحِيقٍ
“Dengan ikhlas kepada Allah, tidak mempersekutukan sesuatu dengan Dia. Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.” ( Qs.al Hajj : 31)
al Hafizh ibnu Katsir – semoga Allah merahmati beliau- mengatakan,
Allah ta’ala membuat permisalan bagi orang-orang musyrik dalam hal kesesatannya, kebinasaannya, dan jauhnya dirinya dari petunjuk, seraya berfirman,
{ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاءِ }
( Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit.
{ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ } ،
( disambar lalu dipotong-potong oleh burung ( di udara )
{ أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيحُ فِي مَكَانٍ سَحِيقٍ }
, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh
Yakni : jarak yang sangat jauh lagi membinasakan bagi siapa yang diterbangkan ke tempat tersebut.
Oleh kerena ini, disebutkan dalam hadis al Barra bin Azib ,
“إن الكافر إذا توفته ملائكة الموت، وصعدوا بروحه إلى السماء، فلا تفتح له أبواب السماء، بل تطرح روحه طرحا من هناك”.
Sesungguhnya orang kafir, jika Malaikat maut mematikannya, dan mereka membawa naik ruhnya ke langit, maka tak satu pun pintu langit dibukakan baginya. Bahkan, ruh orang kafir tersebut dilemparkan begitu saja dari sana.
Dan Allah telah membuat permisalan bagi orang-orang musyrik dengan permisalan yang lain dalam Surat al An’am, yaitu firman-Nya,
قُلْ أَنَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُنَا وَلَا يَضُرُّنَا وَنُرَدُّ عَلَى أَعْقَابِنَا بَعْدَ إِذْ هَدَانَا اللَّهُ كَالَّذِي اسْتَهْوَتْهُ الشَّيَاطِينُ فِي الْأَرْضِ حَيْرَانَ لَهُ أَصْحَابٌ يَدْعُونَهُ إِلَى الْهُدَى ائْتِنَا قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَأُمِرْنَا لِنُسْلِمَ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ
“Katakanlah: “Apakah kita akan menyeru selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan kemanfaatan kepada kita dan tidak (pula) mendatangkan kemudharatan kepada kita dan (apakah) kita akan kembali ke belakang(Maksudnya: syirik-ed), sesudah Allah memberi petunjuk kepada kita, seperti orang yang telah disesatkan oleh syaitan di pesawangan yang menakutkan; dalam keadaan bingung, dia mempunyai kawan-kawan yang memanggilnya kepada jalan yang lurus (dengan mengatakan): “Marilah ikuti kami.” Katakanlah:”Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (yang sebenarnya) petunjuk; dan kita disuruh agar menyerahkan diri kepada Tuhan semesta alam,” ( Qs.al An’am : 71).Allahu a’lam(Abu Umair)
Sumber : Tafsir al Qur’an al ‘Azhim, Abu al Fida Ismail bin Umar bin Katsir al Qurosyi ad Dimasyqi(700-774h), tahqiq : Sami bin Muhammad Salamah, Pen : Daar at Thoyyibah, Cet.1999 H / 1420 H
Artikel : www.hisbah.net
Gabung Juga Menjadi Fans Kami Di Facebook Hisbah.net | Dakwah Al-Hisbah | Hisbah.Or.Id