Dosa Syirik (2)

Pembaca yang budiman, pada edisi yang lalu, kita sudah sedikit membahas firman Allah tabaraka wata’ala, di dalam surat an Nisa ayat 48, yang mana Allah tabaraka wata’ala menjelaskan kepada kita bahwa dosa syirik tidak diampuni olehNya. Hal ini jika si pelaku belum bertaubat dari perbuatannya tersebut selama hidupnya. Jika ia bertaubat niscaya Allah akan memberi ampunan kepadanya, sebagaimana firmanNya,

إِلَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

“kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” ( Qs. Al Furqan : 70 ). Meski demikian, tidak berarti bahwa tidak mengapa Anda  melakukan syirik dengan alasan toh nanti Allah mengampuni dosa Anda tersebut jika Anda bertaubat. Pertanyaannya, “ apakah Anda yakin bahwa Anda berkesempatan untuk bertaubat sementara urusan hidup dan mati Anda tidak tahu,  yang tahu hanya Allah saja, bukankah Allah berfirman,

وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

“Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati (Qs.Luqman : 34)

Bagaimana jika ternyata, Anda melakukan kesyirikan kemudian Anda meninggal dunia dan Anda belum bertaubat dari perbuatan syirik tersebut ? jika demikian, sungguh Anda celaka.

Pembaca yang budiman, adapun edisi kali ini kita akan sedikit mengupas firman Allah tabaraka wata’ala dalam penggalan terakhir dari surat An Nisa ayat 116, yang berbunyi,

وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا

“Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.”(Qs.an Nisa : 116)

Al Hafizh Ibnu Katsir – semoga Allah merahmatinya- mengatakan, “ sungguh orang yang berbuat syirik tersebut telah menempuh jalan selain jalan yang benar dan ia telah sesat dari petunjuk dan jauh dari kebenaran. Ia telah membinasakan dan membahayakan dirinya sendiri dalam kehidupan dunia dan akhirat. Maka, ia pun telah kehilangan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Al Hafizh ibnu Jarir-semoga Allah merahmatinya- berkata, “ dan barangsiapa yang menjadikan bagi Allah sekutu dalam beribadah kepadaNya, maka sungguh ia telah berpaling dari jalan yang benar sedemikian jauhnya. Hal itu disebabkan karena perbuatan menyekutukan Allah dalam peribadatannya sungguh ia telah mentaati syaithan dan menempuh jalannya, ia telah meninggalkan ketaatan kepada Allah dan jalan Agama-Nya. Maka itulah kesesatan yang amat jauh dan kerugian yang nyata.

Imam al Baghawi – semoga Allah merahmatinya- mengatakan, “ orang yang melakukan perbuatan syirik ia telah pergi dari jalan (yang lurus-ed) dan ia diharamkan dari semua kebaikan. Allahu a’lam. Semoga. Semoga Allah melindungi kita. Amin (Abu Umair)

Sumber :

  1. Tafsir al Qur’an al ‘Azhim, Abu al Fida Ismail bin Umar bin Katsir al Qurosyi ad Dimasyqi(700-774h), tahqiq : Sami bin Muhammad Salamah, Pen : Daar at Thoyyibah, Cet.1999 H / 1420 H
  2. Jami’ al Bayaan Fii Ta’wiil al Qur’an, Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin Gholib al Aamiliy, Abu Ja’far ath Thobariy (224-310 H), Tahqiq : Ahmad Muhammad Syakir, Pen : Muassasah Ar Risalah, Cet.I, Th.2000 M / 1420 H.
  3. Ma’alim at Tanziil, Mahyu as Sunnah Abu Muhammad al Husain bin Mas’ud al Baghowi(wafat : 516 H), Tahqiq : Muhammad Abdulloh an Namr dkk, Pen : Daar Thoyyibah, Cet.IV,Th. 1417 H/1997 M.

Artikel : www.hisbah.net

Gabung Juga Menjadi Fans Kami Di Facebook Hisbah.net | Dakwah Al-Hisbah | Hisbah.Or.Id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *