Pembaca yang budiman, pada edisi yang lalu, kita sudah sedikit membahas firman Allah tabaraka wata’ala, di dalam surat an Nisa ayat 36, yang mana Allah tabaraka wata’ala melarang kita dari menyekutukannya. Karena, jika kita menyekutukannya maka berarti kita telah melakukan kezhaliman kepadaNya karena haknya kita rampas dan kita berikan kepada yang lainNya. Adapun edisi kali ini, marilah kita memahami firman Allah tabaraka wata’ala dalan Surat An Nisa ayat 48. Allah berfirman,

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS an Nisa: 48).

Allah azza wajalla memberitakan kepada kita dalam ayat ini, tentang salah satu dosa besar yang sangat berbahaya bagi pelakunya karena ketidakadaan ampunan bagi orang yang melakukannya. Semoga Allah melindungi kita dari terjerumus ke dalamnya. Syaikh Muhammad al Amin bin Muhammad bin Muhammad al Mukhtar bin Abdul Qodir al Janki asy Syanqithi (wafat : 1393) mengatakan di dalam kitabnya Adhwaul bayan Fii Idhohi al Qur’an bi alQur’an, Allah ta’ala menyebutkan di dalam ayat yang mulia ini bahwa Dia tidak mengampuni (dosa) penyekutuan terhadapnya dan bahwa Dia mengampuni (dosa) selainnya bagi orang yang Dia kehendaki, serta bahwa barangsiapa yang menyekutukan sesuatu denganNya sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.  Dan Dia menyebutkan di tempat lain bahwa kondisi bahwa Dia tidak akan mengampuni dosa menyekutukannya tersebut jika si pelaku belum bertaubat dari perbuatannya tersebut. Jika ia bertaubat niscaya Allah akan member ampunan kepadanya, seperti firmanNya,

إِلَّا مَنْ تَاب وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

“kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” ( Qs. Al Furqan : 70 ), sesungguhnya itstitsna ( pengecualian, pada إِلَّا  ) kembali kepada firmanNya,

وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ وَلَا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُونَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَامًا

“Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya).” ( Qs. Al Furqon : 68), dan apa yang diathofkan kepadanya ; karena makna menyeluruh terkumpul dalam firmanNya,

وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَامًا

(barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), dan firmanNya,

قُلْ لِلَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ يَنْتَهُوا يُغْفَرْ لَهُمْ مَا قَدْ سَلَفَ

“Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu: “Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu …” ( Qs.al Anfal : 38),  dan Allah menyebutkan di tempat lain, bahwa barangsiapa yang menyekutukan Allah sungguh telah sesat dengan kesesatan yang sangat jauh dari kebenaran, dan hal tersebut firmanNya di dalam surat yang mulia ini juga :

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا

Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.(Qs.an Nisa : 116) Allahu a’lam. Bersambung, insyaa Allah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *