Shalat Tathawwu’ sah dilakukan dengan duduk meski mampu berdiri. Imam an Nawawi رَحِمَهُ اللهُ menyatakan, “Demikianlah ijma’ (kesepakatan) para ulama.”
Demikian pula sah menjalankan sebagian shalat tathawwu’ dengan berdiri dan sebagian lagi dengan duduk. Adapun shalat wajib, maka berdiri adalah rukun di dalamnya. Orang yang tidak berdiri padahal ia mampu, shalatnya batal.
Telah diriwayatkan beberapa hadis shahih tentang hal itu. Dalam hadis Aisyah رَضِيَ اللهُ عَنْهَا tentang shalat Nabi ﷺ pada waktu malam, Aisyah bercerita “… dan beliau biasa shalat malam sembilan rakaat sudah termasuk di antaranya shalat witir. Beliau shalat malam panjang sekali dengan berdiri, namun di malam lain beliau shalat lama sekali dengan duduk. Bila beliau shalat berdiri beliau akan rukuk dan sujud seperti shalat orang yang berdiri. Dan bila beliau shalat dengan duduk, maka beliau juga rukuk dan sujud dalam keadaan duduk…(HR. Muslim)
Diriwayatkan juga dari ‘Aisyah رَضِيَ اللهُ عَنْهَا bahwa ia bercerita, “Aku belum pernah melihat Rasulullah ﷺ membaca ayat pada shalat malam dalam keadaan duduk. Baru ketika beliau sudah tua, beliau membaca ayat sambil duduk. Bila tinggal tersisa tiga puluh ayat atau empat puluh ayat lagi, beliau berdiri kemudian ruku’ (HR. al Bukhari dan Muslim)
Dari Hafshah رَضِيَ اللهُ عَنْهَا diriwayatkan bahwa ia menceritakan, “Aku pernah melihat Rasulullah ﷺ shalat dan membaca dzikirnya sambil duduk. Baru satu tahun sebelum wafatnya, beliau shalat dan membaca bacaannya dalam keadaan duduk. Beliau biasanya membaca satu surat dengan tartil sehingga menjadi panjang sekali (HR. Muslim)
Shalat seorang muslim sambil berdiri itu lebih utama bila ia mampu, berdasarkan hadis Abdullah bin Umar رَضِيَ اللهُ عَنْهُ yang berderajat marfu’ :
صَلَاةُ الرَّجُلِ قَاعِدًا نِصْفُ الصَّلَاةِ
“Shalat seseorang dengan duduk adalah setengah dari shalat biasa” (HR. Muslim)
Demikian juga berdasarkan hadis Imran bin Hushain رَضِيَ اللهُ عَنْهُ diriwayatkan bahwa ia berkata, “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah ﷺ tentang shalat seseorang sambil berdiri, maka beliau` bersabda, “Barangsiapa shalat sambil duduk, maka ia mendapatkan pahala setengah dari shalat orang yang berdiri (HR. Al Bukhari)
Orang yang shalat sambil duduk, dianjurkan untuk melakukannya dengan bersila di tempat ia berdiri, berdasarkan hadis ‘Aisyah bahwa ia pernah menceritakan,”Aku pernah melihat Rasulullah ﷺ shalat sambil bersila (HR. An Nasai, al Hakim dan Ibnu Khuzaemzah)
Ibnul Qayyim رَحِمَهُ اللهُ menyatakan,”Shalat malam yang dilakukan Rasulullah ﷺ ada tiga macam : Yang pertama, dan itu yang kebanyakan beliau lakukan adalah dengan berdiri. Yang kedua sambil duduk, dan melakukan ruku’ juga sambil duduk. Yang ketiga, membaca bacaan dengan duduk. Bila bacaannya tinggal sedikit, beliau berdiri dan ruku’ dengan berdiri. Ketiga cara tersebut diriwayatkan dengan shahih dari Rasulullah ﷺ (Lihat, Zaadul Ma’ad, 1/331)
Penulis pernah mendengar Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Bazz رَحِمَهُ اللهُ menyatakan, “Shalat yang dilakukan Nabi pada malam hari ada empat cara, yang merupakan gabungan dari berbagai riwayat dari ‘Aisyah رَضِيَ اللهُ عَنْهَا :
- Shalat berdiri dan ruku’ sambil berdiri.
- Shalat sambil duduk, kemudian ketika bacaan tinggal kira kira tiga puluh atau empat puluh ayat, berdiri meneruskan bacaan lalu ruku’.
- Shalat sambil duduk, kemudian setelah usai bacaan langsung berdiri lalu ruku’.
- Shalat sambil duduk dan ruku’ pun sambil duduk.
Wallahu A’lam
Sumber :
Shalatu at Tathawwu’, Mafhum Wa Fadha il Wa Aqsam Wa Anwa’ Wa Aadaab Fii Dhau I al Kitabi Wa As Sunnah, Dr. Said bin Ali bin Wahf al Qahthani
Amar Abdullah bin Syakir
Artikel: www.hisbah.net
Ikuti update artikel kami di Hisbah.net
Youtube: HisbahTv
Instagram: Hisbahnet dan Al Hisbah Bogor