Di Manakah Allah, Tuhan Kita Berada?

Pembaca budiman…

Pada pembahasan kita yang lalu, kita telah mengetahui salah satu aspek keimanan kepada Allah , yaitu  “Beriman akan adanya Allah.”, mungkin anda akan bertanya, lalu, di manakah Allah tuhan kita itu berada? Maka inilah bahasan kita pada edisi kali ini.

Saudaraku, pertanyaan seperti ini, pernah disampaikan oleh Rosululloh shallallohu ‘alaihi wasallam kepada seorang budak wanita. Marilah kita simak penuturan Mu’awiyah bin Hakam berikut ini,  beliau mengatakan,

…وَكَانَتْ لِيْ جَارِيَةٌ تَرْعَى غَنَمًا لِيْ قِبَلَ أُحُدٍ وَالْجَوَّانِيَةِ فَاطَّلَعْتُ ذَاتَ يَوْمٍ, فَإِذَا بِالذِّئْبِ قَدْ ذَهَبَ بِشَاةٍ مِنْ غَنَمِهَا, وَأَنَا رَجُلٌ مِنْ بَنِيْ آدَمَ, آسَفُ كَمَا يَأْسَفُوْنَ, لَكِنِّيْ صَكَكْتُهَا صَكَّةً, فَأَتَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه و سلم فَعَظَّمَ ذَلِكَ عَلَيَّ, قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ, أَفَلاَ أُعْتِقُهَا؟ قَالَ: ائْتِنِيْ بِهَا, فَقَالَ لَهَا: أَيْنَ اللهُ؟ قَالَتْ: فِيْ السَّمَاءِ, قَالَ: مَنْ أَنَا؟ قَالَتْ: أَنْتَ رَسُوْلُ اللهِ, قَالَ: فَأَعْتِقْهَا فَإِنَّهَا مُؤْمِنَةٌ.

“…Aku mempunyai seorang budak wanita yang berprofesi sebagai penggembala kambing di gunung Uhud dan Al-Jawwaniyyah (tempat dekat gunung Uhud). Suatu saat aku memergoki seekor serigala memangsa seekor dombanya. Aku termasuk dari bani Adam, aku pun marah sebagaimana mereka juga marah, sehingga aku menamparnya, kemudian aku mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ternyata beliau menganggap besar masalah tersebut. Aku pun mengatakan (kepada beliau)  : “Wahai Rasulullah, apakah aku harus memerdekakan budak wanita itu?” Beliau menjawab : “Bawalah budak itu padaku”. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya(kepada sang budak) : “Dimanakah Allah berada?” Sang budak menjawab : “Di atas langit”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya lagi: “Siapakah aku?”. Sang budak menjawab : “Engkau adalah Rasulullah”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 فَأَعْتِقْهَا فَإِنَّهَا مُؤْمِنَةٌ

“(Merdekakanlah budak ini karena dia seorang wanita mukminah”. (HR. Muslim)

Saudaraku…jawaban si budak wanita tersebut menunjukkan di sanalah Allah itu berada. Dan inilah yang benar. Bukan sebagaimana keyakinan banyak orang yang mengatakan bahwa Allah itu ada di mana-mana atau Allah itu menyatu dengan hamba-hambanya sebagaimana aqidah “ manunggaling kawula gusti”. Atau bahkan menyakini bahwa Allah tidak ada di mana-mana.

Saudaraku… Kalaulah saja jawaban si budak wanita tersebut salah, niscaya Rosululloh shallallohu ‘alaihi wasallam tak akan tinggal diam membiarkan kesalahan itu terjadi. Bahkan merupakan kesalahan yang fatal karena terkait dengan masalah keyakinan.  Kemudian, kita perhatikan perintah rasulullah agar si budak wanita tadi dimerdekakan dengan alasan bahwa ia seorang yang beriman. Ini menunjukkan bahwa keyakinan yang benar tentang keberadaannya Alloh ta’ala adalah sebagaimana jawaban yang disampaikan oleh si budak wanita tersebut. Dan, barang siapa yang mengingkari kebenaran yang disampaikannya tersebut berarti keimanan orang tersebut adalah tidak benar dan berarti pula bahwa ia mengingkari nabi shallallohu ‘alaihi wasallam yang telah membenarkan pernyataan si budak wanita tersebut.

Imam Utsman ad-Darimi berkata: “Dalam hadits ini terdapat dalil bahwa seorang apabila tidak mengetahui kalau Allah itu di atas langit bukan di bumi maka dia bukan seorang mukmin. Apakah anda tidak tahu bahwa Nabi menjadikan tanda keimanannya adalah pengetahuannya bahwa Allah di atas langit?!! Dan dalam pertanyaan Nabi “Di mana Allah“ terdapat bantahan ucapan sebagian kalangan yang mengatakan bahwa Allah berada di setiap tempat, tidak disifati dengan “di mana”, sebab sesuatu yang ada di mana-mana tidak mungkin disifati “dimana”. Seandainya Allah ada dimana-mana sebagaimana anggapan para penyimpang, tentu Nabi akan mengingkari jawabannya…”. (Ar-Radd ala Jahmiyyah hal. 46-47)

Imam Syafi’i berkata:

الْقَوْلُ فِيْ السُّنَّةِ الَّتِيْ أَنَا عَلَيْهَا وَرَأَيْتُ عَلَيْهَا الَّذِيْنَ رَأَيْتُهُمْ مِثْلُ سُفْيَانَ وَمَالِكٍ وَغَيْرِهِمَا الإِقْرَارُ بِشَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَأَنَّ اللهَ عَلَى عَرْشِهِ فِيْ سَمَائِهِ …

Aqidah yang saya yakini dan diyaikini oleh orang-orang yang pernah aku temui seperti Sufyan, Malik dan selainnya adalah menetapkan syahadat bahwa tidak ada sesembahan yang berhak kecuali Allah dan Muhammad adalah Rasulullah dan bahwasanya Allah di atas arsy-Nya yakni di atas langitnya. (Adab Syafi’I wa Manaqibuhu,  Ibnu Abi Hatim hal. 93). Allohu a’lam

Semoga sholawat dan salam senantiasa tercurah kepada nabi Muhammad shallallohu ‘alaihi wasallam, keluarga dan para sahabat beliau. (Abu Umair)


Artikel : www.hisbah.net

Ikuti update artikel Hisbah.net di Fans Page Hisbah
Twitter @hisbahnet, Google+ Hisbahnet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *