Saudariku Muslimah…
Sesungguhnya aib-aibmu banyak, akan tetapi engkau berpura-pura lalai atau melalaikannya atau meremehkannya.
Di antara aibmu : Engkau mengira bahwa engkau akan selamat di akhirat, padahal engkau mengerjakan perbuatan-perbuatan wanita-wanita yang celaka.
Di antara aibmu : Bermalas-malasan dalam amal ketaatan tanpa engkau merasakannya.
Di antara aibmu : Menyibukkan diri dengan perhiasan lahir dan melupakan perhiasan batin.
Di antara aibmu : Banyak berbicara dan mambahas panjang lebar masalah-masalah dunia.
Di antara aibmu : Tamak, mengikuti waha nafsu dan merasa senang dengan kemaksiatan.
Di antara aibmu : Terus menerus melakukan dosa dan merasa aman dari su’ul khatimah.
Di antara aibmu : Engkau melihat keutamaan mu atas orang lain, sebaliknya engkau tidak melihat keutamaan orang lain atas dirimu.
Di antara aibmu : Engkau meninggalkan wanita-wanita pilihan dan engkau berteman dengan wanita wanita-wanita buruk.
Di antara aibmu : Meremehkan nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepadamu.
Di antara aibmu : Egois dan durhaka kepada kedua orang tua.
Saudariku … muslimah
Bagaimana engkau takut kepada Allah sedangkan engkau tidak mengenal aib-aibmu?
Bagaimana engkau takut kepada Allah sedangkan engkau tidak (berusaha) membebaskan diri dari aib-aibmu?
Bagaimana hatimu merasa takut kepada Allah sementara ia diliputi dengan aib-aib dan dosa?
Sungguh kalau engkau bebas dari aib-aibmu, niscaya engkau sampai kepada rasa takut kepada Allah dan hal itu tidak akan tercapai kecuali sesudah engkau mengetahui aib-aib dan kesalahanmu.
Sekarang, setelah engkau mengetahui sebab-sebab yang bisa mencapai rasa takut kepada Allah, saya (penulis) akan menyebutkan beberapa teladan dari para wanita-wanita salafus shalih yang telah mencapai rasa takut kepada Allah.
Urwah bin Zubair menceritakan kepada kita suatu kejadian yang dia saksikan sendiri, dia berkata : Saya apabila keluar rumah di pagi hari, saya mulai dengan rumah bibi saya Aisyah semoga Allah meridhainya kemudian saya ucapkan salam kepadanya, suatu hari saya menjumpainya sedang melaksanakan shalat, dia membaca ketika berdiri firman Allah,
فَمَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا وَوَقَانَا عَذَابَ السَّمُومِ [الطور : 27]
Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari adzab Neraka (Qs. Ath-Thur : 27)
Dia berdoa sambil menangis dan mengulang-ulang ayat tersebut maka aku berdiri di belakangnya sampai aku bosan berdiri, kemudian aku pergi ke pasar untuk keperluanku, lalu aku kembali lagi dan aku dapati dia masih berdiri shalat sambil menangis (As-Samthus Tsamin, hal. 90 karya ath-Thabriy)
Saudariku Muslimah…
Renungkanlah takutnya Ummul mukminin semoga Allah meridhainya, apakah hal itu tidak mengingatkan kelalaianmu melaksanakan hak rabbmu?
Lihatlah rasa takutnya, tadabburkanlah kekhusyu’an dan renungkanlah ketundukannya.
Apakah hal itu tidak menggerakkanmu untuk malu atas kelengahanmu?
Lihatlah kepada tangisnya karera rasa takutnya kepada Ar-Rahman, padahal ia memiliki kedudukan mulia, lalu lihatlah dirimu dengan kemaksiatanmu
Sesungguhnya dia terpengaruh oleh al-Qur’an karena rasa takutnya kepada Allah, dia menangis karena takut dan khawatir akan adzab Allah sampai-sampai dia mengulang-ulang satu ayat berkali-kali.
Suatu hari Sufyan ats-Tsauriy menyebutkan tentang seorang wanita ahli ibadah dari penduduk kota Kufah, dia berkata :
Adalah wanita itu berkata : Seandainya ada panggilan dari langit, agar matilah orang yang banyak dosanya, maka saya melihat bahwa dirikulah yang pertama merasakan kematian (Shifatush Shafwah 3/194, Ibnul Jauzi)
Saudariku…
Mengapa dia mengira begitu terhadap dirinya padahal dia termasuk ahli ibadah.
Sesungguhnya inilah rasa takut kepada Allah.
Sesungguhnya inilah pengakuan terhadapat kelalaiannya dalam menunaikan hak rabbnya.
Di mana dirimu dari mereka wahai saudariku ?
Sumber :
Dunikil dari, “Tuhfatu an-Nisaa’, Abu Maryam Majdi Fathi as-Sayyid, (Edisi bahasa Indonesia) hal. 100-103
Penulis : Amar Abdullah bin Syakir
Artikel : www.hisbah.net
Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet,