Dakwah Nabi Syu’aib as Kepada Kaumnnya

Nabi Syuaib as diutus oleh Allah SWT kepada suatu kaum yang tinggal di Kota Madyan. Madyan diyakini terletak disebelah barat Laut Hijaz dipantai timur dari Teluk Aqaba dan ke arah utara laut merah, tepatnya di daerah al-Bada’.

Salah satu pendapat mengatakan bahwa nama beliau adalah Syuaib as bin Yasykhir bin Lawiy bin Ya’qub as bin Nuwaib bin ‘Aifa bin Madyan bin Ibrahim as. (Al-Bidayah wan Nihayah) Nabi Syuaib as adalah salah satu nabi dari orang arab, suatu hari pernah Rasulullah SAW bersabda kepada Abu Dzar ra:

أَرْبَعَةٌ مِنَ الْعَرَبِ هُودٌ وَصَالِحٌ وَشُعَيْبٌ وَنَبِيُّكَ يَا أَبَا ذَرٍّ

Empat nabi yang berasal dari orang arab; Hud, Shaleh, Syu’aib, dan Nabimu (Muhammad) wahai Abu Dzar.” (HR. Ibnu Hibban).

Kisah Nabi Syuaib as disebutkan dibeberapa tempat di dalam Al-Qur’an, diantaranya di Surah Al-A’raf, Hud, Al-Hijr dan Asy-Syu’araa’.

Dalam Surah Asy-Syu’ara’ Allah menyebutkan kisah beliau dalam ayat 176-191, Allah berfirman:

كَذَّبَ أَصحَٰبُ ل‍َٔيكَةِ ٱلمُرسَلِينَ . إِذ قَالَ لَهُم شُعَيبٌ أَلَا تَتَّقُونَ. إِنِّي لَكُم رَسُولٌ أَمِين . فَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُونِ .وَمَا أَس‍َٔلُكُم عَلَيهِ مِن أَجرٍ إِن أَجرِيَ إِلَّا عَلَىٰ رَبِّ ٱلعَٰلَمِينَ. أَوفُواْ ٱلكَيلَ وَلَا تَكُونُواْ مِنَ ٱلمُخسِرِينَ.  وَزِنُواْ بِٱلقِسطَاسِ ٱلمُستَقِيمِ .وَلَا تَبخَسُواْ ٱلنَّاسَ أَشيَاءَهُم وَلَا تَعثَواْ فِي ٱلأَرضِ مُفسِدِينَ. وَٱتَّقُواْ ٱلَّذِي خَلَقَكُم وَٱلجِبِلَّةَ ٱلأَوَّلِينَ.

“Penduduk Aikah telah mendustakan rasul-rasul. Ketika Syu´aib berkata kepada mereka: “Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu. Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam. Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang merugikan. Dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan. Dan bertakwalah kepada Allah yang telah menciptakan kamu dan umat-umat yang dahulu.” (QS. Asy-Syu’araa’:176-184).

Menurut pendapat yang kuat penduduk Aikah adalah penduduk Madyan, mereka adalah orang-orang arab yang tinggal di pinggir Negeri Syam. Penduduk Madyan saat itu adalah orang-orang yang yang tidak beriman, larut kedalam berbagai macam maksiat, serta berbuat bergai kerusakan di muka bumi. Kemungkaran paling tampak dan meraja lela di tengah-tengah mereka adalah berbuat licik dalam takaran dan timbangan, jika posisi mereka sebagai penjual mereka menipu pembeli dengan mengurangi timbangan atau takaran, namun jika posisi mereka sebagai penjual mereka menuntut agar hak mereka diberikan sempurna. Perbuatan seperti sangat di cela oleh Allah SWT, Allah berfirman:

وَيل لِّلمُطَفِّفِينَ. ٱلَّذِينَ إِذَا ٱكتَالُواْ عَلَى ٱلنَّاسِ يَستَوفُونَ .وَإِذَا كَالُوهُم أَو وَّزَنُوهُم يُخسِرُونَ

Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi. Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.” (QS. Al-Muthaffifiin: 1-3).

Maka Allah SWT mengutus Nabi Syuaib dari kalangan mereka yang mengajak mereka beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berhenti dari segala perbuatan yang mengundang murka Allah SWT termasuk perbuatan curang mereka dalam berjual-beli. Nabi Syuaib as juga mengingatkan mereka untuk menimbang dengan timbangan yang lurus atau yang sesuai dengan timbangan yang sesungguhnya. Karena curang dalam berjual beli walaupun mungkin secara kasat mata menghasilkan keuntungan yang lebih besar, namun harta tersebut tidak akan berkah, karena Allah SWT tidak memberkahi harta yang didapatkan dengan cara yang haram.

Berbagai cara Nabi Syuaib gunakan dalam berdakwah kepada kaumnya, namun mereka tidak menghiraukannya sama sekali, mereka tetap bersikeras dalam kekufuran dan kemaksiatan, mereka justru menuduh Nabi Syuaib dengan tuduhan-tuduhan dusta dan menantangnya untuk menurunkan adzab kepada mereka.

Allah SWT berfirman:

قَالُواْ إِنَّمَا أَنتَ مِنَ ٱلمُسَحَّرِينَ. وَمَا أَنتَ إِلَّا بَشَر مِّثلُنَا وَإِن نَّظُنُّكَ لَمِنَ ٱلكَٰذِبِينَ. فَأَسقِط عَلَينَا كِسَفا مِّنَ ٱلسَّمَاءِ إِن كُنتَ مِنَ ٱلصَّٰدِقِينَ. قَالَ رَبِّي أَعلَمُ بِمَا تَعمَلُونَ .

Mereka berkata: “Sesungguhnya kamu adalah salah seorang dari orang-orang yang kena sihir. Dan kamu tidak lain melainkan seorang manusia seperti kami, dan sesungguhnya kami yakin bahwa kamu benar-benar termasuk orang-orang yang berdusta. Maka jatuhkanlah atas kami gumpalan dari langit, jika kamu termasuk orang-orang yang benar. Syu´aib berkata: “Tuhanku lebih mengetahui apa yang kamu kerjakan”” (QS. Asy-Syu’araa’: 185-187)

Dosa-dosa yang mereka lakukan sudah membutakan hati mereka, mereka berbicara kepada seorang Nabi dengan cara yang kurang ajar, perkataan mereka mirip seperti perkataan Kaum ‘Ad dan Tsamud sebelumnya yang menuduh nabinya dengan berbagai tuduhan dusta lalu menantangnya untuk menurunkan adzab. Mereka berani menantang adzab Allah karena mereka sama sekali tidak mempercayai apa yang dibawa oleh para nabi, itulah yang menjadikan mereka merasa aman dari adzab Allah SWT sehingga mereka berani menantangnya. Kemudian Syuaib as menjawab, “Tuhanku lebih mengetahui apa yang kamu kerjakan,” maksudnya: Allah lebih tahu balasan apa yang pantas untuk kalian, jika kalian memang pantas untuk mendapatkan adzab yang kalian tanyakan itu, maka ia akan menimpakannya kepada kalian.

Kemudian Di ayat selanjutnya Allah berfirman:

فَكَذَّبُوهُ فَأَخَذَهُم عَذَابُ يَومِ ٱلظُّلَّةِ إِنَّهُۥ كَانَ عَذَابَ يَومٍ عَظِيمٍ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأيَة وَمَا كَانَ أَكثَرُهُم مُّؤمِنِينَ وَإِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ ٱلعَزِيزُ ٱلرَّحِيمُ

Kemudian mereka mendustakan Syu´aib, lalu mereka ditimpa azab pada hari mereka dinaungi awan. Sesungguhnya azab itu adalah azab hari yang besar. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman. Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.” (QS. Asy-Syu’araa’: 188-191).

Ibnu Katsir menafsirkan, “Allah mengadzab mereka dengan mendatangkan hari-hari yang panas selama 7 hari, selama itu mereka tidak memiliki tempat perlindungan apapun, setelah itu Allah mengirim awan yang menaungi mereka, sehingga mereka berdatangan dibawah awan tersebut untuk bernaung dari teriknya matahari, setelah mereka berkumpul di bawah awan, Allah SWT mengirim kobaran api yang sangat besar, bumi tempat mereka berpijak bergempa hebat, kemudian mereka mendengar guntur yang sangat keras yang mematikan mereka semua. Oleh karena itu Allah berfirman, إِنَّهُۥ كَانَ عَذَابَ يَومٍ عَظِيمٍ “Sesungguhnya azab itu adalah azab hari yang besar.

Demikianlah dakwah Nabi Syuaib as kepada kaum madyan yang tidak beriman, beliau senantiasa teguh dalam kebenaran, mengatakan yang benar walaupun beresiko, beliau tidak mengharapkan materi duniawi, tetapi kebahagiaan ukhrawi. Dan inilah akhir dari kaum yang menentang Nabinya, berbuat berbagai perbuatan maksiat tanpa rasa takut kepada Allah, sehingga mereka dibinasakan oleh Allah SWT.

Referensi: Tafsir Ibnu Katsir.

Penyusun: Arinal Haq

Artikel : www.hisbah.net

Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet, Google+ Hisbahnet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *