Dakwah Nabi Ibrahim dengan Raja yang Kafir

Nabi Ibrahim alaihissalam adalah Nabi yang keenam dari 25 Nabi yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Nasab dan beberapa hal tentang beliau telah kami sebutkan pada artikel yang berjudul ‘Dakwah Nabi Ibrahim Kepada Ayahnya.’ Nabi Ibrahim alaihissalam adalah salah satu dari lima nabi yang dijuluki sebagai ‘Ulul Azmi.” Kata ini adalah sebuah gelar kenabian istimewa yang diberikan kepada para rasul yang memiliki kedudukan khusus karena ketabahan dan kesabaran yang luar biasa dalam menyebarkan ajaran Tauhid.

Nabi Ibrahim alaihissalam berhak mendapatkan julukan istimewa tersebut atas ketabahan dan ketegarannya dalam meniti jalan dakwah yang penuh dengan cobaan rintangan. Dakwah beliau ditolak mentah-mentah oleh ayahnya, bahkan beliau diusir dari rumah. Walau dengan hati yang dirundung kesedihan yang luar biasa namun beliau tidak putus asa. Nabi Ibrahim alaihissalam meneruskan dakwahnya kepada kaumnya yang lain. Diantara kisah dakwah beliau yang paling menarik dan mengandung banyak pelajaran bagi kita adalah kisah debat beliau dengan seorang raja yang mengaku dirinya Tuhan.

Sebelum nyebutkan kisah beliau dengan sang raja yang kafir tersebut, penting untuk kita ketahui bahwa ‘debat’ adalah salah satu cara untuk berdakwah, Allah berfirman:

ٱدعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلحِكمَةِ وَٱلمَوعِظَةِ ٱلحَسَنَةِ وَجَٰدِلهُم بِٱلَّتِي هِيَ أَحسَنُ

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (QS. An-Nahl: 125).

Cara yang terakhir inilah yang digunakan oleh Nabi Ibrahim alaihissalam dalam menghadapi raja dzalim yang mengaku-ngaku bahwa dirinya Tuhan. Nabi Ibrahim alaihissalam dengan kecerdasan dan kecepatan berpikirnya dapat membantah dan mematahkan argumen sang raja.

Kisah ini disebutkan dalam Alqur’an dalam Surah Al-Baqarah ayat 258, Allah berfirman:

أَلَم تَرَ إِلَى ٱلَّذِي حَاجَّ إِبرَٰهِمَ فِي رَبِّهِۦٓ أَن ءَاتَىٰهُ ٱللَّهُ ٱلمُلكَ إِذ قَالَ إِبرَٰهِمُ رَبِّيَ ٱلَّذِي يُحيِۦ وَيُمِيتُ قَالَ أَنَا أُحيِۦ وَأُمِيتُ قَالَ إِبرَٰهِمُ فَإِنَّ ٱللَّهَ يَأتِي بِٱلشَّمسِ مِنَ ٱلمَشرِقِ فَأتِ بِهَا مِنَ ٱلمَغرِبِ فَبُهِتَ ٱلَّذِي كَفَرَۗ وَٱللَّهُ لَا يَهدِي ٱلقَومَ ٱلظَّٰلِمِينَ

Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan: “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” orang itu berkata: “Saya dapat menghidupkan dan mematikan”.Ibrahim berkata: “Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat,” lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim” (QS. Al-Baqarah: 258).

Ulama berbeda pendapat tentang siapa nama lengkap raja yang dimaksud dalam ayat ini, walaupun nama dia tidak seberapa penting bagi kita tapi kami ingin menyebutkan satu pendapat saja, yaitu mendapat Mujahid ia berkata bahwa raja ini adalah penguasa Babilonia yang bernama Namrud bin Kan’an bin bin Kusy bin Saam bin Nuh, pendapat ini disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam Kitabnya ‘Al-Bidayah wan Nihayah.’

Raja ini adalah salah satu dari empat raja yang menguasai dunia sebagaimana yang disebutkan oleh para ulama’, mereka menyebutkan bahwa ada empat raja yang menguasai dunia, yang dua kafir dan dua lagi beriman. Dua raja yang kafir adalah Namrud dan Bukhtunusshur, dan dua raja beriman adalah Sulaiman dan Dzulqarnain.

Namrud sudah menjadi raja selama 400 ratus tahun dengan penuh kedzoliman dan keangkuhan yang diluar batas. Maka Nabi Ibrahim alaihissalam datang kepadanya dan mengajaknya untuk menyembah Allah subhanahu wa ta’ala, namun dengan penuh kesombongan Namrud tidak mengakui bahwa Allah Tuhan, bahkan lebih dari itu ia mengaku bahwa dirinyalah yang Tuhan.

Nabi Ibrahim berkata padanya, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,”

Namrud menjawab: “Saya dapat menghidupkan dan mematikan.”

Imam Qatadah dan Ibnu Ishaq menjelaskan bahwa Namrud membuktikan perkataannya bahwa ia bisa menghidupkan dan mematikan dengan menghadirkan dua orang tawanan yang sudah divonis hukuman mati, lalu ia memaafkan salah satunya dan membunuh yang satunya lagi. Menurut Namrud Orang yang dia maafkan adalah orang yang ia hidupkan, dan orang yang dia bunuh adalah orang dia matikan, sehingga dengan demikian ia telah menghidupkan dan mematikan, sehingga ini adalah bukti bahwa ia sama dengan Allah subhanahu wa ta’ala.

Bukti konyol dari Namrud ini tentu saja bertentangan dengan yang dimaksud oleh Nabi Ibrahim bahwa Allah menghidupkan dan mematikan. Yang dimaksud oleh Nabi Ibrahim alalihissalam adalah bahwa Allah menciptakan makhluqnya dari yang awalnya tiada menjadi ada dan Allah membuatnya hidup, dan Allah mematikan dengan mencabut nyawanya. Namun Nabi Ibrahim alaihissalam tidak menentang argumen tersebut, beliau melanjutkan kepada point selanjutnya.

Nabi Ibrahim berkata, “Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat,”

Kali ini Nabi Ibrahim mengajukan suatu tantangan yang tidak bisa dikelabui lagi sebagaimana yang pertama tadi, kali ini tantangannya sangat jelas dan tidak bisa dimaknai dengan makna yang lain. Nabi Ibrahim alaihissalam menantangnya untuk menerbitkan matahari dari barat jika dia memang Tuhan. Maka bungkamlah Namrud yang mengaku Tuhan itu, tentu tidak ada yang mampu untuk menerbitkan matahari dari barat kecuali yang menciptakannya. Namrud hanya bisa diam dan tak bisa lagi menjawab apa-apa, ia hanya bisa menahan malu.

Dengan demikian menanglah Nabi Ibrahim alaihissalam dalam berdebat dengan orang yang telah mencapai puncaknya kekufuran, yaitu mengaku dirinya Tuhan.

Ibnu Katsir menyebutkan bahwa Allah mengirimkan kepada Namrud lalat yang masuk ke dalam lubang hidungnya dan menetap didalam kepalanya selama 400 tahun, selama itu ia memukul-muul kepalanya agar lalatnya keluar tapi lalat itu menetap didalam kpalanya sampai ia meninggal sebagai adzab baginya.

Demikianlah akhir hayat orang yang membangkang kepada Allah dan mengaku dirinya Tuhan. Sedangkan Nabi Ibrahim alaihissalam yang menolong agama Allah, ditolong oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

Kisah ini kami petik dari kitab ‘Al-Bidayah wan Nihayah’ karangan Ibnu Katsir rahimahullah Jilid satu, Bab ‘kisah Nabi Ibrahim alaihissalam.

Semoga bermanfaat.

Penyusun: Arinal Haq

Artikel : www.hisbah.net

Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet, Google+ Hisbahnet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *