Dakwah Antara Tuntunan & Tontonan

Patut kita bersyukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas semaraknya dakwah dan para dai di negeri kita tercinta tanpa ada tekanan atau halangan apapun sehingga ilmu agama dapat disampaikan dengan mudah. Ini merupakan nikmat Allah yang luar biasa kepada kita dimana di berbagai Negara dakwah menghadapi banyak kendala, para ulama harus menerima tekanan dan batasan-batasan dari sisi pemerintah.

Banyaknya pengajian-pengajian dan majelis-majelis ilmu di Indonesia menunjukkan besarnya perhatian kaum muslimin di negeri kita kepada ilmu dan para ulama. Dakwah seperti ini sangat perlu untuk kita tingatkan dan kita tanamkan pada jiwa para penerus bangsa yang dibekali dengan takwa dan ilmu yang matang, dengan harapan Allah SWT senantiasa menjaga generasi bangsa ini dan merubah keadaan kaum muslimin kedepan menjadi lebih baik melalui majelis dan pengajian.

Tak hanya sebagai media untuk menyampaikan risalah yang di bawa oleh baginda Nabi SAW, dakwah juga merupakan tuntunan bagi jamaah bagaimana cara mereka agar menjadi pribadi muslim yang baik. Jamaah yang mendengarkan ceramah tak hanya menangkap apa yang disampaikan oleh dai, tetapi mereka juga menangkap akhlaq dan cara penyampaian dari dai atau ustad tersebut. Sehingga sudah semestinyanya seorang dai yang menyampaikan pesan agama tidak hanya memperhatikan apa yang akan ia sampaikan, tetapi juga bagaimana akhlaq dan tuntunan yang baik dalam menyampaikan.

Ada baiknya kita melihat realita dakwah yang ada saat ini, bukan untuk menuding atau membuka aib pihak manapun, tetapi untuk menuju dakwah kedepan yang lebih baik, karena kita sebagai manusia tak akan menjadi lebih baik tanpa adanya intropeksi. Tentang berbagai dakwah dan pengajian yang tersebar dimana-dimana, patut kita bertanya Apakah dakwah sudah menyampaikan risalah Nabi SAW sebagaimana mestinya?? Apakah majelis sudah menjadi salah satu cara untuk mendekatkan jamaah kepada Allah SWT?? Menambah rasa khusyuk dan takut para hadirin kepada Allah SWT?? apakah dakwah benar-benar sudah menjadi tuntunan?? Ataukah ia hanya sebagai penampilan untuk mengisi suatu acara?? Menghibur dan membuat jamaah tertawa?? Menarik perhatian jamaah dengan menyajikan hal-hal yang menjadi tontonan yang mereka nikmati?? Inilah hal-hal yang perlu kita intropeksi.

Terkadang dalam berdakwah seorang dai menyebutkan kisah atau cerita tertentu untuk dijadikan pelajaran atau untuk menjaga agar jamaah tidak bosan, atau terkadang ia bercanda membuat situasi pengajian tetap relax, karena terlalu atau selalu serius akan menjadikan jamaah bosan dan mengantuk. Ini bagus selama tidak berlebihan dan merubah suasana majelis ilmu menjadi majelis canda dan tawa atau majelis cerita pengalaman. Sehingga segala sesuatu harus diperhatikan kadarnya, tidak selalu berbicara serius, tidak bercanda yang berkepanjangan, dan tidak terus-terusan bercerita.

Memang setiap dai memiliki cara sendiri-sendiri untuk menyampaikan dakwah, dan ini boleh-boleh saja selama dengan cara yang baik dan tidak melanggar syariat, tetapi yang perlu diperhatikan adalah menjaga citra dakwah untuk tetap menjadi TUNTUNAN dan bukan TONTONAN.

Penulis: Arinal Haq

Artikel : www.hisbah.net

Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet, Google+ Hisbahnet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *