Ceramah Singkat seorang Syaikh yang Memikat Hati Seorang Dokter

(Kisah “Respon Cepat” Seorang Dokter Menuju Jalan Dakwah)

Kebencian terhadap hidup dan rasa takut kepada Allah

telah mengeluarkan aku darinya

Jiwaku terjual dengan harta yang tak pantas baginya

Sesungguhnya aku menimbang yang akan kekal untuk

dapat mengimbangi kehidupan

Segala yang tidak kekal, demi Allah, tidak akan

kami pertimbangkan

Segala puji bagi Allah yang mengumulkan kita di tempat ini. Kita tidak menyembah berhala, tidak pernah berthowaf keliling kuburan dan tidak pernah menyucikan pohon.

 

Segala puji bagi Allah yang telah mengumpulkan kita di atas tauhid, beribadah hanya kepada Allah semata, tidak ada tandingan dan sekutu bagi-Nya.

 

Nun jauh di sana wahai saudaraku yang aku cintai, ada batu yang disembah, ada kuburan yang dikelilingi, orang-orang mati dijadikan perantara ibadah. Di sana, masih ada kejahilan yang menancapkan kuku-kukunya demikian dalam.

 

Di mana kewajibanmu wahai kaum muslimin dalam menyampaikan dakwah ?

 

Kenapa kalian ketinggalan dari kafilah itu ?

Siapa yang akan menanggung beban dakwah ini selain kalian dan orang-orang semisal kalian ?

Keheningan menyelimuti kami. Sementara seorang Syaikh berdiri bagaikan tombak usai shalat Tarawih untuk berbicara, beberapa kata yang mengharumkan tempat itu, menyentuh hati dan menggugah perasaan serta mengasah jiwa.

Aku menyentuh dompetku. Tampaknya ia mengajak kami untuk beramal.

 

Ia (Syaikh tersebut) berhenti sejenak, lalu membaca istirja

إِنَّا لِلهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ

karena ternyata para pemuda dari umat ini lalai.
Seolah-olah ia berbicara kepadaku.

 

Aku datang kemari bukan untuk mengumpulkan harta. Aku datang kemari untuk menganjurkan dan mengingatkan Anda semua akan kewajiban untuk berdakwah di jalan Allah. Para ulama salaf dahulu mengarungi padang pasir dalam jarak yang jauh sekali demi menyampaikan dakwah dan membenarkan keyakinan mereka.

Sekarang ?

Segala sarana dakwah mudah, apa yang telah kita persembahkan ?

 

Saya tidak mengajakmu –wahai saudara
agar engkau mengorbankan waktumu seluruhnya. Tidak
,,!
namun sisa waktumu. Sisa waktumu, gunakanlah untuk berdakwah. Mereka dahulu menyerahkan seluruh waktu mereka untuk berdakwah dan sisanya untuk mencari dunia
.

 

Meskipun jumlah orang yang shalat banyak, dan semuanya terdiam, tetapi aku merasa seolah-olah ia hanya berbicara kepadaku saja, menguliti kesalahan-kesalahanku.

 

Aku tinggalkan tas, dan kukeluarkan tanganku dari kantong. Aku mengulang-ulang, “Ini adalah dakwah tauhid. Masih membutuhkan banyak orang, karena kondisi kaum Muslimin amat memelaskan sekali !

 

Aku keluar masjid dan mataku mencari-cari di mana Syaikh itu. Ketika aku menyalaminya, ucapanku dengan cepat sudah mendahuluinya, “Di mana jalan itu ? Aku akan pergi berdakwah, meskipun sebagai seorang dokter“, aku memutuskan itu tanpa ragu-ragu lagi. Berjalan di jalan dakwah mengajak kepada ajaran Allah.

 

Aku menggagalkan (rencana) kepergiankku ke Kanada untuk mengambil program doktorku, dan kuputuskan untuk menundanya selama enam bulan. Aku mulai berlari di lembah-lembah dakwah, mendaki gunung, dan menuruni jurang.

Aku menyaksikan penyembahan kuburan, thawaf mengelilingi kuburan-kuburan itu, bahkan juga menyembelih hewan di altarnya. Aku melihat sendiri adanya banyak perbuatan bid’ah dan tahayul. Aku juga melihat para pemuda Nasrani di bawah terik matahari dan di tengah wabah penyakit yang merajalela. Mereka mengerahkan segala sesuatu untuk melakukan kristenisasi !

Hari-hari berlalu dengan cepat, dan aku bagaikan gerakan yang tak pernah berhenti, semangat yang tidak pernah kendur.

Setelah habis masanya, aku beristikharah meminta pilihan kepada Allah, ke mana aku akan mengarah ? dan kemana aku akan berjalan ?

Duduk dengan tenang, dan berfikir sedalam-dalamnya. Bagaimana nanti bila aku telah menyelesaikan studiku, dan keadaan masih sama seperti yang dulu ? Aku bisa mencapai gelar doktor, tetapi apa lagi sesudah itu ?

Aku teringat dengan panggilan Allah,

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَ

Dan bersegeralah kepada ampunan dari Rabbmu dan Surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang telah disiapkan untuk orang-orang yang bertakwa (Qs. Ali Imran : 133)

 

Aku ingin bersegera menuju Surga yang hamparannya seluas langit dan bumi. Setiap hari ada doa yang naik ke ufuk langit.

Di mana iman tertanam ke dalam hati, di situlah jalan dan lorong akan dipenuhi oleh cahaya. Sesungguhnya itu adalah perjalanan dakwah. Itu adalah perlombaan memperoleh kebaikan. Menyampaikan risalah dan meniti jalan hidup beliau Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam-.

Aku mengeluh, hari-hari pemuda Islam itu hilang begitu saja, waktu-waktu mereka terbuang sia-sia.

Kaum muslimin betul-betul berhajat untuk diberi ilmu dan pengajaran. Itu adalah ajakan untuk berjalan di atas jalan dakwah.

Orang yang bodoh diberi tahu. Orang yang lalai diingatkan. Sehingga ibadah kepada Allah hanya dilakukan (sesuai) dengan syariat-Nya. Pada masa awal umat ini, mereka berlomba-lomba dalam kebajikan. Bagaimana kita sekarang ?

Wallahu A’lam

Sumber :

Az-Zaman al-Qaadim“, karya : Abdul Malik bin Muhammad al-Qasim (ei, hal. 212-215). Dengan sedikit gubahan.

 

Amar Abdullah bin Syakir

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *