Cemburu

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ :
الْتَمَسْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَأَدْخَلْتُ يَدِي فِي شَعْرِهِ فَقَالَ قَدْ جَاءَكِ شَيْطَانُكِ فَقُلْتُ أَمَا لَكَ شَيْطَانٌ  قَالَ بَلَى وَلَكِنَّ اللهَ أَعَانَنِي عَلَيْهِ فَأَسْلَمَ

 

Dari Aisyah-رَضِيَ اللهُ عَنْهَا-ia berkata : Saya pernah mencari Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- lalu saya memasukkan tanganku ke rambutnya. Beliau b ersabda, ‘Setanmu telah datang lagi.’ Aku berkata : Apakah pada dirimu juga ada setannya ?” Beliau menjawab : “Ya, tetapi Allah menolongku menghadapinya sehingga ia masuk Islam.(HR. Nasa’i (7/72) dishahihkan oleh Albani).

 

Beberapa faedah hadis :

 

1-Cemburu itu melekat pada wanita baik saat ia tidur maupun saat terbangun. Sebagaimana telah dinyatakan di muka bahwa seharusnya bersikap pertengahan dalam menyikapinya. Oleh kerenanya Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersabda, “Sesungguhnya orang yang cemburu itu tidak bisa membedakan antara bagian bawah lembah dengan bagian atasnya.” (HR. Abu Ya’la [1]).

 

Hadis ini bermakna bahwa orang yang cemburu, kesadaran dan pengetahuannya hampir-hampir hilang saat sedang membara rasa cemburunya. Boleh jadi inilah sebab kenapa ‘Aisyah meletakkan  tangannya pada rambut Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-untuk meyakinkan tentang keberadaan beliau di sampingnya, takut jika beliau pergi ke rumah istrinya yang lain. Hal seperti ini adalah dari was-was setan. Karena Nabi -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- adalah seadil-adil manusia dan tidak mungkin akan aniaya kepada ‘Aisyah dalam jatah pembagiannya.

 

2-Hadis ini menjelaskan betapa lembutnya Rasulullah -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- dalam mengingkari sikap ‘Aisyah dan jawaban beliau terhadap pertanyaan Aisyah meskipun tetap bersifat tegas. Inilah penyebab cintanya seorang lelaki kepada wanita.

Qadhi ‘Iyadh-رَحِمَهُ الله –berkata : banyak riwayat shahih menyebutkan tentang bagusnya pergaulan Rasulullah -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- terhadap keluarga serta kesabarannya terhadap mereka. Begitu pula halnya dengan para salafush shalih. Imam Malik telah berkata tentang hal ini –tentang keharusan seorang suami bergaul secara baik dengan keluarganya-karena sikap itu menyebabkan munculnya ridha Rabbmu, kecintaan keluarga, memperbanyak harta dan memperpanjang usia. Sebagian sahabat Nabi telah menyampaikan padaku hal itu. “ Dan konon Malik-رَحِمَهُ الله –termasuk manusia yang paling baik pergaulannya dengan istri dan keluarganya. Suatu ketika ia berbicara : “Setiap orang harus berupaya melakukan hal-hal yang disukai oleh keluarganya sehingga ia menjadi orang yang paling dicintai mereka.” [2]

 

Wallahu A’lam

 

Amar Abdullah bin Syakir

 

Sumber :

Latha-if Wa Fawaid Min al-Hayati az-Zaujiyah Fii Baiti an-Nubuwwah, Khalid bin Abdurrahman Asy-Syaayi’, ei, hal.  57-59.

 

Catatan :

[1] Hafizh Ibnu Hajar berkata : sanadnya tidak mengapa (Fathul Bari, 9/325)

[2] Lihat, Ar-Raid Lima Tadhammanahu Hadist Ummu Zara’ Minal Fawaid hal. 32.

Artikel: www.hisbah.net
Ikuti update artikel kami di Hisbah.net
Youtube: Hisbahtv
Instagram: Hisbahnet dan Al Hisbah Bogor

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *