Berusaha Keras Mengubah Suami Menjadi Surga, dan Bukan Neraka – Bagian-1

Seorang istri harus mengubah suaminya menjadi belaian Surga, dan bukan jilatan neraka. Dan itu, dapat dilakukan dengan cara berikut :

Melakukan Hal-hal yang Mampu Menjemput Kenikmatan Duniawi dan Juga Kenikmatan Surgawi

  • Penjemput-penjemput Kebahagiaan Dunia dan Surga Akhirat

Istri Harus berusaha Memiliki sifat-sifat Kebahagiaan, Agar Menjadi Sumber Kebahagiaan Suami

Seorang istri shalihah akan terus berusaha menjadi sumber kebahagiaan bagi sang suami di dunia. Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -bersabda,

“Tidak ada kenikmatan dunia yang lebih baik dari istri shalihah.” [1]

Istri harus berusaha keras menjadi sumber kebahagiaan suami. Yang termudah adalah dengan menjaga keelokan tubuh dan bersemangat mempercantik penampilan diri sehingga membuat suami bermuka ceria saat melihatnya.

Ketaatan dan ketakwaan istri kepada Allah-سُبْحًانَهُ وَتَعَالَى-mampu menambah eloknya akhlak dan bisa mengarahkan seluruh konsentrasinya untuk mentaati suami. Sebab, istri mengetahui bahwa mentaati suami merupakan sebuah bentuk ketaatan kepada Allah-سُبْحًانَهُ وَتَعَالَى-. Oleh kerena itu, ia takkan menyelisihi suami ketika suaminya menghendaki diri atau hartanya. Dan, ia pun akan merasakan suaminya menjadi kebahagiaannya.



Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -pernah ditanya : “Siapakah istri terbaik ?”

Beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersabda :

“Istri yang menyenangkan saat suaminya melihat kepadanya, mentaati suaminya saat ia memerintahnya, dan tidak menyelisihi suaminya dalam perkara diri dan hartanya.” [2]

Istri Berusaha Menjaga Komitmen Terhadap Agama, Bila Ia Miskin Karakter Lain untuk Menjadi Lebih Mulia

Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersabda :

“Wanita itu dinikahi karena salah satu dari sifat-sifat ini : karena kecantikannya, hartanya, akhlaknya, dan agamanya. Maka, peganglah pemilik agama dan akhlak, niscaya kamu akan beruntung.” [3]



Kadang, seorang wanita tak berparas cantik dan tak berharta melimpah. Meski begitu, ia sadar bila Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- pernah memerintahkan para lelaki untuk menikahi wanita yang taat agama. Dari situlah, ia akan berusaha memperelok komitmen dirinya terhadap agama demi menggapai kedudukan mulia di sisi suaminya. Dengan begitu, ia akan mampu meraih ridha Allah-سُبْحَانَهُ وَنَعَالَى-dan ridha suami. Dan, ia pun akan sadar bila karakter lain semisal cantik dan harta tidaklah perlu diperebutkan atau diusahakan mati-matian.

Sungguh, komitmen terhadap agama itu mampu dicapai dengan belajar dan ber-Tafaqquh fi ad-Diin (memperdalam ilmu agama). Di sisi lain, komitmen itu tumbuh bersamaan dengan keindahan akhlak.

Bersambung…insya Allah.

Wallahu A’lam

Sumber :

Ilaj az-Zauj bi Husni al-‘Asyarah, Abu Thalib Abdul Qadir bin Muhammad bin Husain, ei, hal.  121-122

Amar Abdullah bin Syakir

 

Catatan :

[1] Al-Albani menshahihkannya dalam kitab Shahih Ibnu Majah, 1855)

[2] Baihaqi dalam al-Kubra, 10/244, Ahmad Syakir menshahihkan sanad hadis ini, 7415. Dan Albani menghukuminya hasan li ghairihi dalam kitab al-Misykah, 3272

[3] Ahmad, 3/80; Bazzar, 1403; dan Abu Ya’la, 1012. Albani menghasankannya dalam Shahihut Targhib, 1919.

Artikel: www.hisbah.net
Ikuti update artikel kami di Hisbah.net
Youtube: HisbahTv
Instagram: Hisbahnet dan Al Hisbah Bogor

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *