Pertanyaan :
Sebagian orang yang terus terjatuh dalam maksiat berdalih dengan hadis Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- :
« وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَوْ لَمْ تُذْنِبُوا لَذَهَبَ اللَّهُ بِكُمْ وَلَجَاءَ بِقَوْمٍ يُذْنِبُونَ فَيَسْتَغْفِرُونَ اللَّهَ فَيَغْفِرُ لَهُمْ »
Demi Dzat Yang jiwaku berada di tangan-Nya. Sekiranya kalian tidak berdosa, pastilah Allah akan melenyapkan kalian, dan pasti Allah akan mendatangkan kaum yang berbuat dosa, lalu mereka meminta ampun kepada Allah, maka Allah pun mengampuni mereka (HR. Muslim)
Jawaban :
Ini perbuatan orang yang tertipu, orang yang jauh dari Allah –عَزَّ وَجَلَّ-, jauh dari hukum-hukum-Nya dan syariat-Nya. Setan telah menipu mereka, telah mendikte mereka dan menghasung mereka untuk menerjang keburukan dan terus-menerus melakukannya. Dalam waktu yang sama juga, setan membumbungkan angan mereka bahwa masih ada kesempatan taubat dan kembali kepada ajaran Allah setelah itu. Banyak orang yang kelewatan dalam dosa dan maksiat. Bermacam pula dalih dan alasan mereka. Ada yang menyatakan nanti akan bertaubat. Ia berdalih akan mempersiapkan dirinya untuk bertaubat nanti kalau sudah beruban. Namun apa yang ia angankan tersebut ternyata terhalang dari dirinya. Angannya pun pupus dan putus.
Ada lagi yang mengandalkan pengharapan dari Allah dan luasnya rahmat-Nya. Ia lupa bahwa Allah sangatlah pedih siksa-Nya. Ia lupa bahwa terus-menerus menerjang dosa, -padahal ia tahu hal tersebut adalah haram-, akan mengundang siksa yang sungguh dahsyat.
Ada lagi yang terpedaya dengan begitu banyaknya orang yang jatuh dalam maksiat dan dosanya. Ia pun ikut bergabung dalam barisan mereka. Seakan-akan ia memandang mustahil orang-orang yang punya akal dan pandangan seperti mereka, bisa menjadi orang yang tersesat.
Tidak diragukan lagi bahwa banyak melakukan dosa dan berkubang dalam maksiat akan membuat hati menjadi keras, dan menghalanginya dari mengingat Allah ––عَزَّ وَجَلَّ dan taat kepada-Nya.
Ghalibnya, para penerjang maksiat seperti mereka ini, tidak mendapatkan taufik untuk bertaubat ; dan bahwa biasanya mereka akan punya akhir hidup yang buruk (suul khatimah). Di mana maksiat-maksiat tersebut telah menjadi angan dan kebiasaan mereka. Dosa-dosa tersebut telah menguasai kehendak mereka. Sehingga mereka tidak bisa melepaskan diri darinya.
Adapun hadis tersebut di atas, merupakan hadis shahih dan tsabit(valid). Akan tetapi, itu berkenaan dengan orang yang berbuat buruk karena tidak tahu, kemudian ia meminta ampun pada saat itu juga. Mereka ini adalah orang-orang yang Allah –عَزَّ وَجَلَّ- sebut dalam firman-Nya,
إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللَّهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِنْ قَرِيبٍ فَأُولَئِكَ يَتُوبُ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا [النساء :17]
Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana (Qs. An-Nisa : 17)
Juga dalam firman Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُون [آل عمران :135]
Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui (Qs. Ali Imran : 135) .
Sedangkan orang-orang tersebut di muka, sejatinya adalah orang-orang yang terus-menerus berbuat dosa, dan menyepelekannya. Kita berlindung kepada Allah –عَزَّ وَجَلَّ- dari kesesatan.
Wallahu A’lam
Sumber :
Fatawa Fi at-Tauhid, Syaikh Abdullah bin Abdirrahman al-Jibrin, hal.62
Amar Abdullah bin Syakir
Artikel : www.hisbah.net
Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Youtube HisbahTv,
Follow Instagram Kami Hisbahnet dan alhisbahbogor