Kita sudah sangat sering mendengar kata-kata cinta dari orang-orang di sekeliling kita. Baik anak-anak, remaja, hingga dewasa sekalipun, mereka memiliki ungkapan dan pemaknaan sendiri mengenai hal ini.
Ulama menyebutkan cinta (mahbbah) sebagai sesuatu yang meluap, Ibnu qayyim menuliskan bahhwa sebagian a’lim ulama menjelaskan kata al – mahabbah bersal dari kata al habbath, air yang meluap karena hujan yang lebat, dengan demikian istilah al – mahabbah dapat di artikan luapan gejolak.
Seperti sepenggal Kisah Yazid Bin Abdul Malik Bin Marwan, khalifah Bani Umayyah ini memiliki yang seorang budak perempuan yang bernama Hababah. Kemampuannya dalam menyanyi dan bersyair sangat disukai Yazid. Pada satu kesempatan, saat Hababah menyanyi, Yazid mengatakan dengan perasaan gembira, “Aku ingin terbang!” Hababah menanggapi, “Wahai Amirul Mukminin, jika Anda meninggalkan umat dan kami, lantas siapa yang akan menjaga kami?” Saat Yazid dan Hababah piknik di taman, Hababah tersedak biji delima (atau buah anggur yang dilempar Yazid menurut pendapat lain) dan meninggal. Yazid sangat berduka atas kejadian tersebut dan menolak menemui siapapun selama sepekan, juga menelantarkan kewajibannya sebagai khalifah. Yazid meninggal tak lama kemudian.
Pemabaca yang budiman.
jika kita Salah dalam mencintai bisa berakibat fatal,cinta memang harus di kendalikan agar berbuah keberkahan, dan ingat sewajarnya saja dalam mencintai, karena cinta pada mahluknya, apapun dan siapapun itu,haruslah terkendali dengan aturan allah, sedangkan hanya cinta pada Allah dan rasulNya yang pantas di simpan di atas segalanya,
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surat at-taubah ayat 24,
قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
“Katakanlah: “jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik”.
Wallahu A’lam
Penyusun
sofyanztdh