Memberikan nasehat atau menerimanya secara umum merupakan suatu hal yang diwajibkan oleh syari’at, bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikannya seakan ia keseluruhan agama ini, Diriwayatkan oleh Tamim Ad Dari radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Agama merupakan nasehat! Kami bertanya: Bagi siapa? Beliau menjawab: Bagi Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, Para pemimpin kaum muslimin dan seluruh kaum muslimin”. (HR. Muslim)
Berkata Imam An Nawawi:
“Hadits ini memiliki peran yang sangat besar, diatas dibangun urusan Islam.” (Syarah Imam Muslim 37/2)
Dan berkata Al Manawi: “Agama merupakan nasehat, yaitu tiang dan pondasinya adalah nasehat”.(Fathul Qadir 555/3)
Bahkan karena kedudukan, derajat dan pengaruhnya yang sangat besar, sehingga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membai’at sebagian sahabatnya diatas perkara nasehat tersebut. Dari Jarir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Aku memba’iat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menegakkan shalat, membayar zakat, dan memberikan nasehat kepada sesama muslim”. (Muttafaq ‘Alaihi)
Dan dengannya juga para rasul diutus, disandingkan dengan amanat menyampaikan risalah Rabb semesta alam, seperti Firman Allah Ta’ala yang mengisahkan tentang Nabi Nuh ‘Alaihissalaam:
أُبَلِّغُكُمْ رِسَالَاتِ رَبِّي وَأَنْصَحُ لَكُمْ وَأَعْلَمُ مِنَ اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
“Aku sampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan aku memberi nasehat kepadamu. dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui“.
Dan terdapat juga ayat-ayat lain yang semakna dengannya.
Dan nasehat ini merupakan sifat orang-orang yang beriman lagi selamat, yang dikecualikan dari kerugian kelak, Allah ta’ala berfirman:
{وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ} [العصر: 1 – 3]
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” ( QS. Al Ashr 1-3)
Dan nasehat yang berisikan amar makruf merupakan sebab ummat ini mendapatkan julukan ummat terbaik, sebagaimana firman-Nya:
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” ( QS. Al A’raf 110)
Dan ia merupakan salah satu ibadah dan pendekatan diri yang agung, dengannya manusia akan mendapatkan kedudukan di sisi-Nya, menjadi tinggi derajat mereka, dan mereka diutamakan dari selain mereka yang tidak memiliki sifat tersebut. Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah:
“Ibadah terbesar yaitu menasehati sesama, karena untuknya lah Allah mengutus para nabi dan rasul”. (Majmu’ Fatawa 615/28)
Dan berkata Fudhail bin Iyadh: “Tidaklah kami memandang seseorang dengan banyak sholatnya, akan tetapi kedermawanannya, dadanya yang lapang, dan nasehatnya untuk ummat”. (Jami’ul ulum wal hikam 225/1)
Dan nasehat merupakan suatu hak seorang muslim atas sesamanya, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu. Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ. قِيلَ: مَا هُنَّ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ، وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ، وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ، وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللهَ فَسَمِّتْهُ، وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ
“Hak seorang muslim terhadap sesama muslim itu ada enam, yaitu:
(1) jika kamu bertemu dengannya maka ucapkanlah salam,
(2) jika ia mengundangmu maka penuhilah undangannya,
(3) jika ia meminta nasihat kepadamu maka berilah ia nasihat,
(4) jika ia bersin dan mengucapkan: ‘Alhamdulillah’ maka do’akanlah ia dengan Yarhamukallah (artinya = mudah-mudahan Allah memberikan rahmat kepadamu),
(5) jika ia sakit maka jenguklah dan
(6) jika ia meninggal dunia maka iringilah jenazahnya”.
(HR. Muslim)
Dan nasehat memiliki peran yang sangat dominan dalam masalah perbaikan individu dan kelompok, untuk meluruskan jalan mereka, memperbaiki kesalahan mereka. Karena setiap kita pasti pernah berbuat salah dan keliru, maka dari itu kita butuh kepada sosok yang memalingkan pandangan kita, untuk menyempurnakan kekurangan yang ada, memperlihatkan titik kesalahan kita. Maka seorang muslim bagi saudaranya ibarat cermin yang membiaskan wajah jelek atau bagusnya. Berkata Abu Hurairah:
الْمُؤْمِنُ مِرْآةُ الْمُؤْمِنِ، إِذَا رَأَى فِيهِ عَيْبًا أَصْلَحَهُ
“Seorang mukmin merupakan cermin bagi mukmin lainnya, apabila ia melihat suatu aib, akan ia perbaiki” ( Al Jami’ karangan Ibnu Wahb 223)
Dan orang-orang yang berkerja di ladang dakwah, baik itu perorangan atau kelompok, mereka adalah orang yang paling wajib untuk memiliki sifat dan ibadah ini (nasehat), agar mencegah dan menjaga metode dakwahnya dari penyimpangan atau kesalahan yang terus menerus.
Maka setelah melihat penjelasan diatas tentang hakekat nasehat ini, maka pantas sekiranya bagi tiap-tiap muslim untuk tidak menyepelekannya, bagi orang yang ingin memberikan nasehat agar mengikuti tata cara Nabi dalam melakukannya, dan bagi orang yang dinasehati agar tidak malu apalagi sombong untuk menerimanya, bahkan dari anak kecil sekalipun, jika yang disampaikan itu benar adanya. Semoga pesan ini dapat direalisasikan oleh orang-orang sebanyak mungkin, sehingga tatanan sosial akan menjadi sangat kondusif bilamana diisi oleh orang-orang yang saling melengkapi: menasehati dan menerimanya.
Diterjemahkan dari artikel berbahasa arab yang berjudul:
النصيحةَ النصيحةَ يا عباد الله!
Muhammad Hadhrami Achmadi