Berharaplah Pahala dari Allah Wahai Para Suami Istri !

Mengharap pahala termasuk kebutuhan pokok dalam kehidupan seorang muslim dan muslimah. Bagi pasangan suami istri, konsep ini termasuk perkara paling penting. Yang mana keduanya bersama-sama membangun keluarga dan banyak berkorban demi langgengnya rumah tangga. Ada kalanya berdampak positif bagi kesehatan jasmani dan rohani keduanya. Karenanya, sebuah keharusan untuk menghadirkan niat mengharap pahala dalam setiap ucapan dan perbuatan masing-masing pasangan, disertai menahan diri dan sabar. Sebab, terkadang suami istri merasa keletihan, gundah, tidak berterima kasih, terutama dalam masalah nafkah, pendidikan anak, dan pekerjaan rumah.

Mengharap pahala adalah amalan hati, yakni, mencari pahala dari Allah ta’ala semata setiap kali melakukan amal ketaatan atau ketika meninggalkan perkara yang diharamkan, disertai sabar, ridha, dan pasarah. Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam- bersbada,

إِذَا أَنْفَقَ الْمُسْلِمُ نَفَقَةً عَلَى أَهْلِهِ وَهُوَ يَحْتَسِبُهَا كَانَتْ لَهُ صَدَقَةً

Jika seorang muslim memberikan sebuah nafkah kepada keluarganya, dan dia mengharap pahala darinya, maka itu dinilai sedekah (Shahih al-Bukhari)

Beliau-shallallahu ‘alaihi wasallam- juga bersabda,

مَنْ أَنْفَقَ عَلَى ابْنَتَيْنِ ، أَوْ أُخْتَيْنِ ، أَوْ ذَوَاتَيْ قَرَابَةٍ ، يَحْتَسِبُ النَّفَقَةَ عَلَيْهِمَا ، حَتَّى يُغْنِيَهُمَا اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ عَزَّ وَجَلَّ ، أَوْ يَكْفِيَهُمَا ، كَانَتَا لَهُ سِتْرًا مِنَ النَّارِ.

Siapa yang menafkahi dua anak gadisnya atau dua saudarinya atau dua perempuan kerabatnya, lalu mengharap pahala darinya hingga keduanya Allah azza wa jalla kayakan atau cukupi keduanya dari karunia-Nya, niscaya keduanya akan menjadi penghalang baginya dari api neraka (HR. Ahmad)

Beliau-shallallahu ‘alaihi wasallam- juga bersabda,

دِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِى رَقَبَةٍ وَدِينَارٌ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى مِسْكِينٍ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ أَعْظَمُهَا أَجْرًا الَّذِى أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ

Dinar yang engkau infakkan di jalan Allah, untuk memerdekakan budak, disedekahkan kepada orang miskin, atau dinafkahkan ke keluarga. Yang paling besar pahalanya adalah nafkah untuk keluarga (HR. Muslim)

Seorang muslim (sebagai seorang suami) atau muslimah (sebagai seorang istri) yang tidak berharap pahala dari Allah subhanahu wa ta’ala (dalam setiap amal ketaatan yang dilakukannya, baik yang bersifat umum ataupun yang bersifat khusus hubungannya dengan urusan keluarga) niscaya akan terlewatkan kebaikan yang banyak, dan kehilangan kebaikan dunia dan akhirat. Yang akan didapatkannya  justru hanyalah letih, sakit, stres, dan tegang.

Maka dari itu, hendaklah Anda, saudaraku-wahai para suami- Anda saudariku-para istri-berharap pahala kepada Allah dalam setiap amal ketaatan yang Anda lakukan !

Semoga Allah memberikan taufiq dan meluruskan niat kita dalam melakukan ketaatan. Amin

Wallahu a’lam

Dinukil dari “ Tis’un Wa Tis’una Fikrah li Hayah Zaujiyah Sa’idah”, karya : Dr. Musyabbab bin Fahd al-Ashimi (ei, 43-45) dengan sedikit gubahan

Amar Abdullah bin Syakir

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *