Berharap Pahala dalam Setiap Aktivitas Harian

Saudariku Muslimah …


Hendaknya kamu melakukan aktivitas harianmu demi mengharapkan pahala dari Allah, baik aktivitas yang berupa amal ketaatan, maupun bersabar dalam menghadapi perbuatan-perbuatan yang dilarang, ketika bergerak maupun ketika diam.


Upayakan semua amal perbuatan yang kamu lakukan masuk dalam kategori amal shalih.


Ihtisab
 merupakan perbuatan hati, tidak diucapkan di lisan, karena Nabi menjelaskan kepada kita bahwa tempat niat ada di hati. Ketika kamu mengharapkan pahala dari Allah, berarti kamu harus memintanya kepada Allah, karena tidak ada sesuatu apa pun yang bisa disembunyikan dari pengetahuan Allah, sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya,

 

قُلْ إِنْ تُخْفُوا مَا فِي صُدُورِكُمْ أَوْ تُبْدُوهُ يَعْلَمْهُ اللَّهُ


Katakanlah : “Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah mengetahui. “ (Qs. Ali Imran : 29)


Setiap perbuatan pasti disertai niat. Setiap amal perbuatan yang kamu lakukan semata-mata untuk Allah, maka amal perbuatan itu untuk Allah, sedangkan amal perbuatan yang kamu lakukan untuk kepentingan dunia, maka amal perbuatan tersebut semata-mata untuk dunia. Niat yang kedua ini sungguh sangat berbahaya. Antara niat yang pertama dan niat yang kedua sungguh sangat berbeda, dan sangat bertentangan, pun sangat jauh, seperti jarak antara langit dan bumi. Sebagian niat seorang perempuan berada di tumpukan sampah paling atas, dan sebagian niat manusia berada di tumpukan sampah paling bawah. Jika kamu berniat semata-mata karena Allah dan negeri akhirat dalam melakukan setiap perbuatanmu yang syar’i, maka kamu pasti mendapatkan apa yang kamu harapkan itu. Tapi, jika kamu berbuat semata-mata karena dunia, mungkin kamu bisa mendapatkan apa yang kamu harapkan dan mungkin juga tidak.


Allah ta’ala berfirman,

 

مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ


Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki (Qs. al-Isra : 18)


Dalam ayat di atas, Allah tidak tidak berfirman, “Maka kami segerakan baginya apa yang ia inginkan.” Tetapi, Allah berfirman, “Maka Kami segerakan baginya apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki-bukan kepada setiap manusia.”


Berdasarkan ayat di atas, maka sebagian manusia mendapatkan apa yang dia inginkan di dunia ini, sebagian manusia hanya mendapatkan sebagian apa yang dia inginkan di dunia ini, dan sebagian manusia ada yang tidak mendapatkan sama sekali dari pada yang dia harapkan di dunia ini.


Sedangkan firman Allah,

 

وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا


Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik. (Qs. al-Isra : 19)


Ayat di atas mengisyaratkan bahwa kamu harus berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkan pahala dari Allah
.


Selain itu, kamu perlu mengetahui tentang pahala niat yang baik, di mana Allah tidak akan pernah menyia-nyiakannya, meskipun kamu tidak sempat untuk melakukan amal shaleh yang kamu niatkan !


Jika seseorang berniat untuk melakukan amal shaleh, tetapi ada aral atau rintangan sehingga dia tidak bisa melakukan amal shaleh tersebut, maka dia tetap mendapatkan pahala, yaitu pahala dari apa yang dia niatkan. Sementara, jika dia melakukan amal shaleh pada saat dia tidak mempunyai uzur, yakni pada saat dia mampu untuk melakukan amal shaleh. Setelah itu dia memiliki uzur sehingga tidak mampu lagi untuk melakukannya, maka dia mendapatkan pahala dari amal perbuatan tersebut dengan nilai sempurna, sebab Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,

إِ

ذَا مَرِضَ الْعَبْدُ ، أَوْ سَافَرَ كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا


Jika seorang hamba sakit atau bepergian, maka dia akan diberi pahala amal seperti amal ketika dia sedang tidak bepergian atau sedang sehat. (HR. al-Bukhari)


Saudariku…muslimah


Jika kamu membiasakan diri untuk bersungguh-sungguh beramal demi mendapatkan pahala dari Allah, maka hal itu merupakan kebaikan yang berlipat ganda. Sungguh merupakan karunia dan rahmat Allah kepada hamba-hamba-Nya, di mana orang yang berniat untuk melakukan kebaikan, tetapi dia tidak sempat melakukannya karena sibuk dengan perbuatan yang lebih baik daripada amal perbuatan yang dia niatkan, sementara dia tidak mungkin melakukan kedua amal perbuatan tersebut secara bersamaan, maka sungguh amal perbuatan yang dia niatkan akan tetap dibalas dengan pahala. Yakni amalan yang terhalang pelaksanaannya karena amalan yang lebih utama darinya, bahkan meskipun dia tidak sempat melakukannya karena sibuk dengan amal perbuatan yang kadar pahalanya sama. Sungguh, karunia Allah amat luas. (lihat, Syarhu Jawaami’ al-Akhbar, Ibnu Sa’diy)


Wallahu A’lam


Sumber :


Kaifa Tahtasibiina al-Ajr Fii Hayaatiki al-Yaumiyyah
,
Hana’ binti Abdul Aziz Ash-Shanii’, ei,hal. 25-30. Dengan sedikit gubahan.


Amar Abdullah bin Syakir

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *