Memenuhi kebutuhan pasangan, menyokong, dan membangun sikap berani adalah tuntutan syariat, khususnya saat kondisi lemah, butuh, sakit ringan maupun menahun, hendaknya itu semua ia niatkan karena Allah ta’ala.
Suami istri sangat butuh untuk membangun prinsip ini baik terhadap pasangan, anak-anak, keluarga pihak suami atau istri, kerabat, bahkan seluruh makhluk di sekitarnya. Sifat mulia ini pasti akan menambah cinta mereka berdua, meninggalkan kesan (yang baik) di hati, di samping akan menambah pahala di sisi Allah ta’ala. Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ فِى الدُّنْيَا يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ عَلَى مُسْلِمٍ فِى الدُّنْيَا سَتَرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَاللَّهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ أَخِيهِ
Siapa yang memudahkan seseorang muslim satu kesulitan dari kesulitan dunia, niscaya Allah akan memudahkan untuknya satu kesulitan dari kesulitan akhirat. Siapa yang menutup aib saudaranya di dunia, niscaya Allah menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Allah senantiasa menolong hamba selama hamba itu menolong saudaranya.” (Shahih at-Tirmidzi)
Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِى تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
Permisalan kaum mukminin dalam kecintaan, kasih sayang, kelemah lembutan mereka bagaikan satu jasad. Jika ada anggota tubuh yang merasa sakit, seluruh tubuh ikut merasa tak mampu tidur dan demam (Shahih Muslim)
Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,
الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ ، وَلاَ يُسْلِمُهُ ، وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ
Muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, tidak menzhaliminya dan tidak menyerahkannya ke musuh. Siapa yang memenuhi kebutuhan saudaranya, niscaya Allah memenuhi kebutuhannya (Shahih al-Bukhari)
Aisyah berkata,
كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا مَرِضَ أَحَدٌ مِنْ أَهْلِهِ نَفَثَ عَلَيْهِ بِالْمُعَوِّذَاتِ، فَلَمَّا مَرِضَ مَرَضَهُ الَّذِي مَاتَ فِيهِ، جَعَلْتُ أَنْفُثُ عَلَيْهِ وَأَمْسَحُهُ بِيَدِ نَفْسِهِ، لِأَنَّهَا كَانَتْ أَعْظَمَ بَرَكَةً مِنْ يَدِي
“Dahulu Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam- jika salah seorang keluarganya sakit, maka beliau meniupkan al-Mu’awwidzaat (al-Ikhlash, al-Falaq, dan an-Naas) kepadanya. Tatkala beliau sakit menjelang wafatnya, aku meniup dan mengusap beliau dengan tangan beliau sendiri, karena tangannya lebih berkah daripada tanganku. (Shahih Muslim)
Seorang penyair berkata :
Orang yang paling mulia di tengah makhluk adalah seseorang
Yang berbagai kebutuhan manusia selesai di tangannya
Janganlah engkau tahan seorang pun dari kebaikan uluran tanganmu
Selama engkau mampu, niscaya kebahagiaan bercucuran padamu
Wallahu A’lam
Sumber :
Dinukil dari “ Tis’un Wa Tis’una Fikrah li Hayah Zaujiyah Sa’idah”, karya : Dr. Musyabbab bin Fahd al-Ashimi (ei, hal. 125)
Amar Abdullah bin Syakir