Toleransi antar Umat Beragama merupakan risalah universal, dan bahkan merupakan seruan Islam dari awal.
Sebagaimana firman-Nya:
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
“Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku”. (QS Al Kafirun: 6)
Dan sebagai tambahan bukti, bahwa pada Fase Madinah, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersama para sahabat tinggal dan berinteraksi dengan pemeluk agama lain seperti yahudi.
Namun, toleransi ini tidak seperti yang digaungkan kaum liberal, yang mana mereka menyangka dan mengkampanyekan bahwa toleransi antar agama itu juga masuk ke ranah ibadah dan aqidah, seperti yang mereka lakukan ketika Hari Natal, mereka ikut masuk ke gereja dan mengikuti prosesi peribadatan disana.
Dan fatalnya mereka juga berdalih dengan Surat Al Kafirun diatas, padahal Surat tersebut tidak turun kecuali sebab berikut:
عن سعيد بن مينا مولى البَختري قال :
لقي الوليد بن المُغيرة والعاص بن وائل ، والأسود بن المطلب ، وأميَّة بن خلف ، رسولَ الله ، فقالوا : يا محمد ! هلمّ فلنعبد ما تعبد ، وتعبدْ ما نعبد ، ونُشركك في أمرنا كله ، فإن كان الذي جئت به خيرا مما بأيدينا كنا قد شَرِكناك فيه ، وأخذنا بحظنا منه ; وإن كان الذي بأيدينا خيرا مما في يديك كنت قد شَرِكتنا في أمرنا ، وأخذت منه بحظك ، فأنزل الله : (قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ) حتى انقضت السورة .
رواه الطبري في ” جامع البيان ” (24/703)
Dari Said bin Mina Maula Al Bakhtari, ia meriwayatkan:
Suatu kali, Al Walid bin Al Mughirah, Al Ash bin Wail, Al Aswad bin Al Muttalib dan Umayyah bin Khalaf menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam, yang mana mereka berkata:
“Wahai Muhammad, marilah! Kami akan menyembah apa yang engkau sembah, kemudian engkau gantian menyembah juga apa yang kami sembah, sehingga kita bekerja sama dalam hal ini (ibadah). Maka, apabila apa yang engkau datang dengannya (Islam), lebih baik dari apa yang ada pada kami, maka berarti kami telah membersamaimu dalam kebaikan dan kami mendapatkan keberuntungan juga. Begitu juga sebaliknya, apabila apa yang ada pada kami lebih baik daripada apa yang engkau bawa, maka engkau juga telah membersamai kami dalam kebaikannya dan mendapatkan keberuntungannya”.
Kemudian Allah Ta’ala menurunkan Surat Al Kafirun.
Diriwayatkan oleh Ath Thabari dalam Jamiul Bayan hlm 703/24.
Maka dari keterangan sebab turunnya Surat Al Kafirun diatas, jelaslah bahwa klaim Kaum Liberal adalah salah besar, ketika mereka melewati batasan dalam hal toleransi umat beragama, yang mana sebagian sampai beranggapan bahwa semua agama sama saja, karena tujuannya sama, yaitu menuju tuhan.
Wal ‘iyadzu billah.
Padahal Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۗ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya”. (QS Al Imran: 19)
Jadi kesimpulannya, Islam adalah agama terakhir yang menghapuskan eksistensi agama-agama sebelumnya. Dan mempercampur-adukkan antar ajaran agama merupakan kekufuran dan kesyirikan. Sehingga, hendaklah setiap muslim tahu akan batasan toleransi yang di benarkan oleh Islam, yaitu sebatas muamalah, bukan ibadah apalagi akidah.
Semoga Allah Ta’ala menjaga akidah kita dan kaum muslimin sekalian.
Ustadz : Hadrami Lc