Aqidah Kita (bag.7)

Dan kita mempercayai bahwa Allah –subhanahu wa ta’ala- tidak serupa dengan sesuatu pun. Dia Maha sempurna dan Maha Agung. Firman Allah –subhanahu wa ta’ala-

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Tidak ada satu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dialah Yang Maha Mendengar dan Maha Melihat (Qs. Asy-Syura : 11)

لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ

Tidak pernah mengantuk dan tidak pernah tidur (Qs. Al-Baqarah : 255)

Allah tidak pernah mengantuk dan tidak pula tidur, karena kesempurnaanNya dan kekuatanNya dalam hidup yang berbeda dengan makhluk.

Dan Allah itu tidak pernah menzhalimi hambaNya. Dan Dia tidak pernah lalai dari segala apa yang dikerjakan hamba-hambaNya, karena pengawasan Allah yang sempurna dan teliti.

Kita mempercayai, bahwa Allah –subhanahu wata’ala– menguasai langit dan bumi karena keluasan ilmu dan kekuasaanNya. Dan apabila Dia menghendaki sesuatu sangatlah mudah bagiNya. FirmanNya,

إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ

Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia (Qs. Yaasin : 82)

Allah –subhanahu wata’ala– itu tidak pernah letih dan lelah karena kekuatan dan kesempurnaanNya, Firman Allah,

وَلَقَدْ خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَمَا مَسَّنَا مِنْ لُغُوبٍ

Dan sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang di antara keduanya pada enam masa. Dan Kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan (Qs. Qaaf : 38).

Kita kaum muslimin mempercayai segala sifat yang sempurna dan nama yang baik bagi Allah –subhanahu wa ta’ala– sebagaimana yang ditetapkan Allah sendiri dalam al-Qur’an dan yang dijelaskan oleh Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam-.

Dan kita tidak akan memberikan gambaran (tamsil) yang menyerupakan sifat Allah dengan sifat makhluk dan tidak akan menanyakan bagaimana (takyif) tentang asma’ dan sifat Allah. Baik secara lisan ataupun tahayyul dalam pikiran kita. Hal itu diterima apa adanya menurut apa yang tertulis dalam al-Qur’an maupun yang diterangkan dalam hadis-hadis shahih.

Kita menyakini segala apa yang tidak patut bagi Allah seperti tersebut dalam al-Qur’an dan hadis sebagaimana yang telah dinafikan oleh Allah sendiri tentang diriNya atau oleh Rasulullah. Menafikan semua yang tidak layak tersebut adalah dalam rangka kesempurnaan sifat Allah. Dan kita tidak akan berkomentar terhadap apa-apa yang tidak disebutkan dan RasulNya tentang asma’ dan sifat Allah.

Sistem seperti ini adalah suatu kepastian yang jelas, karena Allah –subhanahu wata’ala– telah menetapkan seperti itu terhadap diriNya yang Agung. Dan Dia telah menafikan segala yang tidak patut bagi diriNya Yang Maha Mulia. Hal tersebut adalah “berita” dari Allah yang diberitakan oleh Allah sendiri tentang diriNya. Dan Allah –subhanahu wata’ala– lebih tahu tentang diriNya sendiri, lebih benar dan tepat informasiNya daripada hambaNya yang sangat terbatas pengetahuannya tentang Dia. Apa yang telah disampaikan oleh Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam- tentang asma’ dan sifat Allah adalah berita yang paling benar, kerena Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam- yang lebih tahu daripada kita tentang Allah.

Semua yang telah ditetapkan Allah dan Rasul itu adalah sesuatu yang benar dan tepat serta keterangan yang paling jelas, maka kita tidak boleh ragu sedikitpun untuk menerima serta meyakini ketetapan Allah dan Rasul tentang asma’ dan sifat Allah.

Wallahu a’lam

Bersambung, in sha Allah

Sumber :

Dinukil dari: “ Aqidah Ahlu as-Sunnah Wal Jama’ah “, Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin-semoga Allah merahmatinya. (E.I, hal. 32-35)

Amar Abdullah bin Syakir

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *