Jawab: Shalat Tarawih tidak memiliki batas tertentu sebagai sesuatu yang wajib dipenuhi. Jika seseorang melakukan shalat satu malam penuh, tidak mengapa. Dan jika seseorang melakukan shalat dua puluh rakaat atau lima puluh rakaat, tidak mengapa. Akan tetapi, bilangan yang paling utama adalah apa yang telah dilakukan Nabi shallallahu alaihi wasallam., yaitu sebelas rakaat atau tiga belas rakaat. Hal ini karena Aisyah pernah ditanya, “Bagaimana Nabi shallallahu alaihi wasallam. shalat di Ramadhan?” Aisyah. menjawab, “Beliau tidak menambahi lebih dari sebelas rakaat, baik di bulan Ramadhan maupun selain Ramadhan.” Akan tetapi, rakaat-rakaatnya wajib dilakukan secara benar.
Hendaknya seseorang memperpanjang bacaan, rukuk, sujud, berdiri setelah rukuk, dan duduk di antara dua sujud. Hal ini berbeda dengan apa yang dilakukan sebagian manusia sekarang. Ia melakukan shalat Tarawih dengan cepat sehingga menghalangi makmum untuk melakukan apa yang seharusnya ia lakukan. Seorang imam adalah pemimpin. Dan pemimpin wajib melakukan apa yang lebih membawa manfaat dan maslahat. Tujuan imam yang hanya ingin melakukan shalat dengan cepat selesai adalah suatu kesalahan. Hendaknya ia melakukan apa yang telah dilakukan Nabi shallallahu alaihi wasallam. berupa memperpanjang berdiri, rukuk, sujud dan duduk sebagaimana yang ada dalam hadits. Dan hendaknya kita memperbanyak doa, bacaan Al-Qur`an, tasbih, dan lain sebagainya.
Sumber : 48 Su`al fi ash-Shiyam, karya syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin.