Bertanya sangatlah penting dalam menuntut ilmu, dengannya seseorang dapat membuka pintu ilmu yang masih tertutup, oleh karena itu janganlah kita segan untuk bertanya manakala membutuhkan jawaban dari pertanyaan yang ada di benak kita. Namun, kita tidak perlu untuk mencari-cari pertanyaan untuk ditanyakan jikalau memang tidak ada, agar pertanyaan yang ditanyakan berkualitas dan bermanfaat.
Pada artikel sebelumnya [Apa Saja Pertanyaan Yang Tidak Dianjurkan Dalam Agama? (1)] telah kami sebutkan empat macam pertanyaan yang tidak layak untuk ditanyakan beserta contoh dari setiap macamnya. Pada artikel ini kami ingin melanjutkan beberapa macam pertanyaan lainnya yang tidak pantas untuk ditanyakan sebagaimana yang telah disebutkan oleh Imam Syatibi dalam kitab ‘Al-Muwafaqat’, lanjutannya sebagai berikut:
Keempat, bertanya tentang hal-hal ghaib yang hanya Allah yang tahu hakekatnya dan manusia hanya bisa tahu dari apa yang Allah kabarkan. Seperti bertanya tentang hal-hal mengenai Dzat Allah Subahanahu wa ta’ala dan semacamnya. Manusia hanya bisa tahu dari apa yang Allah dan rasulnya kabarkan dan tidak tahu lebih dari itu.
Dahulu ada seorang lelaki bertanya kepada Imam Malik tentang istiwa’ Allah, maka Imam Malik menjawab, “makna istiwa’ (secara arti bahasa) kita ketahui, bagaimana hakekatnya tidak diketahui, dan bertanya tentang istiwa’ adalah bid’ah.”
Kelima, bertanya tentang perselisihan yang terjadi diantara para sahabat yang terjadi di masa kepemimpinan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu. Para sahabat adalah manusia-manusia pilihan yang Allah pilih untuk memandang wajah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, cukup sebagai sebuah kemuliaan bagi mereka, berjuang dan mengorbankan harta dan jiwa mereka bersama beliau demi membela islam, kita wajib mencintai dan menghormati mereka semua, walau disamping itu mereka adalah manusia biasa yang tak lepas dari salah, luput serta persilisihan. Dan kita bukan apa-apa dibanding mereka, sehingga merupakan sebuah kelancangan jikalau kita mengkritik atau menghakimi sebagian mereka sebagai pihak yang salah.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz radhiyallahu’anhu pernah ditanya tentang pertikaian yang terjadi antara para sahabat, maka ia menjawab, “Tanganku tidak ikut campur menumpahkan darah-darah mulia tersebut, maka aku juga tak ingin mulutku terkotori dengan ikut campur membicarakannya.”
Keenam, bertanya untuk menentang, mendebat, menang-menangan pendapat dan menimbulkan permusuhan.
Allah subahanhu wa ta’ala berfirman:
وَمِنَ النَّاسِ مَن يُعْجِبُكَ قَوْلُهُ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللَّهَ عَلَىٰ مَا فِي قَلْبِهِ وَهُوَ أَلَدُّ الْخِصَامِ
“Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, Padahal ia adalah penantang yang paling keras.” (QS. Al-Baqarah: 204)
Inilah beberapa macam pertanyaan tercela yang disebutkan oleh Imam Syatibi rahimahullah dalam kitab ‘Al-Muwafaqat’.
Tentunya ketercelaan setiap macam pertanyaan yang telah disebutkan diatas tidak sama, ada yang ringan dan ada pula yang berat tergantung pada mudharatnya.
Semoga bermanfaat bagi kita semua agar kita tahu mana pertanyaan yang pantas diutarakan dan mana yang tidak pantas.
Wallahu ta’ala a’lam
Artikel : www.hisbah.net
Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet,