Apa Faedah Ihtisab ? (bag 1)

Tahukah kamu, ketika kamu berusaha untuk menggapai pahala dalam aktivitas keseharian, kamu akan mendapatkan faedah-faedah yang takkan pernah dicapai oleh mereka yang tak pernah berharap untuk menggapai pahala ?

Jika kamu tidak keberatan, aku akan uraikan hal tersebut sebagai berikut :


Faedah-faedah Ihtisab :

1. Upaya melakukan ihtisab dalam tindakan-tindakan kebajikan akan mendatangkan keikhlasan hanya kepada Allah dan tidak ada balasan terhadap hal itu kecuali Surga.

2. Ihtisab dalam hal-hal yang tidak dianjurkan agama (makaarih) dapat melipat gandakan nilai pahala kesabaran terhadapnya.

2. Ihtisab akan menjauhkan pelakunya dari sifat-sifat riya dan mendatangkan rasa percaya terhadap kekuasaan Allah.

4. Ihtisab terhadap hal-hal yang tidak dianjurkan agama akan menghalau datangnya kesedihan dan mendatangkan kesenangan. Mengubah kesengsaraan dalam diri manusia menjadi kenikmatan.

5. Ihtisab dalam tindakan-tindakan yang terpuji akan mendatangkan kebahagiaan lahir dan kesenangan batin, disebabkan apa yang telah ia lakukan untuk Rabb-nya, Dzat yang akan melipatgandakan saham keimanan dan menguatkan ruh perjuangannya.

6. Ihtisab adalah bukti kerelaan dan peneriman seseorang terhadap takdir (qadha dan qadar) Allah, sekaligus bukti kecintaan seseorang kepada-Nya.

7. Bukti istiqamah dan kebaikan diri seseorang

8. Mengikuti sunnah Rasulullah-shallallahu ‘alaihi waslalam– (lihat, Nadhratun Na’im, II/66 atau VII/2698)

9. Dengan ihtisab, berarti kamu telah mensyukuri nikmat, karena ihtisab adalah bentuk dari sebuah ketaatan. Dan perbuatan taat adalah bagian dari ungkapan rasa syukur terhadap nikmat. Allah akan membalas rasa syukurmu atas nikmat-nikmat-Nya dengan memberikan kepadamu ketaatan-ketaatan yang lebih banyak lagi. Allah akan memudahkannya untumu, memberikan jalan untukmu. Dan akan mengeratkannya dengan hatimu hingga kamu menyukai perbuatan taat tersebut dan senang melakukannya. Maka, ihtisab akan menjadi hal yang sangat mudah bagimu, juga hal-hal yang lainnya. Sayyidina Husain pernah berkata ketika menafsirkan ayat,

لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ

Jika kamu bersyukur maka Aku akan menambahkan untukmu


dengan perkataannya, “Artinya, menambahkan kepada mereka ketaatan kepada-Nya (Lihat, ad-Durr al-Mantsuur, Imam as-Suyuthi, V/7)

10. Orang yang berusaha untuk menggapai pahala dari Allah azza wa jalla dalam segala perbuatannya, maka ia tidak akan merasa sakit andai dirinya tidak mendapatkan pujian dari manusia atas segala apa yang telah dia lakukan, atau ketika (tidak mendapatkan) penghargaan terhadap perbuatan-perbuatannya kepada mereka. Sebab ia tidak mengharapkan pujian atau balasan dari manusia. Dia hanya mengharapkan hal tersebut dari Allah subhanahu wa ta’ala. Hatinya tetap tenang dan jiwanya damai. Meski perbuatan baiknya dibalas dengan perlakuan buruk. Selama apa yang ia harapkan dapat ia peroleh (yakni balasan dari Allah), maka ia tidak akan peduli dengan semua hal di sekitarnya. Karena baginya, hal-hal tersebut tak begitu berharga.

11. Ihtisab untuk menghindarkan diri dari hal-hal maksiat dan diharamkan adalah sebuah ketaatan yang akan meneguhkan hatimu, memperkuat pendirianmu. Menghindar dari perbuatan maksiat –dengan segala kekuatan yang kamu miliki- karena berharap pahala dari Allah, akan menjadikan kamu puas dan menikmati proses tersebut. Karena dengan begitu engkau berharap akan mendapatkan pahala, seperti ketika kamu melakukan perbuatan baik yang diperintahkan Allah. Engkau tidak melampoi batas-batas tersebut, karena berharap pahala ketakwaan dan takut kepada adzab Allah.

وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ

Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua syurga
(Qs. ar-Rahman : 46)


Dan barangsiapa yang takut kepaada Rabb-nya serta siksaan-Nya, kemudian ia meninggalkan segala apa yang dilarang, melaksanakan apa yang Dia perinthkan, maka ia akan mendapatkan dua jannah dari emas : perabotan, bangunan, perhiasan, dan semua yang ada di dalamnya terbuat dari emas. Satu jannah balasan untuk upaya menghindar dari perbuatan-perbuatan yang terlarang, dan satunya lagi sebagai balasan atas amal-amal ketaatan. (Lihat, Taisir al-Kariimi ar-Rahman Fii tafsiiri Kalami al-Mannan, 5)

12. Sesungguhnya lingkungan kecil di mana engkau hidup akan belajar kepadamu tentang akhlak yang baik ini-yakni ihtisab– karena mereka merasakan (dampak)nya dan berinteraksi langsung dengannya, di sela-sela kehidupan nyata mereka. Hal itu meninggalkan bekas yang mendalam dalam diri mereka. Yang kami maksud di sini adalah keluargamu, anak-anakmu, suamimu, dan mereka yang berinteraksi langsung dan kontinyu denganmu. Termasuk rekan-rekan kerjamu. Dengan begitu engkau telah mengajak kepada kebaikan dengan tindakanmu. Dan engkau akan mendapatkan pahala amalmu serta pahala orang yang melakukan hal tersebut hingga hari Kiamat, dengan izin Allah.


Bersambung…insya Allah.


Wallahu A’lam


Sumber :


Kaifa Tahtasibiina al-Ajr Fii Hayaatiki al-Yaumiyyah
, Hana’ binti Abdul Aziz Ash-Shanii’, ei,hal. 43-48. Dengan ringkasan


Amar Abdullah bin Syakir

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *