Amal yang Paling Dicintai

Membahagiakan hati orang lain merupakan perkara penting yang perlu diperhatikan seorang muslim dan muslimah. Suami istri adalah pihak paling tepat untuk saling membahagiakan, baik untuk pasangan maupun anak-anaknya. Yaitu dengan cara memanfaatkan moment yang tepat, atau mencari moment baru.

Hendaknya suami meneliti apa yang disukai dan dinikmati istri, serta apa saja yang dapat membahagiakan hatinya. Dia harus menyertai dan mengapresiasi kesenangan istri meskipun ia tidak cocok.

Begitu pula dengan istri, ia harus mencari apa saja yang disukai dan dinikmati suami, serta apa saja yang dapat membahagiakan hatinya. Ia harus membantu, bahkan menyertai suami meskipun ia kurang cocok dengannya. Ini semua akan membahagiakan masing-masing pasangan dan menambah rasa sayang keduanya.

Ini semua dengan syarat keinginan dan hobinya tersebut tidak bertentangan dengan syariat Allah ta’ala. Dan masing-masing tidak boleh mencela hobi pendamping hidupnya. Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ أَنْفَعَهُمْ لِلنَّاسِ ، وَأَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ

Orang yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Dan amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah kebahagiaan yang kamu masukkan ke dalam hati seorang muslim (Hadis Shahih, As-Silsilah Ash-Shahihah)

Aisyah-semoga Allah meridhainya- berkata :

وَاللَّهِ لَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُومُ عَلَى بَابِ حُجْرَتِي وَالْحَبَشَةُ يَلْعَبُونَ بِحِرَابِهِمْ فِي مَسْجِدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتُرُنِي بِرِدَائِهِ لِكَيْ أَنْظُرَ إِلَى لَعِبِهِمْ ثُمَّ يَقُومُ مِنْ أَجْلِي حَتَّى أَكُونَ أَنَا الَّتِي أَنْصَرِفُ فَاقْدِرُوا قَدْرَ الْجَارِيَةِ الْحَدِيثَةِ السِّنِّ حَرِيصَةً عَلَى اللَّهْوِ

Aisyah berkata,”Aku melihat Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam- berdiri di depan pintu kamarku, sedang orang-orang Habasyah sedang memainkan tombak di masjid Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam-. Beliau menutupiku dengan kainnya supaya aku dapat menyaksikan permainan mereka. Beliau rela berdiri lama demi aku hingga aku sendiri menyudahi.  Maka, hargailah gadis kecil yang masih suka bermain.” (Shahih Muslim)

Aisyah menceritakan bahwasanya Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam- menemuinya pada hari Idul Adha. Di samping Aisyah ada dua budak perempuan yang sedang memainkan rebana dan bernyanyi dengan nyanyian penyemangat. Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam- datang dan berbaring di atas kasur dengan menutup wajahnya (sehingga Abu Bakar tidak tahu di sana ada Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam). Lalu, masuklah Abu Bakar dan membentak dua budak itu, maka Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,

دَعْهُمَا يَا أَبَا بَكْرٍ إِنَّ لِكُلِّ قَوْمٍ عِيدًا وَإِنَّ عِيدَنَا هَذَا الْيَوْمُ

Biarkanlah keduanya wahai Abu Bakar !, karena setiap agama memiliki hari raya, dan hari raya kita adalah hari ini (Shahih al-Bukhari)

 

Wallahu A’lam

Sumber :

Dinukil dari “ Tis’un Wa Tis’una Fikrah li Hayah Zaujiyah Sa’idah”, karya : Dr. Musyabbab bin Fahd al-Ashimi (ei, hal. 128)

Amar Abdullah bin Syakir

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *