Allah Sesembahan yang Haq

Saudaraku seiman

Tugas mulia yang diemban oleh manusia bahkan makhluq Allah yang lainnya dari bangsa jin adalah beribadah kepada Allah ta’ala. Inilah yang menjadi maksud diciptakannya mereka. Allah azza wajalla menegaskan:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. (Qs. Adz Dzariyat : 56)

Maka, Dialah Dzat satu-satunya yang harus diibadahi. Allah azza wajalla menegaskan:

ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ فَاعْبُدُوهُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ

(yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada sesembahan yang hak selain dia; pencipta segala sesuatu, maka sembahlah dia; dan Dia adalah pemelihara segala sesuatu. (Qs. Al-An’am : 102)

ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّهُ يُحْيِي الْمَوْتَى وَأَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Yang demikian itu, karena Sesungguhnya Allah, Dialah yang haq dan sesungguhnya Dialah yang menghidupkan segala yang mati dan Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, (Qs. Al-Hajj : 6)

Oleh kerena itu, tidak selayaknya tuhan-tuhan selaian Allah untuk diibadahi. Kareta tuhan-tuhan selain Allah itu adalah sesembahan yang batil. Allah azza wajalla berfirman:

ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ

(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena Sesungguhnya Allah, Dialah (tuhan) yang haq dan Sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, Itulah yang batil, dan Sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha besar. (Qs. Al-Hajj : 62)

Tidak pantas juga dalam beribadah kepada Allah seorang hamba menyekutukannya, seperti meniatkan ibadahnya untuk Allah dan juga untuk yang lainnya, Ia shalat, namun di dalam hati ada unsur riya misalnya, seorang yang membaca Al-Qur’an agar ia dikatakan sebagai seorang yang pandai di dalam membacanya, ia berjihad agar dikatakan sebagai seorang yang pemberani, seorang rajn bersedekah agar ia dikatakan sebagai seorang yang dermawan, ia menghalalkan apa yang dihalalkan oleh para pemimpin mereka padahal hal tersebut sesuatu yang diharamkan oleh Allah ta’ala, ia mengharamkan apa yang diharamkan oleh para pemimpin mereka padahal yang diharamkan oleh pemimpin mereka merupakan hal yang dihalalkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Kesemua ini merupakan bentuk menyekutukan Allah ta’ala dalam melakukan peribadatan kepadaNya. Maka hal seperti ini dan yang semisal dengannya tidaklah pantas dilakukan oleh hamba-hamba Allah ta’ala:

اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ

Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al masih putera Maryam, Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. (Qs. At-Taubah : 31 )

 

Saudaraku seiman

Tidak pantas juga seorang hamba menjadikan hawanafsunya sebagai sesembahannya, di mana ia tunduk dan patuh terhadap kehendaknya, segala hal yang berlawanan dengannya ia lawan, sekalipun hal tersebut bertentangan dengan syariat Allah azza wajalla. Orang-orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhan yang disembah, yang ditaati, sungguh ia telah sesat dari jalan Allah yang lurus. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Allah dalam firmanNya:

أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ

Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? (Qs. Al-Jatsiyah : 23)

Bila demikian ini, maka sungguh pelakunya akan celaka. Karena, tak ada yang dapat memberikan kepadanya petunjuk selain Allah azza wajalla, sementara petunjuk Allah adalah kunci keselamatan dari segala macam dan bentuk kesesatan. Siapa yang tidak mendapatkan petunjukNya ia akan sesat. Hal ini sebagaimana yang Allah tegaskan dalam hadits qudsi:

يَا عِبَادِى كُلُّكُمْ ضَالٌّ إِلاَّ مَنْ هَدَيْتُهُ فَاسْتَهْدُونِى أَهْدِكُمْ

Wahai hamba-hambaKu setiap kalian adalah sesat melainkan siapa yang Aku beri petunjuk. Maka dari itu, mohonlah petunjuk kepadaKu, niscaya Aku beri kalian petunjuk (HR. Muslim, No.6737)

Semoga Allah ta’ala menyelamatkan kita dari segala bentuk memalingkan ibadah kepada selain Allah ta’ala, menyelamatkan kita dari segala bentuk tujuan, motivasi, niatan ibadah kepada selainnya, menyelamatkan kita pula dari mentaati hawa nafsu karena hal tersebut akan menyebabkan kita celaka, baik di dunia maupun di akhirat. Aamin

Shalawat dan salam semoga tercurah kepada nabi kita Muhammad beserta keluarga dan para sahabatnya.

Penulis : Amar Abdullah bin Syakir

Artikel : www.hisbah.net

Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet, Google+ Hisbahnet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *