Jika dua alasan sebelumnya banyak kita dengar dari kalangan awam, maka alasan klasik kali ini adalah yang paling sering digunakan oleh orang-orang yang bisa disebut para intelektual, namun sangat disayangkan pemahaman mereka akan agama tidak mencukupi sehingga mudah terpedaya propaganda barat akan kewajiban muslimah yang satu ini yaitu hijab.
Hijab jika dipandang hanya sebuah budaya berarti tidak menganggapnya sebagai perintah ilahi, dan konsekuensinya mengerikan, karena sama saja beriman dengan sebagian kitab dan menolak sebahagian lainnya yang tidak dikehendaki, seperti kebiasaan kufur Bani Israel yang diabadikan didalam Al Qur’an:
أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ ۚ فَمَا جَزَاءُ مَنْ يَفْعَلُ ذَٰلِكَ مِنْكُمْ إِلَّا خِزْيٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يُرَدُّونَ إِلَىٰ أَشَدِّ الْعَذَابِ ۗ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ
“Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.” (QS Al Baqarah: 85)
Maka pertama sekali kita menghimbau siapa saja yang pernah beranggapan demikian untuk segera bertaubat, jangan sampai hanya karena belum siap atau tidak suka sehingga mengatakan yang demikian.
Hijab sebagai bagian dari ketentuan agama bagi muslimah sangatlah valid, dengan dibuktikan oleh banyak ayat dan hadits yang tegas dalam penjelasannya, tidak multi tafsir.
Kemudian, anggaplah ia juga sebagai sebuah budaya arab, maka agar informasi yang didapatkan sempurna, perlu untuk diketahui, dahulu dijaman jahiliah, salah satu ciri yang membedakan seorang wanita apakah ia seorang wanita merdeka bermartabat, ataukah ia seorang budak bahka pelacur itu dapat dilihat dari pakaiannya, maka pakaian adalah identitas, dan dalam hal ini berarti hijab ini adalah trend berpakaian para wanita terhormat di jaman dahulu, maka sudihkah engkau dengan pakaian terbuka mu kini dikatakan sebagai pakaian ala budak atau yang lebih pedas lagi adalah pakaian ala wanita murahan? Tentu tidak bukan?
Satu lagi, anggaplah pendapat anda benar bahwa hijab itu budaya lokal arab, maka apa jenis model pakaian yang anda kenakan ini? Kebarat-baratan bukan? Atau malah meniru fashion korea? Bukankah budaya indonesia dalam berpakaian adalah berpakaian yang sopan, bahkan sebagian foto-foto sejarah membuktikan bahwa pakaian kurungan atau hijab sudah dipakai oleh kaum muslimah dari ratusan tahun lalu, bahkan sampai kini masih ada satu suku di Nusa Tenggara yang mana para wanita mereka jika beraktivitas diluar rumah, mereka memakai kain semacam sarung dan membalutnya ke wajah mereka seperti bentuk hijab bercadar yang kita kenali bersama.
Maka ini bukti inkonsistensi anda dalam berpendapatm disatu sisi anda menolak hijab karena budaya arab, namun disisi lain anda tidak mengenakan busana ala indonesia bahkan seringnya menggunakan model pakaian ala barat.
Maka hendaknya anda jujur, kemuliaan hijab yang anda rendahkan itu sebenarnya apa sebabnya? Anda membenci arab atau jangan-jangan islam? Kalau membenci arab, kenapa? Apakah pernah bangsa arab menjajah negeri kita? Atau bahkan dalam konteks kekinian, adakah arab menjajah perekonomian dan sumber daya alam kita? Bukankah pelakunya asing dan aseng? Kapitalisme dan komunisme? Atau sebenarnya anda membenci agama anda sendiri yaitu islam?
Mari kita jernihkan kembali akal sehat kita, dengan mengambil pemahaman agama dari sumber yang benar, bukan dari media barat yang memang ia adalah senjata dan propaganda melawan islam dan kaum muslimin, dan tidak juga dari kaum liberal yang memahami agama dengan cara yang keliru, sehingga menggerogoti islam itu sendiri dari dalam.
Muhammad Hadhrami Achmadi