Saudara-saudaraku yang mulia …ini adalah sebuah kisah dari deretan kisah-kisah tentang sikap memelihara kehormatan diri dan kebersihan hati. Kisah yang disampaikan oleh orang yang tidak berbicara dari hawa nafsu, Rasul kita yang mulia, shallallahu ‘alaihi wasallam.
Kisah ini terjadi pada seorang laki-laki dari bani Israil yang bernama al-Kifli. Laki-laki ini memiliki kekuasaan dan harta melimpah, namun dia tidak mengetahui yang halal dan yang haram, sehingga melakukan hal-hal haram di saat pagi dan petang.
Pada suatu hari, dia ingin melakukan zina, maka ia memberikan uang kepada seorang wanita cantik sebanyak 60 dinar agar dia bisa melakukan perbuatan itu dengannya.
Wanita itu adalah seorang gadis miskin yang sedang membutuhkan uang. Laki-laki ini memanfaatkan kebutuhannya untuk melampiaskan nafsu syahwatnya, persis sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian orang di zaman ini, di mana mereka memanfaatkan banyak orang yang sedang butuh dalam berbagai urusan, di mana dibalik hal tersebut mereka mengeruk uang dalam jumlah melimpah.
Kita kembali kepada al-Kifli dan gadis miskin tersebut. Apa yang terjadi ? Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam-bersabda sebagaimana disebutkan dalam al-Musnad, 6334-335,
فَلَمَّا أَنْ قَعَدَ مِنْهَا مَقَعَدَ الرَّجُلِ مِنْ اِمْرَأَتِهِ اِرْتَعَدَتْ وَبَكَتْ فَقَالَ : مَا يُبْكِيْكِ ؟ أَكْرَهْتُكِ ؟ قَالَتْ : لَا وَلَكِنْ هَذَا عَمَلٌ لَمْ أَعْمَلْهُ قَطُّ, وَإِنَّمَا حَمَلَنِي عَلَيْهِ الْحَاجَةُ قَالَ : فَتَفْعَلِيْنَ هَذَا لَمْ تَعْمَلِيْنَ قَطُّ ؟ ثُمَّ نَزَلَ فَقَالَ : اِذْهَبِي وَالدَّنَانِيْرُ لَكِ, ثُمَّ قَالَ : وَاللهِ, لَا يَعْصِي اللهَ الْكِفْلُ أَبَدًا
Manakala al-Kifli megambil posisi layaknya suami mengambil posisi dari istrinya, gadis itu gemetar dan menangis. Al-Kifli bertanya,’Apa yang membuatmu menangis ? apakah aku memaksamu ? si gadis menjawab,’tidak, namun aku tidak pernah melakukan perbuatan ini. Hanya keterpaksaan yang membuatku melakukannya.’ Al-Kifli berkata,’Kamu melakukan ini padahal kamu belum pernah melakukannya sekalipun ?’ kemudian al-Kifli turun dan berkata, ‘Pergilah dan uang itu untukmu.’ Kemudian al-Kifli berkata,’Demi Allah, al-Kifli tidak akan lagi bermaksiat kepada Allah selamanya’. “
Allahu Akbar, laki-laki ini berubah pada saat yang baik. Laki-laki yang sebelumnya suka melanggar kehormatan dan melakukan perbuatn keji, berubah menjadi pelaku kebaikan dan meninggalkan zina, padahal dia mampu melakukannya, bahkan lebih dari sekedar mampu. Pada saat takut kepada Allah, al-Kifli berjanji dengan nama Allah untuk tidak bermaksiat lagi kepada Allah. Maha suci Allah yang telah membimbingnya ke jalan yang lurus.
Akan tetapi apa yang terjadi wahai saudara-saudaraku ? al-Kifli wafat di malam itu. Namun, apakah Allah melupakan perbuatannya ? Maha tinggi Allah, Dia tidak akan menyia-nyiakan pahala dari siapa saja yang melakukan kebaikan. Ketika al-Kifli wafat, kabar gembira datang kepadanya di dunia ini, walaupun apa yang ada di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Di pintu rumahnya tertulis,
قَدْ غَفَرَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ لِلْكِفْلِ
Allah azza wajalla telah mengampuni al-Kifli.
(al-Musnad, 6/334-335, dan sanadnya shahih)
Sumber :
Dinukil dari, “Shuwarun Min al-‘Iffah”, Muhammad bin Abdurrahman al-Ajmi, ei, hal. 41-44
Amar Abdullah bin Syakir