11 Orang Saudara Yusuf dan Keturunan Mereka (Bani Israil)
Kisah saudara-saudara Nabi Yusuf dalam Al-Qur’an, diantaranya :
Dan ucapan mereka :
لَيُوسُفُ وَأَخُوهُ أَحَبُّ إِلَى أَبِينَا مِنَّا وَنَحْنُ عُصْبَةٌ ]
“Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai oleh ayah kita daripada kita sendiri”,
Maka tumbuhlah rasa kedengkian yang diwarisi oleh anak cucu mereka.
Dan ucapan mereka :
إِنْ يَسْرِقْ فَقَدْ سَرَقَ أَخٌ لَهُ مِنْ قَبْل
“Jika ia mencuri, maka sesungguhnya telah pernah mencuri pula saudaranya sebelum ini”. (Q.S Yusuf : 77),
lalu tumbuhlah sikap memfitnah dan kebohongan yang diwarisi oleh anak cucu mereka.
Dan ucapan mereka :
اقْتُلُوا يُوسُفَ
“Bunuhlah Yusuf” (Q.S Yusuf : 9)
lalu tumbuhlah dari kesialan maksiat yang mereka lakukan untuk berambisi merealisasikan kepentingan mereka dengan segala jalan meski dengan jalan pembunuhan demi terlaksananya apa yang mereka rencanakan, dan ini juga diwarisi keturunan mereka
Dan ucapan mereka :
وَنَحْفَظُ أَخَانَا وَنَزْدَادُ كَيْلَ بَعِيرٍ
“Dan kami akan dapat memelihara saudara kami, dan kami akan mendapat tambahan sukatan(gandum) seberat beban seekor unta” (Q.S Yusuf : 65),
maka tumbuhlah kecintaan pada harta dan diwarisi keturunan mereka.
Sifat-sifat yang tercela di atas turun temurun pada keturunan mereka, lalu mereka menetap di Mesir. Kemudian datanglah masa pemerintahan Fir’aun yang bersikap kejam terhadap mereka dengan menghina dan membunuh anak laki-laki dan membiarkan hidup anak perempuan mereka.
Lalu Allah mengutus Nabi Musa –عَلَيْهِ السَّلَامُ-untuk mengeluarkan Bani Israel dari lumpur kehinaan agar mereka mau bersyukur. Kemudian Allah mengabarkan kisah yang menakjubkan dimana Allah memuliakan mereka :
يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَنِّي فَضَّلْتُكُمْ عَلَى الْعَالَمِينَ
“Hai Bani Israil, ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan ingatlah pula) bahwasanya Aku telah melebihkan kamu atas segala umat” (Qs. Al-Baqarah : 47)
Kelebihan tersebut adalah : banyaknya para Nabi dari mereka, berbagai kenikmatan yang mereka terima dan ditenggelamkannya musuh mereka, Fir’aun di lautan yang mereka lalui.
Meski telah mereka dapatkan kemuliaan di atas, mereka mencuri emas dan harta bangsa mesir, saking cintanya mereka pada harta.
Yang lebih cerdik lagi, adalah mereka membuat anak sapi yang terbuat dari emas setelah mereka melewati (lautan) dan mereka sembah anak sapi buatan tadi setelah Nabi Musa-عَلَيْهِ السَّلَامُ -pergi untuk menghadap Allah.
Maka kemurkaan Allah menimpa diri mereka akibat perbuatan maksiat hingga hari Kiamat, kecuali orang-orang beriman dari mereka. Allah berfirman,
وَأُشْرِبُوا فِي قُلُوبِهِمُ الْعِجْلَ بِكُفْرِهِمْ
“Dan telah diresapkan ke dalam hati mereka itu (kecintaan menyembah) anak sapi karena kekafirannya” (Qs.Al-Baqarah : 93)
Karena anak sapi tersebut terbuat dari emas, maka kecintaan pada emas ada pada jiwa mereka. Kita akan dapati para hartawan dan penimbun barang adalah dari kaum Yahudi.
Di antara sifat mereka yang buruk adalah: pembangkangan, kedurhakaan, dan perselisihan mereka dengan para Nabi.
Contohnya ketika mereka diperintahkan untuk masuk pintu gerbang dengan membungkuk dan mengatakan حِطَّةٌ (bebaskanlah kami dari dosa kami) agar dihapuskan dosa-dosa mereka dan Allah menerima taubat mereka,
فَبَدَّلَ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ قَوْلًا غَيْرَ الَّذِي قِيلَ لَهُمْ
“Maka orang-orang yang zalim di antara mereka itu mengganti (perkataan itu) dengan perkataan yang tidak dikatakan kepada mereka” (Qs. Al-A’raaf : 162)
Maka dengan nada ejekan mereka mengatakan : حِنْطَةٌ (biji gandum)
Contoh lainnya adalah kisah sapi betina :
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تَذْبَحُوا بَقَرَةً
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina.” (Qs.Al-Baqarah: 67).
Maka dengan sebab sikap memberat-beratkan dan bantahan mereka, Allah memberatkan mereka tentang apa yang mesti dicari, dan ini diwarisi oleh anak cucu mereka.
Kisah Ashhaabus Sabt, dengan sebab tipu daya dan kelicikan sehingga mereka berubah menjadi kera dan babi-babi.
Kisah makanan Surga (Manna dan Salwa). Yang tidak akan jemu orang yang memakannya, dan bukan nisbi tetapi karena Bani Israel durhaka, mereka minta pada Nabi Musa –عَلَيْهِ السَّلَامُ- agar berdoa pada Allah untuk memberikan pada mereka dari tumbuh-tumbuhan berupa qutsaa’ (buah sejenis mentimun), bawang putih, ‘adas (jenis tumbuh-tumbuhan serta bijinya) dan bawang merah, mereka mengganti apa yang lebih baik dengan yang lebih rendah.
Maka dengan sebab maksiat, Allah menempatkan mereka di suatu kota dan ditimpakan kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal ini tetap menimpa hingga generasi setelah mereka yang tidak mendapatkan petunjuk.
Termasuk dari akibat kemaksiatan Bani Israel, ketika Allah memerintahkan agar mereka tidak menimbun makanan karena makanan di saat itu tidak berubah atau busuk meski telah berlalu masa yang lama. Tetapi kedurhakaan Bani Israel mendorong mereka untuk menimbun makanan, maka tiba-tiba makanan tersebut menjadi busuk dengan sebab kemaksiatan mereka di waktu itu.
Dari Abu Hurairah-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – bahwa Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- bersabda :
لَوْلاَ بَنُو إِسْرَائِيلَ لَمْ يَخْبُثِ الطَّعَامُ وَلَمْ يَخْنَزِ اللَّحْمُ
“Seandainya bukan karena ulah Bani Israel, tentu makanan tidak akan menjadi busuk dan daging tidak akan menjadi basi”
Wallahu A’lam
Sumber :
Syu’mu al-Ma’shiyah Wa Atsaruhu Fii Hayati al-Ummah Minal Kitabi Wa Sunnah, Abdullah bin Muhammad bin as-Sadhan (et, hal.16-19)
Amar Abdullah bin Syakir
Artikel : www.hisbah.net
Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Youtube HisbahTv,
Follow Instagram Kami Hisbahnet dan alhisbahbogor