Akibat Berbuat Maksiat (2)

Iblis akan selalu menghias maksiat di pandangan manusia, maksiat yang hakikatnya buruk akan terlihat indah dan nikmat dimata orang-orang yang lemah iman. Iblis tak pernah bosan menggoda dan membujuk manusia dari sejak Nabi Adam AS dahulu sampai hari kiamat nanti. Rasa dengkinya kepada Adam AS dan keturunannya tidak akan pernah padam, kedengkiannya kepada Nabi Adam AS dan keturunannya berawal saat ia diperintahkan untuk sujud kepada Nabi Adam dan dia menolak karena merasa dirinya lebih baik dari Adam, ia bersumpah dengan keagungan Allah SWT bahwa ia akan menyesatkan manusia kecuali orang-orang yang ikhlas, Allah SWT berfirman:

قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغوِيَنَّهُم أَجمَعِينَ  .  إِلَّا عِبَادَكَ مِنهُمُ ٱلمُخلَصِينَ

Iblis menjawab: “Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya. kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka.” (QS. Shaad: 82-83).

Oleh karena itu kita perlu membuka mata kita tentang hakikat maksiat yang sebenarnya dan dampak negatifnya pada jiwa dan akal agar kita tidak mudah terbuai oleh bisikan-bisikan setan dan hawa nafsu yang selalu menyeret kita kepada perbuatan maksiat.
Pada artikel ‘Dampak Maksiat Bagi Manusia’ dan ‘Akibat Berbuat Maksiat (1)’ sudah kami sebutkan beberapa perkataan Imam Ibnul Qayyim yang menjelaskan tentang dampak buruk maksiat bagi manusia, berikut lanjutan penuturan beliau tentang dampak buruk maksiat:
Maksiat akan membuat pelakunya meremehkan perbuatan maksiat
Banyak berbuat maksiat akan membuat pelakunya meremehkan maksiat tersebut karena sudah merasa biasa, Semakin banyak dia berbuat maksiat, semakin remeh pula perbuatan maksiat dimatanya, sehingga dia sudah tidak takut lagi untuk melakukannya. Padahal semakin remeh suatu maksiat dimata pelaku, semakin besar dosa maksiat tersebut disisi Allah SWT.
Ibnu Mas’ud radhiallahu‘anhu berkata:

إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ قَاعِدٌ تَحْتَ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ ، وَإِنَّ الْفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ مَرَّ عَلَى أَنْفِهِ

Sesungguhnya seorang mukmin melihat dosanya seakan-akan ia duduk dibawah gunung dan khawatir gunung tersebut akan menimpanya. Sedangkan seorang yang fajir (yang gemar maksiat), ia akan melihat dosanya seperti seekor lalat yang lewat begitu saja di hadapan batang hidungnya.” (HR. Bukhari).

Maksiat dapat memperlambat turunnya hujan dan merugikan makhaluk lain

Abu Hurairah berkata, “sungguh seekor burung bisa meninggal disangkarnya akibat kedzaliman.”

Imam Mujahid mengatakan, “Jika kemarau dan paceklik melanda, binatang-binatang melaknat para pelaku maksiat seraya berkata: ini semua gara-gara maksiatnya Bani Adam (manusia).”

Ikrimah berkata, “binatang-binatang melata dan serangga-serangga di bumi termasuk kumbang dan kalajengking berkata: kami tak diberi hujan gara-gara dosa yang buat oleh manusia.”

Demikianlah maksiat dapat menjadi penghambat turunnya hujan dan mengundang berbagai macam musibah, sehingga yang terkena akibat bukan hanya pelaku maksiat, tapi juga makhluk-makhluk sekitarnya. Oleh karena itu jika hujan lama tidak turun kita diperintahkan untuk shalat istisqa’ (shalat minta hujan) dan memperbanyak istighfar memohon ampun kepada Allah SWT karena dosa adalah salah satu faktor tidak turunnya hujan.

Maksiat menjadikan orang hina

Maksiat akan meninggalkan kehinaan bagi pelakunya, karena kemuliaan hanya bisa diraih dengan taat kepada Allah SWT, sebagaimana firman Allah SWT:

مَن كَانَ يُرِيدُ ٱلعِزَّةَ فَلِلَّهِ ٱلعِزَّةُ جَمِيعًا

Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya.” (QS. Faathir: 10).

Maksudnya barangsiapa yang menginginkan kemuliaan hendaknya ia mencarinya dengan berbuat taat kepada Allah, karena ia tidak akan mendapatkannya kecuali dengan taat kepada Allah SWT.

Oleh karena itu diantara doa yang dipanjatkan oleh para salaf terdahulu adalah, “Ya Allah muliakanlah aku dengan berbuat taat kepadamu dan janganlah engkau hinakan aku dengan berbuat maksiat kepadamu.”

Maksiat melemahkan akal

Akal memiliki cahaya, dan maksiat memadamkan cahaya akal tersebut, jika cahaya akal sudah padam, maka akal akan melemah dan berkurang.

Sebagian salaf berkata, “Orang yang bermaksiat sebagian akalnya telah hilang, dan ini nyata. Jika akalnya itu berfungsi, niscaya akal tersebut akan mencegahnya dari perbuatan maksiat, karena ia menyadari bahwa dirinya berada dalam kekuasaan Sang Maha Kuasa, dibawah kendaliNya, menyadari bahwa Allah melihatnya, dia menumpang di bumiNya, diatas hamparanNya, dan para malaikat Allah menyaksikannya. Ingatannya terhadap Al-Qur’an akan mencegahnya, ingatannya kepada kematian akan mencegahnya, ingatannya terhadap api neraka akan mencegahnya, dan dia akan ingat bahwa kebaikan dunia ataupun akhirat yang hilang darinya akibat maksiat jauh lebih banyak dibanding kenikmatan yang diperoleh saat bermaksiat, apakah ada orang berakal sehat yang mau melakukan maksiat setelah ia menyadari itu semua..??”

Al-Jawabul Kafi’ karya Ibnul Qayyim.

Penulis : Arinal haq

Bersambung… …

Artikel : www.hisbah.net

Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet, Google+ Hisbahnet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *