Abu Shalih as-Samman Inspirasi bagi Para Ayah

Wahai para orang tua, keberadaan sosok ayah teladan bagi keluarganya yang perhatian dalam masalah agama akan memudahkan seorang lelaki muslim sebagai kepala rumah tangga untuk menjadikannya sebagai cermin dalam mengurus dan memperhatikan keluarganya. Sosok ayah yang baik itu di antaranya melekat pada diri Abu Shalih as Samman. Siapakah beliau ?

Abu Shalih as Samman bernama asli Dzakwan bin ‘Abdillah maula Ummil Mukminin Juwairiyah al-Ghathafaniyah. Lahir pada masa khalifah Umar bin Khaththab. Imam adz-Dzahabi menyebutkan bahwa Abu Shalih as-Samman berguru kepada sejumlah Sahabat Nabi ; Sa’ad bin Abi Waqqash, Ummul Mukminin ‘Aisyah, Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Abu Sa’id, Mu’awiyah dan bermulazamah dengan Abu Hurairah sekian lama.

Abu Shalih as Samman seorang ulama pada zamannya. Bahkan terhitung sebagai salah satu ulama besar Madinah. Imam Ahmad (wafat tahun 241H) memujinya dengan berkata, “Abu Shalih itu tsiqah tsiqah”.

Sejumlah ulama besar, selain putranya sendiri, Suhail bin Abi Shalih al-Madani, menimba ilmu kepada beliau. Di antara mereka adalah al-A’masy, Zaed bin Aslam,’ Abdullah bin Dinar, az Zuhri, Ashim bin Abu an-Najud dan Yahya bin Sa’id al-Anshari.

Sementara pekerjaan yang ia lakukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga adalah sebagai pebisnis minyak, dan itu tampak pada gelar di akhir namanya, “as Samman” atau dikenal juga dengan az-Zayyat. Beliau wafat tahun 101 H di Madinah.

Itulah sosok yang dijuluki oleh imam adz Dzahabi dengan gelar al-Qudwah (seorang teladan) al-hafizh dan dan al-hujjah

Keteladanan Abu Shalih as Samman Sebagai Inspirasi bagi para kepala rumah tangga. Abu Shaleh sosok kepala rumah tangga yang tekun membina dan membimbing keluarganya untuk melaksanakan perintah Allah dan RasulNya. Beberapa riwayat menyebutkan bahwa sosok yang dikenal berjenggot lebat lagi panjang ini menaruh perhatian terhadap dzikir nabawi untuk diajarkan kepada keluarga dan diamalkan oleh mereka.

Imam Muslim meriwayatkan dari Suhail, sesungguhnya ia mengatakan, dahulu Abu Shalih (ayahku) memerintahkan kami apabila salah seorang dari kami akan tidur agar ia berbaring dengan sisi tubuhnya sebelah kanan, kemudian membaca:

اللَّهُمَّ رَبَّ السَّمَوَاتِ وَرَبَّ الأَرْضِ وَرَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ رَبَّنَا وَرَبَّ كُلِّ شَىْءٍ فَالِقَ الْحَبِّ وَالنَّوَى وَمُنْزِلَ التَّوْرَاةِ وَالإِنْجِيلِ وَالْفُرْقَانِ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ كُلِّ شَىْءٍ أَنْتَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهِ اللَّهُمَّ أَنْتَ الأَوَّلُ فَلَيْسَ قَبْلَكَ شَىْءٌ وَأَنْتَ الآخِرُ فَلَيْسَ بَعْدَكَ شَىْءٌ وَأَنْتَ الظَّاهِرُ فَلَيْسَ فَوْقَكَ شَىْءٌ وَأَنْتَ الْبَاطِنُ فَلَيْسَ دُونَكَ شَىْءٌ اقْضِ عَنَّا الدَّيْنَ وَأَغْنِنَا مِنَ الْفَقْرِ

Ya Allah rabb langit tujuh dan rabb bumi dan rabb Arsy yang agung. Wahai rabb kami, rabb segala sesuatu, yang menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan, wahai Dzat yang menurunkan taurat, Injil dan al-Furqan (Al-Qur’an). Aku berlindung kepadaMu dari keburukan segala sesuatu, yang engkau memegangi ubun-ubunnya. Engkau al-awwal, tidak ada sesuatu sebelum Engkau. Engkau al-Akhir, tidak ada sesuatu pun setelah engkau. Dan Engkau Azh-Zhahir, tidak ada sesuatu pun di atas Engkau. Dan Engkau al-Bathin, tidak ada sesuatu pun tersembunyi dari Engkau. lunaskanlah hutang dariku. Dan jadikanlah aku berkecukupan dari kemiskinan (HR. Muslim, No.2713)

Ini adalah doa yang agung yang sepatutnya seorang muslim menekuninya ketika hendak berbaring di ranjangnya. Doa ini memuat berbagai macam tawasul agung kepada Allah. Masih berkaitan dengan dzikir, riwayat lain menyebutkan perhatian keluarga Abu Shalih dalam mempelajari dan mengamalkan salah satu dzikir pagi dan petang yang ternyata kurang populer di tengah sebagian masyarakat Muslimin.

Dzikir yang dimaksud adalah dzikir yang Nabi ajarkan yang berbunyi:

أعوذ بكلمات الله التامات من شر ما خلق

Aku berlindung kepada Allah dengan kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan sesuatu yang diciptakanNya (HR. At Tirmidzi, No.3604)

Beliau menyebutkan bahwa keutamaan orang yang mengucapkan dzikir tersebut tiga kali di waktu sore hari akan selamat dari hummah pada malam itu. Makna hummah adalah sengatan binatang-binatang berbisa seperti kalajengking dan lainnya.

Hadis ini memuat petunjuk tentang keutamaan dzikir ini, bahwa orang yang mengucapkannya pada waktu sore hari akan terlindungi dengan izin Allah dari bahaya bisa ular atau sengatan kalajengking dan binatang berbisa lainnya.

Setelah mengutarakan hadis tersebut, imam at-Tirmidzi mengutip perkataan salah seorang perowi hadis tersebut, yaitu Suhail putra Abi Shalih as-Samman, “ Dahulu keluarga mempelajarinya dan mereka tekun membacanya setiap malam. Lalu salah seorang wanita dari mereka (keluarga kami) tersengat (binatang berbisa), akan tetapi ia tidak merasakan sakit sedikitpun”.

Inilah salah satu peran seorang ayah, seorang kepala rumah tangga, aktif mengajarkan dzikir-dzikir dan doa-doa kepada keluarganya dan mendorong mereka untuk mengamalkannya, sehingga mereka selalu berhubungan dengan Allah dan memperoleh keutamaan-keutamaan yang tertuang dalam dzikir-dzikir nabawi tersebut.

Sumber :

Disarikan oleh Amar Abdullah dari “Abu Shalih as-Samman Inspirasi bagi Para Ayah”, yang dimuat di Majalah as Sunnah, edisi 09 /Thn.XIX /Rabi’ul Awwal 1437H/Januari 2016M/, Rubrik : Baituna, hal. 2-3

Artikel : www.hisbah.net

Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet, Google+ Hisbahnet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *