Allah ‘azza wajalla berfirman,
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka mengingat Allah kecuali sedikit sekali (Qs. an-Nisa: 142)
Ali bin Ahmad al-Wahidi Abu al-Hasan berkata, (firmanNya) إن المنافقين يخادعون الله (Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah), yakni, mereka melakukan tindakan penipuan dengan menampakkannya sementara mereka menyebunyikan sesuatu yang bertolak belakang dengan sesuatu yang ditampakkannya. وهو خادعهم (dan Allah akan membalas tipuan mereka), yakni, memberi balasan kepada mereka sebagai balasan tindakan penipuan yang mereka lakukan, dalam bentuk bahwa mereka diberi cahaya sebagaimana yang diberikan kepada orang-orang yang beriman, maka bila mereka telah berjalan sebentar cahaya yang menerangi jalan mereka dipadamkan sehingga mereka tetap berada di dalam kegelapan. (Al-Wajiz Fii Tafsiiri al-Kitab al-Aziz, 1/297)
Berkata Muhammad al-Amin bin Muhammad al-Mukhtar bin Abdul Qadir asy-Syinqithi, di dalam ayat yang mulia ini dijelaskan tentang sifat shalat orang-orang munafik, bahwasanya mereka melakukannya dengan malas dan bermaksud riya, mereka tidak mengingat Allah saat shalat melainkan hanya sedikit. Semisal dengan hal ini dalam hal celaan terhadap mereka atas tindakan meremehkan perkara shalat adalah firmanNya,
وَلا يَأْتُونَ الصَّلاةَ إِلَّا وَهُمْ كُسَالَى
Dan mereka tidak mengerjakan shalat, melainkan dengan malas (Qs. at-Taubat: 54)
Dan, firmanNya,
فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ, الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلاتِهِمْ سَاهُونَ
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya (Qs. al-Ma’un: 4)
Dan dipahami dari pemahaman kebalikan ayat-ayat ini bahwasanya shalat orang-orang yang beriman yang ikhlash itu adalah tidaklah demikian itu. Pemahaman ini, Allah sebutkan secara jelas di dalam ayat-ayat yang cukup banyak, dengan firmanNya,
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ, الَّذِينَ هُمْ فِي صَلاتِهِمْ خَاشِعُونَ
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya (Qs. al-Mukminun: 1-2)
Dan juga firmanNya,
وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ
dan orang-orang yang memelihara shalatnya (Qs. al-Mukminun: 9)
Dan, firmanNya,
يُسَبِّحُ لَهُ فِيهَا بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ, رِجَالٌ لا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلاةِ
Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang, laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan shalat,
Dan beberapa ayat yang lainnya (Adh-Wa-ul Bayan Fii Iidha-hi al-Qur’an bil Qur’an, 1/320)
Sifat shalat orang munafik yang Allah jelaskan dalam ayat ini, yaitu, apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali”, merupakan bagian dari penipuan mereka secara tindakan. Mereka menampakkan sesuatu yang dicintai yaitu iman dan ketaatan namun mereka menyembunyikan kekufuran dan kemaksiatan.
Jabir bin Musa bin Abdul Qadir bin jabir Abu Bakr al-Jazairi berkata, “ Mereka melakukan apa yang mereka lakukan karena mereka tidak mengimani adanya pahala di akhirat kelak. Oleh kerena itulah mereka memperlihatkan amal-amal shaleh kepada orang-orang yang beriman sehingga orang-orang yang beriman tidak menuduh mereka kafir, seperti juga mereka tidaklah mengingat Allah melainkan sedikit ketika shalat dan diluar shalat. (Aisir at-Tafasir Li Kalami al-Aliy al-Kabir, 1/560)
Berkata Ibnu Katsir ketika menafsirkan firmanNya, وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلاةِ قَامُوا كُسَالَى , ini adalah sifat orang-orang munafik terkait dengan amal yang paling mulia, paling utama dan paling baik yaitu shalat, bila mana mereka berdiri untuk shalat mereka malas, karena tak ada niat pada diri mereka untuk mengerjakannya, tidak ada pula pada mereka keimanan akan (disyariatkannya) shalat tersebut, tidak pula ada pada mereka rasa takut (kepada Allah), tidak pula mereka memahami makna-maknanya, sebagaimana Ibnu Mardawaih dari jalur periwayatan ‘Ubaidullah bin Zahr dari Khalid bin Abi Imran dari Atho bin Abi Rabah dari Ibnu Abbas, ia berkata, ‘dibenci seseorang berdiri untuk shalat sementara ia dalam keadaan malas’.
Namun, hendaknya ia berdiri untuk shalat dalam keadaan wajah yang berseri-seri, besar harapannya dan sangat gembira (hatinya), karena sesungguhnya ia akan bermunajat kepada Allah dan bahwasanya Allah di hadapannya, ia akan mengampuninya dan mengabulkan doanya bila ia berdoa kepadanya, lalu ia membaca ayat ini, وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلاةِ قَامُوا كُسَالَى .
Dan diriwayatkan juga dari Ibnu Abbas semisal ungkapan ini. Maka firmanNya, وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلاةِ قَامُوا كُسَالَى , ini adalah sifat zhahir mereka, sebagaimana Dia juga berfirman, وَلا يَأْتُونَ الصَّلاةَ إِلَّا وَهُمْ كُسَالَى , (dan mereka tidak mengerjakan shalat, melainkan dengan malas). Kemudian, Allah menyebutkan sifat batin mereka yang rusak, seraya berfirman, يُرَاؤُونَ النَّاسَ (mereka bermaksud riya), yakni, tidak ada keikhlasan pada mereka, tidak pula ada hubungan dengan Allah, bahkan mereka manampakkan kepada manusia sebagai bentuk kepura-puraan yang dibuat-buat. Oleh karena ini, mereka banyak kali meninggalkan shalat yang tidak terlihat ketika mengerjakannya –pada ghalibnya- seperti shalat Isya di waktu العتمة (mendekati tengah malam) dan shalat subuh di waktu الغلس (masih gelap) sebagaimana telah valid di dalam shahihain bahwa Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,
أثقل الصلاة على المنافقين صلاة العشاء وصلاة الفجر، ولو يعلمون ما فيهما لأتوهما ولو حبواً، ولقد هممت أن آمر بالصلاة فتقام، ثم آمر رجلاً فيصلي بالناس، ثم أنطلق معي برجال ومعهم حزم من حطب إلى قوم لا يشهدون الصلاة فأحرق عليهم بيوتهم بالنار
Shalat terberat bagi orang-orang munafik adalah shalat Isya dan shalat Subuh, kalaulah mereka tahu apa yang ada pada keduanya niscaya mereka akan mendatanginya sekalipun dengan merangkak. Aku benar-benar berkeinginan untuk memerintahkan agar shalat didirikan, kemudian aku perintahkan seseorang untuk mengimami shalat. Kemudian, aku pergi bersama dengan beberapa orang yang membawa seikat kayu bakar menuju ke sebuah kaum yang tidak ikut serta shalat (berjama’ah), lalu aku bakar rumah mereka dengan api.
Dalam riwayat lain, (beliau bersabda),”Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, kalau saja salah seorang di antara mereka tahu bahwa ia akan mendapatkan daging yang gemuk niscaya ia akan hadir untuk shalat. Dan kalaulah di dalam rumah tidak ada kaum wanita dan anak-anak niscaya akan aku bakar rumah-rumah mereka.
عن عبد الله، قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “من أحسن الصلاة حيث يراه الناس وأساءها حيث يخلو، فتلك استهانة استهان بها ربه عز وجل
Dari Abdullah, ia berkata, Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, barangsiapa memperbagus shalatnya ketika orang lain melihatnya dan ia tidak memperbagus shalatnya ketika tak ada orang yang melihatnya, maka yang demikian itu merupakan penghinaan, dengannya ia melakukan penghinaan terhadap rabbnya azza wajalla.
FirmanNya, وَلا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلاَّ قَلِيلاً (dan mereka tidak mengingat Allah melainkan sedikit). Yakni, di dalam shalat mereka, mereka tidak khusyu’, tidak mengetahui apa yang mereka katakan, bahkan mereka di dalam shalatnya lalai dan main-main, dan tentang kebaikan yang akan datang kepada mereka, mereka berpaling. Imam Malik telah meriwayatkan dari al-‘Ala bin Abdurrahman, dari Anas bin Malik, ia berkata, Rasulullah bersabda, “itu adalah shalat orang munafik, itu adalah shalat orang munafik, itu adalah shalat orang munafik, ia duduk mengawasi matahari hingga ia telah berada pada posisi antara dua tanduk setan, ia baru berdiri (untuk shalat), lalu ia mematuk sebanyak empat (rakaat), ia tidak mengingat Allah di dalamnya kecuali sedikit.
Demikian juga imam Muslim, at Tirmidzi dan an-Nasai meriwayatkannya dari hadis Ismail bin Ja’far al-Madaniy dari al-‘Ala bin Abdirrahman. Dan imam at-Tirmidzi mengatakan : (hadis ini) hasan shahih. (Tafsir Ibnu Katsir, 1/701)
Pembaca yang budiman,
Demikianlah sifat shalat orang munafik, mudah-mudahan kita tidak ikut-ikutan menirunya. Dan, semoga Allah membimbing kita untuk dapat menunaikan shalat secara baik sebagaimana seharusnya seperti yang dituntunkan oleh Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam, imam kaum muslimin dalam shalatnya. Aamiin
Referensi :
1. Adh-Wa-ul Bayan Fii Iidha-hi al-Qur’an bil Qur’an, asy-Syinqithy
2. Aisir at-Tafasir Li Kalami al-Aliy al-Kabir, al-Jazairi
3. Al-Wajiz Fii Tafsiiri al-Kitab al-Aziz
4. Tafsir Ibnu Katsir (Tafsir al-Qur’an al-Azhim), Ibnu Katsir
Penulis : Amar Abdullah bin Syakir
Artikel : www.hisbah.net
Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet, Google+ Hisbahnet
Saya jg termasuk munafik,malas/tdk mau sholat,tp sy takut neraka,sy jg menginginkan ampunan di hari kiamat,sy menyadari banyak nikmatNya,banyak sekali tdk mungkin menghitungnya,sy jg tahu Ia Maha Suci tp kenapa sy tdk takut padaNya,sy hampir setiap ba’da subuh membaca al qur’an,tp sy tdk mau menyesal di hari kiamat.mungkin anda bs membantu.tolong…