Saudara-saudariku Seiman…
Riya, yang hakikatnya adalah mencari apa yang ada di dunia dengan ibadah dan pada asalnya adalah mencari posisi tempat di hati manusia merupakan salah satu bentuk syirik kecil yang akan menodai kemurnian penghambaan seorang hamba kepada Allah ta’ala.
Riya merupakan penyakit hati yang sedimikian dikhawatirkan oleh Rasulullah akan menjangkiti hati ummatnya. Hal ini sebagaimana tercermin secara gamblang dalam sabdanya:
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ قَالُوا وَمَا الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الرِّيَاءُ يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِذَا جُزِيَ النَّاسُ بِأَعْمَالِهِمْ اذْهَبُوا إِلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تُرَاءُونَ فِي الدُّنْيَا فَانْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ عِنْدَهُمْ جَزَاءً
Sesungguhnya perkara yang aku khawatirkan akan menimpa kalian adalah syirik kecil. Para sahabat bertanya, apa yang dimaksud “syirik kecil” wahai Rasulullah ? beliau menjawab, “riya “ . Pada hari Kiamat- ketika para manusia diberikan balasan atas amal yang mereka lakukan- Allah akan berkata kepada para pelakunya, “ pergilah kalian kepada sesuatu yang dahulu ketika di dunia kalian melakukan amal agar dilihat oleh mereka, lalu lihatlah oleh kalian apakah kalian mendapati balasannya pada sisi mereka ? (HR. Ahmad di dalam Musnadnya, No.23630)
Para ulama mengatakan, bila mana Nabi mengkhawatirkan terhadap para sahabatnya dari terjatuh ke dalam riya, padahal mereka dalam hal ketaatan dan mengesakan Allah tidak diragukan, lalu bagaimana halnya dengan orang-orang yang dibawah mereka dalam hal ketaatan dan mengesakan Allah, seperti kita ? nampaknya lebih dikhawatirkan lagi.
Sinyal-sinyal Kerugian
Sabda Nabi –shallallahu ‘alaihi wasallam-:
يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِذَا جُزِيَ النَّاسُ بِأَعْمَالِهِمْ اذْهَبُوا إِلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تُرَاءُونَ فِي الدُّنْيَا فَانْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ عِنْدَهُمْ جَزَاءً
Allah akan berkata kepada para pelakunya, “ pergilah kalian kepada sesuatu yang dahulu ketika di dunia kalian melakukan amal agar dilihat oleh mereka, lalu lihatlah oleh kalian apakah kalian mendapati balasannya pada sisi mereka ?.
Ini adalah perintah Allah kepada mereka-para pelaku riya nanti pada hari kiamat. Saudaraku seiman, diperintahnya mereka para pelaku riya -ketika para manusia diberikan balasan atas amal yang mereka lakukan pada hari kiamat nanti-, untuk pergi kepada sesuatu yang dulu ketika di dunia dijadikan sebagai tujuan dalam beramal, lalu diperintahkan untuk melihat balasannya pada sisi mereka, merupakan isyarat kerugian. Karena, diduga kuat atau bahkan dipastikan bahwa para pelaku riya ini tak akan mendapatkan balasan yang baik di sisi mereka, orang-orang atau sesuatu yang dulu ketika di dunia menjadi titik perhatian dan tujuan dari amal yang dilakukannya. Namun justru siksalah yang mereka terima. Hal demikian seperti terisyaratkan dalam hadis berikut, perhatikanlah dengan baik ! semoga kita dapat mengambil pelajaran berharaga darinya, Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wasallam– bersabda:
“Sesungguhnya manusia pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid di jalan Allah. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan (yang diberikan di dunia), lalu ia pun mengenalinya. Allah bertanya kepadanya , ‘amal apakah yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Ia menjawab, ‘aku berperang semata-mata karena Engkau sehingga aku mati syahid.’ Allah berfirman, ‘Engkau dusta! Engkau berperang supaya dikatakan seorang yang gagah berani. Memang demikianlah yang telah dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret orang itu atas mukanya (tertelungkup), lalu dilemparkan ke dalam Neraka. Berikutnya orang (yang diadili) adalah seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca al-Qur’an. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengakuinya. Kemudian Allah menanyakannya, ‘amal apakah yang telah engkau lakukan dengan kenikmatan-kenikmatan itu?’ Ia menjawab, ‘aku menuntut ilmu dan mengajarkannya serta aku membaca al-Qur’an hanyalah karena Engkau.’ Allah berkata, ‘Engkau dusta! Engkau menuntut ilmu agar dikatakan seorang ‘alim (yang berilmu) dan engkau membaca al-Qur’an supaya dikatakan seorang qari’ (pembaca al-Qur’an yang baik). Memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret atas mukanya dan melemparkannya ke dalam Neraka. Berikutnya (yang diadili) adalah orang yang diberikan kelapangan rezeki dan berbagai macam harta benda. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya (yang telah diberikan kepadanya ketika di dunia), maka ia pun mengenalinya (mengakuinya). Allah bertanya, ‘apa yang engkau telah perbuat dengan nikmat-nikmat itu?’ Dia menjawab, ‘aku tidak pernah meninggalkan shadaqah dan infaq pada jalan yang Engkau cintai, melainkan pasti aku melakukannya semata-mata karena Engkau.’ Allah berfirman, ‘Engkau dusta! Engkau berbuat yang demikian itu supaya dikatakan seorang yang dermawan (murah hati) dan memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeretnya atas mukanya dan melemparkannya ke dalam Neraka.“ (HR. Muslim, No.1905)
Saudaraku seiman, Bila demikian ini nasib para pelaku riya nantinya di akhirat, maka tentunya hal ini menjadikan kita semakin mengkhawatirkan diri kita sendiri, dan kekhawatiran ini hendaknya menggerakkan hati kita untuk selalu ditata secara baik, diluruskan niatnya ketika beramal shaleh agar tidak menyimpang dari tujuannya dari mengharapkan ridha dan pahala dari Allah kepada mencari keridhaan dan pujian di sisi manusia. Kekhawatiran ini pula hendaknya mendorong kita untuk menjauhkan diri dari perkara yang dapat mendorong kita terjatuh ke dalam riya dan tenggelam di dalamnya, seperti cinta terhadap pujian manusia.
Semoga Allah ta’ala melindungi hati kita dari riya yang akan menyebabkan amal shaleh sia-sia bahwakan menjadikan seorang mendapatkan siksa Allah subhanahu wata’ala di akhirat kelak. Aamin
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi kita Muhammad beserta keluarga dan para sahabatnya.
Penulis: Amar Abdullah
Artikel : www.hisbah.net
Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet, Google+ Hisbahnet