Kabar Mengerikan Tentang Syirik

Lawan Tauhid

Pembaca yang budiman, tahukan Anda apa lawan tauhid? SYIRIK, itulah lawannya tauhid. Itulah jawabnya. Oleh karena itu,

Wahai hamba-hamba Allah,

1). Waspadalah terhadap syikir besar dan kecil! Jangan sampai Anda terjatuh ke dalam syirik besar! Jauhilah syirik besar! Menyingkirlah dari syirik besar! Jadikanlah ayat berikut ini selalu berada di depan matamu:

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا

“Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan apapun juga.” (QS. An-Nisa : 36)

2). Ketahuilah bahwasanya orang yang melakukan syirik besar adalah orang yang paling merugi (rugi di dunia dan akhirat), maka janganlah Anda termasuk orang yang merugi dunia dan akhirat. Allah ta’ala berfirman,

فَاعْبُدُوا مَا شِئْتُمْ مِنْ دُونِهِ قُلْ إِنَّ الْخَاسِرِينَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ وَأَهْلِيهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَلَا ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ

“Maka sembahlah olehmu (hai orang-orang musyrik) apa yang kamu kehendaki selain Dia. Katakanlah: ‘Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat.’ Ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (QS. Az-Zumar : 15)

3). Janganlah Anda mengharamkan diri (untuk mendapatkan) Surga, dan menjerumuskannya ke Neraka. Orang yang meninggal dalam syirik besar tanpa bertaubat maka dia diharamkan masuk Surga, dan Surga diharamkan baginya, dia termasuk penduduk Neraka Jahannam, dia tidak hidup dan tidak mati di dalamnya. Allah ta’ala berfirman,

إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ

“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya Surga, dan tempatnya ialah Neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” (QS. Al-Maidah : 72)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

أَمَّا أَهْلُ النَّارِ الَّذِينَ هُمْ أَهْلُهَا فَإِنَّهُمْ لاَ يَمُوتُونَ فِيهَا وَلاَ يَحْيَوْنَ

“Adapun penduduk Neraka yang mereka berhak menempatinya maka mereka itu tidak bisa mati dan tidak hidup di dalamnya…” (HR. Muslim)

4). Khawatirkan kemusrikan dari diri Anda! Oleh karena itu perbanyaklah taubat, jauhilah syirik besar dan kecil. Ketahuilah bahwasanya Nabi Ibrahim ‘alaihissalam telah mengkhawatirkan dirinya dari kemusyrikan, lalu bagaimana halnya dengan saya dan Anda?

5). Berdoalah kepada Allah supaya Dia menjauhkan antara Anda dengan kemusyrikan! Nabi Ibrahim ‘alaihissalam berkata,

وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ

“Dana jauhkanlah aku dan anak-anakku dari menyembah berhala.” (QS. Ibrahim : 35)

6). Berdoalah kepada Allah supaya Dia menjadikan Anda, keluarga dan keturunan Anda termasuk orang-orang yang mendirikan shalat. Sungguh Nabi Ibrahim ‘alaihissalam telah berdoa,

رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ

“Ya Tuhanku, jadikanlah aku orang yang mendirikan shalat, juga dari keturunanku. Ya Tuhan kami, terimalah doaku.” (QS. Ibrahim : 40)

7). Jadilah Anda penyeru (da’i) kepada Allah, penyeru kepada tauhid, menyingkirkan kemusyrikan. Jelaskanlah bahaya-bahaya mempersekutukan Allah (syirik). Semua itu merupakan dakwah para RasulNya ‘alaihimussalam.

8). Anda sudah mengetahui bahwasanya orang musyrik itu najis, sebagaimana firmanNya,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ فَلَا يَقْرَبُوا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ بَعْدَ عَامِهِمْ هَذَا وَإِنْ خِفْتُمْ عَيْلَةً فَسَوْفَ يُغْنِيكُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ إِنْ شَاءَ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ حَكِيمٌ

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidilharam sesudah tahun ini. Dan jika kamu khawatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberimu kekayaan kepadamu dari karuniaNya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah : 28)

Maka, hendaklah Anda menjadi orang yang suci, bukan termasuk orang musyrik.


Sumber : Kitab Tauhid Ibadah, Syaikh Muhammad bin Syami bin Matha’in Syaibah, hal 185-186.

(Amar Abdullah/hisbah.net)

Ikuti update artikel Hisbah di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet, Google+ Hisbahnet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *