Orang Musyrik dan Tauhid Uluhiyyah

1). Orang-orang musyrik yang menyembah benda lain bersamaan dengan penyembahan (ibadah) mereka kepada Allah tidak mengingkari bahwa Allah harus disembah, tetapi mereka mengingkari monopoli Allah dalam ibadah tersebut, mereka mengatakan kepada orang yang mengajak mereka untuk mengucapkan laa Ilaaha illallah (tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah),

أَجَعَلَ الْآلِهَةَ إِلَهًا وَاحِدًا إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ عُجَابٌ

“Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu tuhan yang satu saja ? sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.” (QS. Shad : 5)

2). Orang-orang musyrik melakukan kemusyrikan mereka tersebut di waktu lapang, dan ketika mereka mengalami kesulitan maka mereka mengikhlaskan ibadah mereka hanya kepada Allah, karena mereka mengetahui bahwa tidak ada yang sanggup untuk menghilangkan kesulitan yang mereka alami kecuali Allah saja, sementara sesembahan mereka yang lainnya tidak bisa memberikan manfaat untuk mengatasi masalah tersebut, dan mereka (sesembahan tersebut) tidak bisa melakukan apapun, sebagaimana firman Allah ta’ala,

فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ (٦٥) لِيَكْفُرُوا بِمَا آتَيْنَاهُمْ وَلِيَتَمَتَّعُوا فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ (٦٦)

“Maka apabila mereka naik kapal mereka mendoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya; maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah). Agar mereka mengingkari nikmat yang telah Kami berikan kepada mereka dan agar mereka (hidup) bersenang-senang (dalam kekafiran). Kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatannya).” (QS. Al-Kabut : 65-66)

3). Orang-orang musyrik penyembah berhala mengakui bahwa sembahan mereka yang mereka sembah selain Allah merupakan makhluk juga, yang tidak bisa memberikan manfaat dan mudharat untuk dirinya dan juga para penyembahnya, tidak bisa menghidupkan, tidak bisa mematikan dan tidak bisa membangkitkan, tidak bisa mendengar, tidak bisa melihat dan tidak bisa membantu mereka sedikitpun. Mereka juga mengakui bahwa hanya Allah sajalah yang bisa menciptakan, memberi rizki, memberi mudharat dan manfaat, mengatur semua urusan. Mereka juga mengetahui bahwa mereka dan sesembahan mereka (selain Allah) tidak memiliki kekuasaan tersebut sedikitpun, maka Alllah memaksa mereka dengan pengakuan yang mereka buat tersebut (sebagaimana kalian mengakui bahwa hanya Allah sajalah yang berhak untuk urusan rububiyyah maka dengan demikian kalian  juga harus mengakui bahwa hanya Allah sajalah yang berhak untuk diibadahi/disembah).


Sumber : Kitab Tauhid al-Ibadah, Syaikh Muhammad bin Syami bin Matha’in Syaibah,  hal. 5.

(Amar Abdullah/hisbah.net)

Gabung juga di Fans Page kami hisbah.net

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *