Keagungan Tauhid

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi kita Muhammad beserta keluarga dan para sahabatnya.

Pembaca yang budiman, orang yang paling berbahagia adalah orang yang mengenal Allah subhanahu wata’ala dengan benar dan mengetahui bagaimana cara beribadah kepadaNya. Dapat kita katakan bahwa orang tersebut adalah orang yang mentauhidkan Allah atau kita sebut dengan, “Muwahhid”. Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin memaparkan bahwa bahwa tauhid secara bahasa bermakna mengesakan sesuatu. sedangkan dalam istilah syar’i tauhid bermakna mengesakan Allah dalam hal-hal yang menjadi kekhususan diriNya. kekhususan itu itu meliputi perkara rububiyyah, uluhiyyah dan asma wa sifat. (Al-Qaulu Al-Mufid, 1/5)

Syaikh Muhammad bin Abdullah al-Habdan menjelaskan bahwa tauhid itu hanya akan terwujud dengan memadukan antara kedua pilar ajaran tauhid yaitu peniadaan (nafi) dan menetapkan (itsbat). “Laa Ilaaha” (tidak ada sesembahan yang hak) adalah peniadaan (nafi). Kita menolak segala sesembahan selain Allah subhanahu wata’ala. Sedangkan “illallah” (melainkan Allah) adalah itsbat (penetapan). Kita menetapkan bahwa Allah saja yang berhak disembah. (At-Taudhiihaat Al-Kasyifat, hal. 49)

Tauhid bukan sekedar mengenal dan mengerti bahwa pencipta alam semesta ini adalah Allah subhanahu wata’ala, bukan sekedar mengetahui bukti-bukti rasional tentang kebenaran wujuud (keberadaan)Nya, dan wahdaniyyah (keesaan)Nya, dan bukan pula hanya sekedar mengenal Asma (nama-namaNya) dan sifat-sifat-Nya. Iblis mempercayai bahwa Tuhannya adalah Allah, bahkan mengakui keesaaan dan kemahakuasaan Allah dengan meminta kepada Allah subhanahu wata’ala malalui  asma dan sifat-sifatNya. Kaum jahiliyah pada zaman Rasulullah juga meyakini bahwa Tuhan pencipta, pengatur, pemelihara dan penguasa alam semesta ini adalah Allah azza wajalla. Namun, kepercayaan dan keyakinan mereka tidak menjadikan mereka sebagai seorang muslim yang beriman kepada Allah azza wajalla dikarenakan mereka tidak mengesakan Allah azza wajalla dalam uluhiyyah-Nya.

 


Sumber : Kartu Dakwah “Keutamaan Tauhid”, hal. 1, Yayasan Al-Hisbah Bogor.

(amar/hisbah.net)

Artikel : www.hisbah.net

Ikuti update artikel Hisbah di Fans Page Hisbah
Twitter @Hisbahnet, Google+ Hisbahnet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *