Keutamaan Hijab (3)

Pada edisi sebelumnya telah kita sebutkan beberapa keutamaan hijab, yaitu :

Pertama, menjaga kehormatan

Kedua, kesucian hati

Ketiga, Kemuliaan akhlak atau budi pekerti

Keempat, sebagai tanda kesucian diri

Kelima, mencegah keinginan-keinginan dan bisikan-bisikan setan

Keutamaan hijab selanjutnya, yaitu :

Keenam, menjaga al-haya’ atau rasa malu.

Lafazh ini diambil dari lafazh Al-hayât atau kehidupan, maka tidak ada kehidupan tanpa ada rasa malu. Ia adalah ciptaan Allah Ta’ala yang dititipkan dalam diri manusia, yang dikehendaki untuk dimuliakan. Sehingga, ia akan menyeru kepada kebaikan-kebaikan dan mencegah semua bentuk kejelekan. Sifat ini merupakan salah satu ciri khas manusia, sifat fitrah dan akhlak dalam agama Islam. Malu atau al-haya’ adalah sebagian dari iman. Ia termasuk salah satu sifat-sifat orang Arab yang terpuji, yang telah diakui oleh agama Islam dan bahkan dianjurkan.

Antarah al-Abasi melantunkan bait syair yang berbunyi:

Aku tundukkan pandanganku

ketika terlihat di mataku

tetangga wanitaku

hingga ia pun tertutup

oleh tembok rumahnya

Maka, pengaruh dari rasa malu ini membawa diri untuk berhias dengan akhlak luhur, dan menciptakan benteng kokoh yang dapat melindungi diri dari tingkah laku hina.

Dan, hijab itu tiada lain adalah sarana atau media yang paling efektif untuk menjaga rasa malu, dan melepasnya, sama saja dengan mencabut rasa malu dari dalam diri seorang wanita.

Ketujuh, hijab bisa mencegah masuknya budaya tabarruj, sufûr dan ikhtilât ke dalam komunitas masyarakat Islam.

Kedelapan, hijab sebagai benteng pertahanan terhadap perzinaan dan budaya serba boleh, sehingga seorang tidak menjadi singgahan bagi laki-laki hidung belang.

Kesembilan, wanita adalah aurat, sedang hijab sebagai penutupnya. Ini adalah termasuk bagian dari ketakwaan. Allah ta’ala berfirman:

يَا بَنِي آدَمَ قَدْ أَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْآتِكُمْ وَرِيشًا وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ

“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang baik.” (QS. Al-A’râf: 26)

Abdurrahman bin Aslam rahimahullah ketika menafsiri ayat ini berkata, “Ia takut kepada Allah, lalu menutupi auratnya. Maka yang demikian itu adalah pakaian takwa”.

Di dalam doa yang disandarkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam disebutkan:

“Ya Allah, tutupilah auratku dan sirnakanlah ketakutanku”. (HR. Abu Daud dan yang lainnya).

Ya Allah tutupilah aurat-aurat kami dan aurat-aurat para istri kaum mukminin. Amin.

Kesepuluh, menjaga ghaîrah (kecemburuan agama).

Sumber :

Dinukil dari kitab, “Hirosatul Fadhilah”, karya : Syaikh Bakr bin Abdullah Abu Zaed, edisi bahasa Indonesia : Menjaga Kehormatan, Penerbit : Yayasan Al-Sofwa Jakarta, Cet. I (R. Awal 1424 H / Mei 2003 M). (Abu Umair).


Artikel www.hisbah.net

Ikuti update artikel Hisbah di Fans Page Hisbah
Twitter @Hisbahnet, Google+ Hisbahnet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *