Lailatul Qadar, Nikmat yang Agung

Pembaca yang budiman, di antara nikmat yang Allah karuniakan kepada kita umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang selayaknya kita syukuri adalah dijadikannya suatu malam yang penuh keberkahan yang terjadi pada bulan Ramadhan bulan yang penuh keberkahan pula, malam yang penuh keberkahan itu ialah Lailatul Qodar. Tahukan Anda apa itu lailatul qadar?

Allah berfirman,

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (4) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (5)

“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al Qadar [97] : 3-5)

“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan”, subhanallah, ini adalah keberkahan yang sangat agung tanpa ada keraguan sedikitpun.

Ahli tafsir berkata, “Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan”, maksudnya bahwa malam tersebut sebanding dengan 1000 malam karena keutamaannya, amal yang dilakukan pada saat itu lebih baik daripada amal yang dilakukan selama 1000 bulan yang tidak ada lailatul qodarnya. Dan ini merupakan salah satu perkara yang menjadikan akal terperanjat dan akan memotivasi jiwa yang suci terpanggil untuk dapat meraih kebaikannya.

Maka, saudaraku, di mana pun kita berada, wajib bagi kita untuk mensyukuri anugerah yang besar ini, lalu, bagaimana caranya?

Di antara caranya adalah :

1) Tingkatkan kesungguhan Anda dalam mengisi 10 hari terakhir bulan yang mulia ini.

Demikian inilah yang dilakukan oleh suri tauladan Anda Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam,  istri beliau -Ummul Mu’minin Aisyah radhiyallahu ‘anha– berkata,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَجْتَهِدُ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مَا لاَ يَجْتَهِدُ فِى غَيْرِهِ.

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, melebihi kesungguhan beliau di waktu yang lainnya.” (HR. Muslim)

Salah satu bentuk nyata kesungguhan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah seperti yang diberitakan oleh istrinya, Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata,

كَانَ النَّبِىُّ –صلى الله عليه وسلم– إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ

“Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan), beliau mengencangkan sarungnya (untuk menjauhi para istri beliau dari berjima’, pen), menghidupkan malam-malam tersebut dan membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari & Muslim)

2) Carilah karunia Allah yang agung ini.

Kapan?

Secara umum, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bersabda,

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

“Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari)

Dan secara khusus, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam lebih menekankan agara kita mencarinya pada malam-malam ganjilnya (21, 23, 25, 27, dan 29), beliau bersabda,

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

“Carilah lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari)

الْتَمِسُوهَا فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى تَاسِعَةٍ تَبْقَى ، فِى سَابِعَةٍ تَبْقَى ، فِى خَامِسَةٍ تَبْقَى

“Carilah lailatul qadar di sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan pada sembilan, tujuh, dan lima malam yang tersisa.” (HR. Bukhari)

الْتَمِسُوهَا فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ – يَعْنِى لَيْلَةَ الْقَدْرِ – فَإِنْ ضَعُفَ أَحَدُكُمْ أَوْ عَجَزَ فَلاَ يُغْلَبَنَّ عَلَى السَّبْعِ الْبَوَاقِى

“Carilah lailatul qadar di sepuluh malam terakhir, namun jika ia ditimpa keletihan, maka janganlah ia dikalahkan pada tujuh malam yang tersisa.” (HR. Muslim)

Saudaraku…

Kapan terjadinya lailatul qadar itu adalah rahasia Allah ta’ala, kita hanya diperintahkan oleh RasulNya untuk berusaha mencarinya dan mendapatkannya tentu merupakan perkara yang kita damba-dambakan karena dengan kita mendapatinya di mana kita pada saat itu tengah melakukan berbagai bentuk ketaan kepada Allah ta’ala, maka sungguh keberkahan yang Allah beritakan dalam firmannya -di mana firmanNya itu pasti benarnya- akan kita dulang.

Saudaraku…

Meski ini adalah rahasia Allah ta’ala, namun RasulNya menyebutkan beberapa indikasi atau tanda malam yang mulia tersebut. di antaranya,

1) Udara dan angin sekitar terasa tenang.

Sebagaimana dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لَيْلَةُ القَدَرِ لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلَقَةٌ لَا حَارَةً وَلَا بَارِدَةً تُصْبِحُ الشَمْسُ صَبِيْحَتُهَا ضَعِيْفَةٌ حَمْرَاء

“Lailatul qadar adalah malam yang penuh kelembutan, cerah, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar lemah dan nampak kemerah-merahan.” (HR. Ath Thoyalisi. Haytsami mengatakan periwayatnya adalah tsiqoh/terpercaya).

2) Matahari akan terbit pada pagi harinya dalam keadaan jernih, tidak ada sinar.

Dari Abi bin Ka’ab bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Shubuh hari dari malam lailatul qadar matahari terbit tanpa sinar, seolah-olah mirip bejana hingga matahari itu naik.” (HR. Muslim)

Semoga Allah memberikan taufiq kepada kita dalam upaya mencari malam yang mulia ini. dan, semoga pula Allah mempertukan kita dengannya serta memberikan taufiq kepada kita untuk mengisinya dengan berbagai amal sholeh. Aamiiin.


Penyusun : Ustadz Abu Umair

Artikel : www.hisbah.net

Gabung juga di Fans Page kami hisbah.net

Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.