10 Kiat Menghidupkan Ramadhan

Telah datang  kepada kita bulan yang dikatakan oleh nabi kita Muhammad shallallaahu alaihi wasalam sebagai “syahrun mubaarak”, bulan yang penuh dengan keberkahan. Maka, marilah kita dulang keberkahan bulan ini dengan melakukan berbagai amal sholeh, di antaranya :    

1) Puasa

Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallaahu alaihi wasalam bersabda: “Seluruh amal ibadah bani Adam adalah miliknya, dan setiap kebaikan akan dibalas sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali lipat. Allah subhanahu wa ta’ala berkata: “Kecuali ibadah puasa, sesungguhnya ia adalah milik-Ku dan Akulah yang langsung membalasnya. Seorang yang berpuasa telah menahan diri dari syahwat, makanan dan minumannya karena Aku semata. Ada dua kegembiraan bagi orang yang berpuasa, kegembiraan saat berbuka dan kegembiraan tatkala bertemu dengan Allah. Dan sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada aroma minyak kesturi.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Tentu saja, pahala yang besar ini tidak diberikan kepada orang yang hanya menahan diri dari makan dan minum saja, namun diperuntukkan bagi orang yang benar-benar mengaplikasikan nilai-nilai puasa. Sebagaimana sabda Rasulullah : “Barangsiapa yang tidak menahan diri dari ucapan dusta dan perbuatan dusta, maka sedikitpun Allah tidak sudi menerima puasanya meskipun ia menahan diri dari makan dan minum.” (HR. Al-Bukhari)

2) Shalat Tarawih (Qiyamul Lail)

Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallaahu alaihi wasalam bersabda: “Barangsiapa yang menunaikan qiyamul lail pada bulan Ramadhan karena keimanan dan mengharapkan pahala, niscaya akan diampuni dosa-dosa-nya yang telah lalu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Mengerjakan shalat malam adalah kebiasaan Rasulullah shallallaahu alaihi wasalam dan para sahabat beliau. Sehingga ‘Aisyah radhiyallaahu ‘anha berkata: “Janganlah tinggalkan shalat malam, sebab Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam tidak pernah meninggalkannya. Kendatipun sakit atau sedang lesu, beliau tetap mengerjakannya dengan duduk.”

Umar bin Khaththab radhiyallaahu ‘anhu biasa mengerjakan shalat malam. Apabila tiba pertengahan malam, beliau segera membangunkan keluarganya untuk shalat. Beliau berseru: “Shalat, shalat!” seraya membacakan ayat ini, artinya, “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rizki kepadamu, Kami-lah yang memberi rizki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertaqwa.” (QS. Tha-ha: 132)

Wahai saudaraku, sebaiknya engkau menyempurnakan shalat tarawih bersama imam, agar engkau termasuk orang-orang yang menghidupkan Ramadhan dengan shalat malam. Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda: “Siapa saja yang shalat tarawih bersama imam hingga selesai, akan ditulis baginya pahala shalat semalam suntuk.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasai dan Ibnu Majah)

3) Shadaqah

Rasulullah shallallaahu alaihi wasalam adalah orang yang sangat dermawan, dan kedermawanan beliau semakin bertambah pada bulan Ramadhan. Kebaikan-kebaikan yang beliau lakukan pada bulan itu melebihi angin yang berhembus.

Dalam sebuah hadits beliau bersabda: “Seutama-utama shadaqah adalah pada bulan Ramadhan.” (HR. At-Tirmidzi dari Anas radhiyallaahu ‘anhu)

Wahai saudaraku,

Banyak sekali keistimewaan dan kekhususan bersedekah pada bulan Ramadhan, maka hendaknya engkau bersegera mengerjakannya. Keluarkanlah dengan segera shadaqahmu sesuai dengan keluasan yang ada padamu. Ada beberapa bentuk shadaqah pada bulan Ramadhan, di antaranya:

a) Memberi Makan

Para Salafus Shalih senantiasa berlomba-lomba dalam memberi makan dan mereka lebih mengutamakannya dari ibadah-ibadah lainnya. Baik dengan memberi makan orang yang lapar atau memberi makan seorang saudara yang shalih. Tidak disyaratkan yang diberi makan harus seorang fakir. Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallaahu alaihi wasalam bersabda:

“Siapa saja di antara orang mukmin yang memberi makan saudaranya sesama mukmin yang lapar, niscaya Allah akan memberinya buah-buahan Surga. Siapa saja di antara orang mukmin yang memberi minum saudaranya sesama mukmin yang dahaga, niscaya Allah akan memberinya minuman Rahiqul Makhtum.” (HR. At-Tirmidzi dengan sanad hasan)

Sebagian besar kaum salaf mengutamakan menyediakan buka bagi orang yang berpuasa padahal mereka sendiri juga berpuasa. Di antaranya adalah Abdullah bin Umar, Dawud Ath-Tha’i, Malik bin Dinar, Ahmad bin Hambal dan lainnya. Bahkan Abdullah bin Umar selalu berbuka bersama anak-anak yatim dan fakir miskin. Kadangkala beliau tidak berbuka karena mengetahui keluarganya menolak kedatangan mereka.

Banyak di antara kaum salaf yang menyediakan makanan bagi teman-temannya padahal ia tengah berpuasa. Bahkan ia melayani teman-temannya dengan baik. Di antaranya adalah Hasan Al-Bashri dan Ibnul Mubarak.

Abu Siwar Al-‘Adawi berkata: “Dahulu ada serombongan orang dari Bani ‘Adi yang biasa shalat di masjid ini. Tidak ada seorang pun di antara mereka yang berbuka puasa sendiri. Ia selalu mencari orang yang bersedia berbuka bersamanya. Jika tidak maka ia keluarkan makanannya untuk dimakan bersama orang-orang di masjid”.

b) Menyediakan Makanan Berbuka Bagi Orang-orang Yang Berpuasa

Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallaahu alaihi wasalam bersabda:

“Barangsiapa menyediakan makanan berbuka bagi orang yang berpuasa, niscaya ia akan mendapat pahala seperti orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikitpun.” (HR. Ahmad dan An-Nasai serta dinyatakan shahih oleh Al-Albani)

4) Membaca Al-Qur’an Dengan Penuh Kesungguhan

Bulan Ramadhan adalah bulan Al-Qur’an. Kita semua dianjurkan agar memperbanyak membaca Al-Qur’an pada bulan ini. Di antara keadaan Salafus Shalih adalah selalu menyibukkan diri dengan hal-hal yang berkaitan dengan Al-Qur’an (mulai dari membaca, mempelajari dan mentadabburinya). Malaikat Jibril memperdengarkan Al-Qur’an kepada Rasulullah shallallaahu alaihi wasalam pada bulan Ramadhan. Utsman bin Affan mengkhatamkan Al-Qur’an setiap hari pada bulan Ramadhan. Sebagian Salafus Shalih mengkhatamkan Al-Qur’an dalam shalat Tarawih setiap tiga malam sekali. Sebagian lagi setiap tujuh malam sekali. Sementara sebagian lainnya mengkhatamkannya setiap sepuluh malam sekali. Mereka selalu membaca Al-Qur’an baik di dalam shalat maupun di luar shalat. Bahkan Imam Asy-Syafi’i dapat mengkhatamkan Al-Qur’an sebanyak enam puluh kali di luar shalat dalam bulan Ramadhan. Sementara Al-Aswad mengkhatamkannya setiap dua hari sekali. Adapun Qatadah selalu mengkhatamkannya setiap tujuh hari sekali di luar Ramadhan, sedangkan pada bulan Ramadhan beliau mengkhatamkannya setiap tiga hari sekali. Dan pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan beliau mengkhatamkannya setiap malam. Pada bulan Ramadhan Imam Az-Zuhri menutup majlis-majlis hadits dan majlis-majlis ilmu yang biasa diisinya. Beliau mengkhususkan diri membaca Al-Qur’an dari mushhaf. Demikian pula Imam Ats-Tsauri, beliau meninggalkan ibadah-ibadah lain dan mengkhususkan diri untuk membaca Al-Qur’an.

Ibnu Rajab berkata: “Larangan mengkhatamkan Al-Qur’an kurang dari tiga hari tertuju bagi yang membiasakan hal itu. Adapun pada waktu-waktu yang utama seperti bulan Ramadhan, terkhusus lagi pada malam-malam yang diperkirakan sebagai malam Lailatul Qadar, atau di tempat-tempat yang utama, seperti Makkah bagi selain ahli Makkah, maka dianjurkan agar memperbanyak membaca Al-Qur’an. Supaya mendapat keutamaan pada waktu dan tempat tersebut. Inilah pendapat Imam Ahmad, Ishaq, dan ulama lainnya. Demikianlah yang dapat kita saksikan dari kebiasaan mereka sebagaimana yang telah kita sebutkan tadi.

5) Tetap Duduk di Dalam Masjid Hingga Terbit Matahari

Apabila Rasulullah shallallaahu alaihi wasalam selesai menunaikan shalat Subuh, beliau selalu duduk di tempat shalatnya hingga terbit matahari. (HR. Muslim) Imam At-Tirmidzi meriwayatkan sebuah hadits dari Anas bin Malik dari Rasulullah, bahwa beliau bersabda: “Barangsiapa shalat fajar berjama’ah di masjid, kemudian tetap duduk berdzikir mengingat Allah, hingga terbit matahari lalu shalat dua rakaat (Dhuha), maka seakan-akan ia mendapat pahala haji dan umrah dengan sempurna, sempurna dan sempurna.” (Dinyatakan shahih oleh Al-Albani)

Hal ini berlaku pada setiap hari, maka bagaimana pula bila dilakukan pada bulan Ramadhan?

6) I’tikaf

Rasulullah biasa beri’tikaf selama sepuluh hari setiap bulan Ramadhan. Pada tahun beliau wafat, beliau beri’tikaf selama dua puluh hari. (HR. Al-Bukhari).

I’tikaf sangat dianjurkan pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan sekaligus untuk meraih malam Lailatul Qadar. I’tikaf adalah mengurung diri dan mengikatnya untuk berbuat taat dan selalu mengingat Allah. Ia memutuskan hubungan dengan segala kesibukan-kesibukannya. Ia mengurung hatinya dan jasmaninya untuk Allah dan untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Tidak ada terbetik dalam hatinya sesuatu keinginan pun selain Allah dan yang mendatangkan ridha-Nya. Disebabkan banyaknya umat Islam yang jahil tentang hukum-hukum i’tikaf, maka saya ingin menjelaskan beberapa maklumat sederhana tentang i’tikaf.

7) Umrah di Bulan Ramadhan

Dalam sebuah hadits shahih Rasulullah shallallaahu alaihi wasalam bersabda: “Pahala umrah di bulan Ramadhan sama seperti ibadah haji.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim) dalam riwayat lain berbunyi: “sama seperti menunaikan haji bersamaku”

8) Mencari Malam Lailatul Qadr

Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam senantiasa mencari malam Lailatul Qadr dan memerintahkan sahabat untuk mencarinya. Beliau membangunkan keluarganya pada malam sepuluh terakhir dengan harapan mendapat malam Lailatul Qadr. Dalam Musnad Ahmad dari ‘Ubadah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang bangun sebagai usaha untuk mendapat malam Lailatul Qadr, lalu ia benar-benar mendapatkannya, niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang lalu dan yang akan datang.”

Imam An-Nasai juga meriwayatkan seperti itu. Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: “Sanadnya sesuai dengan syarat shahih.”

9) Memperbanyak Dzikir, Doa dan Istighfar

Wahai saudaraku, siang dan malam pada bulan Ramadhan adalah hari-hari yang penuh keutamaan, raihlah keutamaan itu dengan memperbanyak dzikir dan doa, terutama pada waktu-waktu mustajab, di antaranya:

  • Saat berbuka. Ada sebuah doa yang tidak tertolak bagi orang yang berpuasa saat berbuka.
  • Sepertiga malam terakhir. Yaitu ketika Allah subhanahu wa ta’ala turun ke langit dunia seraya berkata: “Siapa saja yang meminta kepada-Ku niscaya Aku kabulkan. Siapa saja yang memohon ampun kepada-Ku niscaya Aku ampuni.”
  • Memperbanyak istighfar pada waktu sahur. Allah ta’ala berfirman, artinya “Dan pada waktu sahur mereka memohon ampunan.”
  • Mencari waktu mustajab pada hari Jum’at. Yaitu di saat-saat terakhir pada sore hari Jum’at.

 

10) Tidak Berbuat Hal Yang Sia-Sia Pada Bulan Ramadhan

Semoga Allah subhanahu wa ta’ala pertemukan kita kembali (dalam sebaik-baik keadaan).

Sumber : Disadur dan diringkas dari buku “Kaifa Na’isyu Ramadhan” edisi bahasa Indonesia “Kiat-Kiat Menghidupkan Bulan Ramadhan”, oleh Abdullah ash-Shalih.


Artikel : www.hisbah.net

Gabung juga di Fans Page kami hisbah.net

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *