Allah ta’ala berfirman, artinya,
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.” (QS. An Nisa: 36 ). Ya, Jangan lah anda mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun, janganlah anda menyamakan selain Allah ta’ala dengan Allah ta’ala dalam hal-hal yang merupakan kekhususanNya, seperti berdoa kepada selain Allah ta’ala disamping berdo’a kepada Allah Subhanahu waTa’ala, atau memalingkan suatu bentuk ibadah seperti menyembelih (kurban), bernadzar, berdoa dan sebagainya kepada selainNya. Janganlah anda menaati selain Allah dalam hal maksiat kepada Allah Ta’ala. Janganlah anda menyamakan selain Allah Subhanahu waTa’ala dengan Allah Subhanahu waTa’ala dalam hal kecintaan. Janganlah anda bersumpah dengan nama selain Allah. Janganlah anda mengatakan “ atas kehendak Allah ta’ala dan kehendakmu “. Jangan pula anda mengucapkan, ““Kalau bukan karena Allah Subhanahu waTa’ala dan karena si dia.” Janganlah anda memakai kalung dan sejenisnya atau menggantungkannya di rumah sebagai pengusir atau penangkal mara bahaya, baik anda berkeyakinan bahwa perbuatan anda tersebut merupakan sebab-sebab pengusir atau penangkal mara bahaya, maupun berkeyakinan bahwa hal-hal tersebut bisa menolak atau mengusir mara bahaya. Janganlah anda beramal dengan amal untuk mendekatkan diri kepada Allah namun anda ingin dipuji orang (riya‘) atau ingin didengar orang (sum’ah).
Saudaraku…ketahuilah bahwa tidaklah Allah ta’ala dan rasulNya melarang sesuatu melainkan disana ada sesuatu hikmah, baik kita ketahui maupun tidak kita ketahui. Demikian pula dalam larangan Allah ta’ala yang satu ini “janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun “. Apakah gerangan hikmah di balik larangan Allah ta’ala ini ? maka, dengan memohon pertolongan Allah ta’ala berikut ini akan kami sebutkan beberapa hikmah di balik larangan Allah tersebut. Semoga bermanfaat. amien
Saudaraku…kaum muslimin…
Di antara hikmahnya adalah bahwa barang siapa yang menyekutukan Allah berarti ia telah meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya.
Ya, kalau anda –seorang muslim – ditanya “ kepada siapakah hendaknya anda beribadah “ ? saya cukup yakin – bila anda adalah orang islam yang beriman kepada Allah dengan keimanan yang tidak dibarengi dengan keraguan sedikitpun, niscaya anda akan mengatakan, “ kepada Allah “. Karena anda membenarkan Allah ta’ala yang berfirman, artinya : “ Sembahlah Allah “. Oleh karena itu, ibadah itu semestinya ditujukan kepada Allah semata, tidak kepada yang lainnya, karena itu adalah tempat semestinya, maka ketika seseorang melakukan peribadatan kepada selain Allah, ia memberikan kepada yang tidak berhak berarti ia telah meletakkan sesuatu bukan pada tempat semestinya. Dengan demikian, ia telah melakukan sebuah kezhaliman. Bahkan kezhoiman seperti ini merupkan kezahaliman yang sangat besar. Simaklah firman Allah ta’ala, artinya :
“Sesungguhnya menyekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar.” (Luqman: 13).
Saudaraku… kaum muslimin…
Di antara hikmahnya adalah bahwa pelaku perbuat ini berdosa.
Bagaimana tidak ?! Allah ta’ala melarangnya dari perbuatn ini, tapi ia justru melakukan sebaliknya. Ini dari satu sisi. Dari sisi yang lain, sebagai mana telah kita katakan bahwa orang yang melakukan perbuatan menyekutukan Allah ta’ala dengan yang lainnya ia berarti telah melakukan kezaliman bahkan merupakan kezhaliman yang besar sebagaimana yang ditegaskan Allah ta’ala dalam Qs. Lukman : 13 di atas. Sementara berbuat zhalim itu dilarang oleh Allah ta’ala, baik zhalim terhadap makhluk maupun kepada Allah ta’ala tuhan yang telah menciptakan mereka. Simaklah sabda nabi kita yang mulia Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits Qudsi berikut, beliau bersabda, Allah berfirman,
“Wahai hamba-hambaku, sesungguhnya Aku mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku mengharamkannya pula atas kalian, maka janganlah kalian saling menzalimi. (HR. Muslim)
Dengan demikian maka orang yang melakukan kezhaliman ia telah melanggar larangan Allah ta’ala. Dan orang yang melanggar larangan Allah ta’ala dia berhak mendapatkan balasannya. Di antara bentuk balasannya adalah dosa. Dan bahkan dalam kasus ini, pelakunya berdosa yang besar. Simaklah firman Allah berikut,
وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا [النساء/48]
” …Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An Nisa : 48 )
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,
أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ قُلْنَا: بَلَى يَا رَسُوْلَ اللَّهِ قَالَ: اْلإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوْقُ الْوَالِدَيْنِ.
“Maukah kalian aku beritahukan tentang dosa yang paling besar?” Kami menjawab, “Ya, wahai Rasulullah!” Beliau bersabda, “Berbuat syirik kepada Allah dan durhaka kepada kedua orang tua.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Bahkan, dosa karena perbuatan syirik-jika pelakunya belum bertaubat kepada Allah ta’ala sebelum ia meninggal dunia, ia meninggal dunia dalam kesyirikannya – tidak akan diampuni oleh Allah ta’ala. Allah ta’ala berfirman, artinya :
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa selain (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya.” (QS. An-Nisa’: 48).
Saudaraku… kaum muslimin…
Di antara hikmahnya adalah agar seseorang bisa memetik buah dari amalnya, yaitu pahala dari Allah ta’ala.
Ya, karena jika seseorang melakukan perbuatan syirik, hal itu akan menyebabkan pahala amalnya terhapus. Allah ta’ala berfirman, artinya :
Seandainya mereka menyekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-An’am: 88)
Jika pahala amal seseorang terhapus atau lenyap berarti ia tidak akan memetik buah yang baik dari amalnya tersebut. Oleh karena itu, agar seseorang bisa memetik buah dari amal baiknya ia harus melakukan amalnya tersebut semata-mata karena Allah ta’ala, tidak mencampuri amalnya dengan kesyirikan. Oleh karena itu, Allah ta’ala Dzat yang maha Pengasih lagi Maha Penyayang, memerintahkan kepada hamba-Nya agar mengikhlaskan ibadahnya hanya untuk Nya semata. Allah ta’ala berfirman, artinya :
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus … ( QS. Al Bayyinah: 5)
Saudaraku… kaum muslimin…
Di antara hikmahnya adalah agar seseorang tidak termasuk golongan orang-orang yang merugi.
Telah kita katakan di atas bahwa kesyirikan itu bisa menjadi sebab terhapusnya pahala amal seseorang. Ia tidak bisa memetik buah yang baik dari amal baik yang dikakukannya. Jika demikian halnya maka sungguh ia telah merugi. Bagaimana tidak ?! taruhlah anda seorang karyawan di sebuah perusahaan, setiap hari kerja anda masuk kerja. Namun, setelah tiba saatnya anda menerima gaji sebagai upah kerja anda di perusahaan tersebut ternyata anda tidak menerimanya karena anda telah melakukan kesalahan besar terhadap perusahan di mana anda bekerja. Bukankah anda rugi ? ya, anda telah rugi karena anda telah mengerahkan tenaga dan mengorbankan waktu namun tak ada balas jasanya. Atau, taruhlah anda seorang pedagang di mana anda telah banyak melakukan transaksi jual beli berhari-hari, berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Anda telah menuai keuntungan, lalu ternyata pada suatu saat anda melakukan sesuatu yang mengakibatkan barang dagangan anda ludes, uang yang anda simpan ludes pula. Maka, jika demikian telah rugilah anda. Oleh karena itu, apa yang semestinya anda lakukan agar tidak rugi ? di antara jawabannya adalah hendaklah anda meninggalkan hal-hal yang akan bisa berpotensi menimbulkan kerugian. Seperti, berhati-hati dalam bertindak dan mengikuti rambu-rambu yang telah ditentukan. Menyekutukan Allah ta’ala dalam melakukan peribadatan kepadaNya merupakan sesuatu yang merugikan. Oleh karena itu, Allah ta’ala melarang hamba-Nya untuk tidak melakukannya. Allah ta’ala menghabarkan secara tegas,
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu, ‘Jika kamu menyekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Az-Zumar: 65).
Saudaraku… kaum muslimin…
Di antara hikmahnya adalah agar seseorang tidak diharamkan untuk masuk Surga.
Saudaraku…
Kalau anda ditanya, “ maukah anda tidak diperbolehkan masuk ke dalam Surga , anda dipersilahkan masuk ke dalam Neraka ? saya yakin, anda akan menjawab, “ tidak, saya tidak mau “. Namun, tahukah anda bahwa jika anda menyekutukan Allah dengan yang lain, niscaya anda tidak diperbolehkan ( baca : diharamkan ) masuk ke dalam Surga, anda akan ditempatkan di dalam Neraka ?. jika anda belum tahu jawabannya, maka simaklah firman Allah ta’ala berikut,
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolong pun.” (QS. Al-Maidah: 72)
Nah, agar seseorang tidak diharamkan masuk ke dalam Surga, maka Allah Dzat yang maha tahu akan kemaslahatan hambaNya Dia melarang hamba-hambaNya menyekutukanNya dengan yang lain.
Saudaraku… kaum muslimin…
Di antara hikmahnya adalah agar seseorang tidak dikeluarkan dari islam.
Syirik besar bisa mengeluarkan pelakunya dari agama Islam dan menjadikannya kekal di dalam neraka, jika ia meninggal dunia dan belum bertaubat daripadanya. Syirik besar adalah memalingkan sesuatu bentuk ibadah kepada selain Allah Subhanahu waTa’ala, seperti berdoa kepada selain Allah Subhanahu waTa’ala atau mendekatkan diri kepadanya dengan menyembelih kurban dan nadzar untuk selain Allah Subhanahu waTa’ala , baik untuk kuburan, jin dan setan, takut kepada orang-orang telah mati, jin atau setan bahwa mereka bisa membahayakan atau membuatnya sakit, mengharapkan sesuatu kepada selain Allah Subhanahu wa ta’ala yang tidak kuasa melakukannya kecuali Allah Subhanahu waTa’ala berupa pemenuhan kebutuhan dan menghilangkan kesusahan, hal yang saat ini banyak sekali dilakukan di sekeliling bangunan-bangunan yang didirikan di atas kuburan para wali dan orang-orang shalih di sebagian wilayah Islam seperti di indonesia.
Saudaraku… kaum muslimin…
Di antara hikmahnya adalah agar ketauhidan seseorang tetap utuh tidak terkurangi.
Syirik kecil tidak menyebabkan pelakunya keluar dari agama Islam, tetapi ia mengurangi tauhid dan merupakan perantara (wasilah) kepada syirik besar. Di antara contonya adalah bersumpah dengan nama selain Allah, berkata ‘Atas kehendak Allah dan kehendakmu,’ berkata, “Kalau bukan karena Allah Subhanahu waTa’ala dan karena si fulan”, memakai kalung atau benang sebagai pengusir atau penangkal mara bahaya, atau menggantungkan tamimah karena takut kena ‘ain dengan keyakinan bahwa perbuatannya tersebut merupakan sebab-sebab pengusir atau penangkal mara bahaya, melakukan suatu amal tertentu untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala , tetapi untuk mendapatkan pujian manusia (riya), atau ingin didengar orang (sum’ah).
Saudaraku… kaum muslimin…
Itulah beberapa hikmah Allah melarang hamba-hambaNya dari menyekutukan-Nya dengan yang lain yang bisa kami sebutkan dalam tulisan ini, yaitu :
1. Bahwa barang siapa yang menyekutukan Allah berarti ia telah meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya.
2. Bahwa pelaku perbuat ini berdosa.
3. Agar seseorang tidak termasuk golongan orang-orang yang merugi.
4. Agar seseorang bisa memetik buah dari amalnya, yaitu pahala dari Allah ta’ala.
5. Agar seseorang tidak termasuk golongan orang-orang yang merugi.
6. Agar seseorang tidak diharamkan untuk masuk ke dalam Surga.
7. Agar seseorang tidak dikeluarkan dari islam.
8. Agar ketauhidan seseorang tetap utuh tidak terkurangi. Allahu ‘alam
Akhirnya, kita berdoa kepada Allah ta’la,
اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ أَنْ نُشْرِكَ بِكَ وَنَحْنُ نَعْلَمُ، وَنَسْتَغْفِرُكَ لمِاَ لَا نَعْلَمُ
(Yaa Allah, sungguh kami mohon perlindung kepadamu dari menyekutukanmu sementara kami mengetahuinya, dan kami mohon ampun kepadamu akan sesuatu yang kami tidak mengetahuinya).
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Ditulis oleh: Abu Umair bin Syakir
Artikel : www.Hisbah.net
Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet, Google+ Hisbahnet