Saudaraku…
Dunia adalah tempat kita hidup sekarang ini. Manusia di dalam memandang terhadap kehidupan dunia ini secara global terbagi menjadi dua. Pertama, ada yang memandangnya dengan pandangan yang tidak benar; dan kedua, ada yang memandangnya dengan pandangan yang benar. Bagaimanakah pandangan dengan yang tidak benar terhadap kehidupan dunia ini? dan bagaimana pula pandangan yang benar terhadap kehidupan ini? dua pertanyaan inilah yang akan kita jawab dan jelaskan dalam tulisan ini. Semoga bermanfaat.
Saudaraku…
Jawaban atas pertanyaan “Bagaimanakah pandangan yang salah terhadap kehidupan dunia ini? “adalah“ Pandangan Materialistis “.
Apa yang dimaksud dengan “ Pandangan Materialistis “?
Maksudnya yaitu, pemikiran seseorang yang hanya terbatas pada bagaimana mendapatkan kenikmatan sesaat di dunia, sehingga apa yang diusahakannya hanya seputar masalah tersebut. Pikirannya tidak melampaui hal tersebut, ia tidak mempedulikan akibat-akibatnya, tidak pula berbuat dan memperhatikan masalah tersebut. Ia tidak mengetahui bahwa Allah Ta’ala menjadikan dunia ini sebagai ladang akhirat. Allah Ta’ala menjadikan dunia ini sebagai kampung beramal dan akhirat sebagai kampung balasan. Maka barangsiapa mengisi dunianya dengan amal shalih, niscaya ia mendapatkan keberuntungan di dua kampung tersebut. Sebaliknya barangsiapa menyia-nyiakan dunianya, niscaya ia akan kehilangan akhiratnya.
Allah Ta’ala berfirman, artinya,
“Rugilah ia di dunia dan akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (QS. Al-Hajj: 11).
Saudaraku…Allah Ta’ala tidak menciptakan dunia ini untuk main-main, tetapi Allah Ta’ala menciptakannya untuk suatu hikmah yang agung. Allah Ta’ala berfirman, artinya,
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.” (Qs.Al-Mulk: 2). Dia juga berfirman, artinya, “Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.” (QS.Al-Kahfi: 7).
Saudaraku…
Demikianlah, Allah Ta’ala menjadikan di atas dunia ini berbagai kenikmatan sesaat dan perhiasan lahiriyah, baik berupa harta, anak-anak, pangkat, kekuasaan dan berbagai macam kenikmatan lain yang tidak mengetahuinya kecuali Allah Ta’ala.
Di antara manusia – bahkan mayoritas – ada yang menyempitkan pandangannya hanya pada lahiriyah dan kenikmatan-kenikmatan dunia semata. Mereka memuaskan nafsunya dengan berbagai hal tersebut dan tidak merenungkan rahasia di balik itu. Karenanya, mereka sibuk untuk mendapatkan dan mengumpulkan dunia dengan melupakan amal untuk sesudah mati. Bahkan mereka mengingkari adanya kehidupan selain kehidupan dunia, sebagaimana firman Allah Ta’ala, artinya:
“Dan tentu mereka akan mengatakan (pula), hidup hanyalah kehidupan kita di dunia saja, dan kita sekali-kali tidak akan dibangkitkan!” (QS. Al-An’am: 29).
Allah Ta’ala mengancam orang yang memiliki pandangan seperti ini terhadap dunia, sebagaimana firmanNya, artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tentram dengan kehidupan dunia itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan oleh apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. Yunus: 7-8).
Dia juga berfirman, artinya:
“Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna, dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia, dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS.Hud: 15-16).
Saudaraku…Ancaman di atas berlaku bagi semua orang yang memiliki pandangan materialistis tersebut, mereka yang memiliki amal akhirat, tetapi menghendaki kehidupan dunia, seperti orang-orang munafik, orang-orang yang berpura-pura dengan amal perbuatan mereka atau orang-orang kafir yang tidak percaya terhadap adanya kebangkitan dan hisab (Perhitungan amal).
Sebagaimana keadaan orang-orang Jahiliyah dan aliran-aliran destruktif (merusak) seperti kapitalisme, komunisme, sekulerisme dan atheisme. Mereka adalah orang-orang yang tidak mengetahui nilai kehidupan dan pandangan mereka terhadap dunia tidak lebih dari pandangan binatang, bahkan lebih sesat dari binatang. Sebab mereka menafikan akal mereka, menundukkan kemampuan mereka dan menyia-nyiakan waktu mereka yang tidak akan kekal untuknya, juga mereka tidak melakukan amalan untuk tempat kembali mereka yang telah menunggu, dan mereka pasti menuju kesana. Adapun binatang, maka tidak ada tempat kembali yang menunggunya, juga tidak memiliki akal untuk berfikir seperti manusia, karena itu Allah Ta’ala berfirman tentang mereka, artinya:
“Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).” (Qs. Al- Furqan: 44).
Allah Ta’ala menyifati orang-orang yang memiliki pandangan ini dengan sifat tidak memiliki ilmu. Allah Ta’ala berfirman, artinya:
“Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia, sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (QS.Ar-Ruum: 6-7).
Saudaraku…Meskipun mereka ahli di berbagai bidang penemuan dan industri, tetapi pada hakikatnya mereka adalah orang-orang bodoh yang tidak pantas mendapatkan julukan alim, sebab ilmu mereka tidak lebih dari ilmu lahiriyah kehidupan dunia, sedang ia adalah ilmu yang dangkal, sehingga memang tidak selayaknya para pemilik mendapat gelar mulia, yakni gelar ulama, tetapi gelar ini diberikan kepada orang-orang yang mengenal Allah Ta’ala dan takut kepadaNya, sebagaimana firmanNya, artinya,
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hambaNya hanyalah ulama.” (QS.Fathir: 28).
Saudaraku…ketahuilah bahwa termasuk pandangan materialistis terhadap kehidupan dunia ini adalah apa yang disebutkan Allah Ta’ala dalam kisah Qarun dan kekayaan yang diberikan kepadanya. Allah Ta’ala berfirman, artinya,
“Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia, ‘Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar’.” (QS. Al-Qashash: 79).
Mereka mengangan-angankan dan menginginkan memiliki kekayaan seperti Qarun seraya menyifatinya telah mendapatkan keberuntungan yang besar, yakni berdasarkan pandangan mereka yang materialistis.
Saudaraku…Demikianlah pandangan materialistis yang merupakan pandangan yang salah terhadap kehidupan dunia ini. Lalu, bagaimanakah padangan yang benar terhadap kehidupan dunia ini?
Jawabnya adalah pandangan yang menyatakan bahwa apa yang ada di dunia ini, baik harta kekuasaan dan kekuatan materi lainnya hanyalah sebagai sarana untuk amal akhirat. Karena itu, pada hakikatnya dunia bukanlah tercela karena dirinya, tetapi pujian atau celaan itu tergantung pada perbuatan hamba di dalamnya.
Dunia ini adalah jembatan penyeberangan menuju akhirat dan dari padanya bakal menuju surga. Dan kehidupan baik yang diperoleh penduduk surga tidak lain kecuali berdasarkan apa yang telah mereka tanam ketika di dunia. Maka dunia adalah kampung perjuangan, shalat, puasa, dan infak di jalan Allah Ta’ala, serta medan laga untuk berlomba dalam kebaikan. Allah Ta’ala berfirman kepada penduduk surga, artinya,
“(Kepada mereka dikatakan), ‘Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu (ketika di dunia).” (QS. Al-Haqqah: 24).
Allahu ‘alam bish showab
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada nabi kita Muhammad, keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya yang baik hingga akhir zaman.
Ditulis oleh: Abu Umair bin Syakir
Artikel : www.hisbah.net
Ikuti update artikel di Fans Page Hisbah.net
Twitter @Hisbahnet, Google+ Hisbahnet