Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata tidak ada sekutu bagi-Nya. Aku pun bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Semoga shalawat dan salam tercurahkan kepada beliau beserta segenap keluarganya dan para sahabatnya semuanya. Amma ba’du :
Saudaraku yang mulia …
Cobalah kita renungkan bagaimana alur pembicaraan yang diberkahi ini dari surat adz-Dzariyat ditutup setelah Allah – جَلَّ وَعَلَا- menyebutkan berbagai macam hukuman dan beraneka ragam contoh siksaan yang ditimpakan terhadap umat-umat terdahulu sebagai imbalan berpalingnya mereka dari Tauhid yang merupakan tujuan diciptakannya mereka dan keberadaannya mereka untuk mewujudkannya, dan yang merupakan tujuan dari diutusnya para Rasul kepada mereka untuk mengajak kepada penegakan tauhid. Namun mereka berpaling dari hal tersebut dan mereka menghadapi dakwah para Nabi dengan menghalang-halangi jalannya, maka oleh kerena itulah mereka mendapatkan berbagai macam ragam bentuk hukuman dan contoh siksaan.
Maka, marilah kita renungkan apa yang menjadi penutup alur pembicaraan tentang hal ini, di mana Allah- جَلَّ وَعَلَا-berfirman,
فَفِرُّوا إِلَى اللَّهِ إِنِّي لَكُمْ مِنْهُ نَذِيرٌ مُبِينٌ (50) وَلَا تَجْعَلُوا مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ إِنِّي لَكُمْ مِنْهُ نَذِيرٌ مُبِينٌ (51) [الذاريات : 50 ، 51]
Maka segeralah kembali kepada (menaati) Allah. Sungguh, aku seorang pemberi peringatan yang jelas dari Allah untukmu.
Dan janganlah kamu mengadakan tuhan yang lain selain Allah. Sungguh, aku seorang pemberi peringatan yang jelas dari Allah untukmu. (adz-Dzariyat : 50-51)
Kita dapat mengambil faedah yang besar darinya, yaitu bahwa penyebutan tentang kisah-kisah umat-umat terdahulu oleh Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dan penjelasan-Nya tentang berita-berita mereka dan apa-apa yang menimpa mereka bukanlah sekedar untuk diketahui. Tetapi, yang dikehendaki dari hal tersebut adalah agar diambil pelajaran dan hendaknya seorang hamba bersemangat untuk menyelamatkan dirinya, sebagaimana firman Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-,
فَفِرُّوا إِلَى اللَّهِ
Maka segeralah kembali kepada (menaati) Allah
Untuk mencari keselamatan dari kemurkaan-Nya dan dari hal-hal dimurkai-Nya. Sementara itu, tidaklah mungkin seorang hamba akan mendapatkan hal itu kecuali dengan mentauhidkan-Nya dan memurnikan ketaatannya dalam menjalankan agama untuk-Nya saja, serta mengesakan-Nya semata dengan beribadah hanya kepada-Nya saja dan berlepas diri dari kesyirikan seluruhnya, yang samar dan yang kentara. Oleh karena itu, Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- mengikutinya dengan firman-Nya,
وَلَا تَجْعَلُوا مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ
Dan janganlah kamu mengadakan tuhan yang lain selain Allah.
Dan inilah hakikat segera kembali kepada (menaati) Allah, yaitu, seseorang memurnikan ketaatan kepada-Nya semata dalam menjalankan agama dan mengesakan-Nya semata dengan beribadah, dan tidak disertai dengan menjadikan adanya sekutu-sekutu dan tandingan-tandingan.
Oleh karena itu, alur pembicaraan ini juga diikuti dengan perwujudan perkara ini dan penguatan terhadapnya dengan firman Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-,
وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِينَ (55) وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ (56) مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ (57) إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ (58) [الذاريات : 55 – 58]
Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang mukmin.
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.
Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki agar mereka memberi makan kepada-Ku.
Sungguh Allah, Dialah pemberi rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh. (adz-Dzariyat : 55-58)
Firman-Nya-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-,
وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِينَ
Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang mukmin
Di dalamnya terdapat penjelasan tentang pentingnya memberi peringatan, keagungan keadaannya, tingginya kedudukannya dan besarnya pengaruhnya terhadap manusia; sesungguhnya memberi peringatan itu bermanfaat, bermanfaat sekali dan berfaedah bagi orang yang telah Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- tuliskan baginya dapat mengambil manfaat dan faedah dari pemberian peringatan.
Dan, ketika Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- Dzat yang Maha Agung lagi Maha Tinggi menyerukan untuk memberi peringatan dan Dia-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-menjelaskan agungnya manfaatnya, Dia-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-menjelaskan sesuatu perkara yang paling agung dan paling penting untuk diserukan kepada manusia, yaitu perkara tauhid yang menjadi maksud dari diciptakannya mereka dan menjadi maksud diadakannya mereka untuk merealisasikannya. Dan ini merupakan faedah yang sangat besar lagi sangat berharga bagi para dai yang menyeru kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-.bahwa perkara teragung yang hendaknya diingatkan kepada manusia adalah perkara ‘Tauhidullah’ (Mentauhidkan Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-) yang dijadikan oleh Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- sebagai tujuan diciptakannya mereka dan diadakannya mereka untuk merealisasikannya. Renungkanlah ini secara jelas dalam firman-Nya,
وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِينَ
Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang mukmin.
Dan seolah-olah kemudian dikatakan, ‘Dan apakah sesuatu yang paling penting untuk diingatkan kepada manusia ?’ Maka, Dia-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ [الذاريات : 56]
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.
Yakni, bahwa ibadah dan tauhid (mengesakan Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-) yang menjadi tujuan mereka diciptakan dan diadakannya mereka untuk merealisasikannya itulah perkara terpinting, merupakan perkara yang paling utama yang harus diprioritaskan dan perkara teragung yang hendaknya diingatkan kepada manusia.
Dan firman-Nya-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ [الذاريات : 56]
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.
Merupakan penjelasan tentang tujuan diciptakannya manusia dan masud dari diadakannya mereka untuk merealisasikannya. Maka, Dia تَبَارَكَ وَتَعَالَى mengkhabarkan bahwasanya Dia-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-memperlakukan mereka yang pertama, yaitu, ‘penciptaan’ agar mereka melakukan yang kedua, yaitu ‘ibadah’, إِلَّا لِيَعْبُدُونِ melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. Maka, untuk tujuan inilah penciptaan mereka itu.
Adapun makna : لِيَعْبُدُونِ yakni, لِيُوَحِّدُوْنَ agar mereka meng-esa-kan Aku. Dan setiap perintah ‘agar beribadah’ di dalam al-Qur’an berarti ‘perintah untuk mentauhidkan-Nya’ ; karena ibadah tanpa tauhid (mengesakan Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-) tidaklah akan menjadi ibadah (yang sebenarnya), dan ketika itu sah bila pelakunya (orang yang melakukan ibadah tersebut) disifati dengan bahwa dia belum menyembah Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-. ibadah tanpa adanya tauhid (pengesaan terhadap Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-) sah untuk tidak dinamakan dengan ‘ibadah’ dan benar bahwa pelakunya tidak dikatakan bahwasanya dia menyembah Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, seperti dalam firman-Nya,
{لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ (2) وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ }[الكافرون:2-3]
Aku tidak akan menyembah apa yang kalian sembah, dan kalian bukan penyembah apa yang aku sembah (al-Kafirun : 2-3)
Padahal mereka menyembah Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dalam sejumlah hal yang mereka sembah !!. Maka, disifatinya mereka bahwa mereka tidak menyembah Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, karena mereka (sebetulnya) belumlah memurnikan ketaatan yang mereka lakukan untuk Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-semata, seperti benar shalat dinafikan dari orang yang melakukannya tanpa bersuci, dikatakan ‘dia belum shalat’ karena dia belum shalat dengan bersuci. Maka, demikian pula orang yang menyembah/beribadah kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- tanpa tauhid dan keikhlasan, benar untuk dikatakan bahwa dia belum menyembah Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dan bukanlah ia seorang hamba Allah- تَبَارَكَ وَتَعَالَى -.
Jadi, tidaklah seseorang dikatakan sebagai hamba bagi Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- kecuali dengan adanya tauhid. Dan, tauhid itu adalah apa yang ditunjukkan oleh kalimat «لا إله إلا الله» (Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah) yang berisikan penafiyan/peniadaan dan penetapan, «لا إله» (Tidak ada Tuhan yang berhak disembah) «إلا الله» (kecuali Allah). Dan, tidaklah menjadi tauhid kecuali dengan kedua hal ini ; penafian dan penetapan; penafiyan peribadatan dari segala sesuatu selain Allah, dan penetapan ibadah tersebut dengan setiap makna-maknanya untuk Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- semata, baik berupa penghinaan diri, ketundukan, rasa cemas dan harapan, doa, pengharapan, sujud, ruku dan bentuk ibadah yang lainnya.
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (162) لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ}[الأنعام:162-163] .
Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam.
Tidak ada sekutu bagi-Nya ; dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama berserah diri (muslim). “ (al-An’am : 162-163).
Aku memohon kepada Allah Dzat yang Maha Dermawan agar membimbing kita semuanya kepada setiap kebaikan.
Semoga pula Dia-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- mengaruniakan kepada kita semuanya ilmu yang bermanfaat dan amal shaleh.
Semoga pula Dia-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- menjadikan kita sebagai orang-orang yang mengajak kepada petunjuk lagi mendapatkan petunjuk, bukan orang-orang yang sesat dan bukan pula orang-orang yang menyesatkan.
Semoga pula Dia-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- memperbaiki keadaan kita seluruhnya, tidak menyerahkan diri kita kepada diri kita sendiri meski sekejap mata pun juga, sesungguhnya Dia- تَبَارَكَ وَتَعَالَى- Maha Mendengar doa, Dialah Dzat yang layak untuk dijadikan sebagai sandaran harapan, dan cukuplah Dia-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-menjadi penolong bagi kita dan Dia-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-sebaik-baik pelindung.
وصلى الله وسلم على عبده ورسوله نبينا محمد وآله وصحبه .
Semoga shalawat dan salam tercurahkan kepada hamba-Nya dan Rasul-Nya, Nabi kita Muhammad, beserta segenap keluarganya dan para sahabatnya.
***
Wallahu A’lam
Amar Abdullah bin Syakir
Sumber :
A’zhamu adz-Dzikra at-Tauhid, Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdil Muhsin al-Badr-حَفِظَهُ اللهُ-