Bila suami menjadikan dirinya sebagai teman bagi istrinya, maka istri akan merasa aman, sebab suami adalah tempat berlindung baginya sesudah Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى saat terjadi sesuatu yang menyedihkan dan memberatkan, ikut bersamanya dalam suka dan duka. Demikian juga bila suami melihat istrinya adalah teman yang baik, maka dia belum merasa tenang kecuali dengan berada di dekatnya, tidak ada sesuatu yang lebih membahagiakannya daripada keridhaannya, tentu sesudah ridha Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى dan ridha bapak ibu.
Dalam hadis Aisyah رَضِيَ اللهُ عَنْهَا tentang teman-teman Ummu Zar’,
قَالَتِ الْحَادِيَةَ عَشْرَةَ زَوْجِى أَبُو زَرْعٍ فَمَا أَبُو زَرْعٍ أَنَاسَ مِنْ حُلِىٍّ أُذُنَىَّ وَمَلأَ مِنْ شَحْمٍ عَضُدَىَّ وَبَجَّحَنِى فَبَجِحَتْ إِلَىَّ نَفْسِى وَجَدَنِى فِى أَهْلِ غُنَيْمَةٍ بِشَقٍّ فَجَعَلَنِى فِى أَهْلِ صَهِيلٍ وَأَطِيطٍ وَدَائِسٍ وَمُنَقٍّ فَعِنْدَهُ أَقُولُ فَلاَ أُقَبَّحُ وَأَرْقُدُ فَأَتَصَبَّحُ وَأَشْرَبُ فَأَتَقَنَّحُ…
قَالَتْ عَائِشَةُ قَالَ لِى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « كُنْتُ لَكِ كَأَبِى زَرْعٍ لأُمِّ زَرْعٍ ».
“Wanita kesebelas berkata, ‘Suamiku adalah Abu Zar’, siapa itu Abu Zar’ ?’ Dia menggoyang kedua telingaku dengan perhiasan, dia mengisi lenganku dengan daging (sehingga tubuhku subur), dia membahagiakanku, maka dirikupun berbahagia, dia mendapatiku pada keluarga yang memiliki sedikit domba di suatu lereng gunung, lalu dia membawaku ke rumah yang dikelilingi oleh suara unta, kuda, penggilingan dan peternakan, di depannya aku berkata dan aku tidak dicela, aku tidur di pagi hari, aku minum sehingga aku tidak memerlukannya …
Aisyah berkata, ‘Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda kepadaku, ‘Aku bagimu adalah seperti Abu Zar’ untuk Ummu Zar’.” Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim.
Para ulama berkata, “Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menenangkan jiwanya, menjelaskan perlakuannya yang baik kepadanya, karena bila tidak demikian, maka beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ lebih baik dari Abu Zar’ dalam hal tersebut’.”
Dari Anas رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ,
أَنَّ جَارًا لِرَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَارِسِيًّا كَانَ طَيِّبَ الْمَرَقِ فَصَنَعَ لِرَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- ثُمَّ جَاءَ يَدْعُوهُ فَقَالَ « وَهَذِهِ ». لِعَائِشَةَ فَقَالَ لاَ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لاَ » فَعَادَ يَدْعُوهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « وَهَذِهِ ». قَالَ لاَ. قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لاَ ». ثُمَّ عَادَ يَدْعُوهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « وَهَذِهِ ». قَالَ نَعَمْ. فِى الثَّالِثَةِ. فَقَامَا يَتَدَافَعَانِ حَتَّى أَتَيَا مَنْزِلَهُ.
Bahwa seorang tetangga Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berkebangsaan Persia mempunyai kuah yang lezat, lalu dia membuat makanan untuk Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , kemudian dia mengundang beliau, maka beliau bertanya, ‘Dan ini juga-maksud beliau Aisyah رَضِيَ اللهُ عَنْهَا- (juga diundang) ?’ Dia menjawab, ‘Tidak.’ Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, ‘Aku juga tidak.’ Maka laki-laki itu kembali mengundang beliau, maka beliau bertanya, ‘Dan ini juga ?’ Dia menjawab, ‘Tidak.’ Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, ‘Aku juga tidak.’ Kemudian dia kembali mengundang, maka beliau bertanya, ‘Dan ini juga?’ Dia menjawab, ‘Ya-ketiga kalinya-.’ Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan Aisyah bangkit bergegas hingga datang ke rumahnya.” Diriwayatkan oleh Muslim
***
Abu Firas al-Hamadani رَحِمَهُ اللهُ berkata,
وَإِنِّي وَإِيَّاهُ كَعَيْنٍ وَأُخْتِهَا * وَإِنِّي وَإِيَّاهُ كَكَفٍّ وَمِعْصَمٍ
Aku dan dia bagaikan sepasang mata
Aku dan dia seperti telapak tangan dan pergelangan
***
Wallahu A’lam
Amar Abdullah bin Syakir
Sumber :
Az-Zaujan Fi Khaimah as-Sa’adah Maharat wa Wasa’il, Abdurrahman al-Qar’awi, ei, hal. 121-123.