Berikut ini adalah nasehat seorang saudari (yang berstatus sebagai seorang istri) kepada saudarinya muslimah (yang juga berstatus sebagai seorang istri) tentang kehidupan rumah tangga. Bagaimana ia berbuat kepada suaminya dan menjaga rumahnya ?
Mari kita simak bersama.
***
Saudariku yang mulia, berikut ini pengalaman hidup yang ingin aku sampaikan kepadamu. Barangkali berguna untuk kehidupan rumah tanggamu di masa depan. Dulu aku tidak berpengalaman, tidak memiliki seorang ibu yang perhatian, atau guru yang membantuku dengan pengalaman hidup yang ia miliki dan ia pelajari dari kehidupan rumah tangganya. Aku juga tidak memiliki seorang kakak perempuan yang mempunyai spesifikasi tersebut. Itulah yang membuatku menyandarkan setiap keputusan di atas sudut pandangku yang kering kerontang dan tidak mengandung elemen-elemen yang benar untuk meraih kehidupan rumah tangga yang bahagia.
Aku pun percaya bahwa untuk mendapatkan semua hakku, setiap hari aku harus duduk bersama suamiku untuk menghadapi bermacam masalah rumah tangga yang sering diwarnai dengan perdebatan sengit, percekcokan, diskusi, dan introspeksi diri. Ketika mengemukakan persoalan, aku tidak berpegang pada keinginan pribadiku sehingga aku selalu merasa berdebar-debar. Bahkan, aku juga minta bantuan kepada teman-teman perempuanku yang memiliki banyak pengalaman menghadapi kesusahan hidup. Aku menapaki jalan hidup dengan selalu menuruti semua keinginanku yang tanpa kusadari telah menghancurkan kebahagiaan rumah tanggaku.
Selang waktu yang cukup lama, keluarga dan kebahagiaanku hancur. Aku mulai memperbaiki langkah dan usahaku sembari bercermin pada logika dan pendapat yang benar melalui pintu agama, akhlak, ilmu jiwa, mengambil teladan yang baik dari keluarga, dan para ibu yang memiliki pengalaman yang benar. Aku merangkum pengalaman-pengalaman tersebut sebagai berikut :
Dunia adalah tempat ujian dan cobaan. Berbahagialah orang yang mengetahui, tetap teguh, dan sabar menghadapinya. Kebahagiaan adalah qana’ah (penerima pemberian Allah), menerima kenyataan, serta melihat orang yang berada di bawah (dalam hal dunia) dan tidak melihat orang yang berada di atas (dalam hal dunia).
Hendaklah setiap orang mengenal nikmat-nikmat yang Allah anugerahkan kepadanya agar ia tahu bahwa dia orang yang kaya dan bahagia. Beberapa nikmat tersebut adalah nikmat Islam, sehat, aman, hidup tentram, keluarga, kerabat, harta, dan rezeki. Tiap manusia barulah akan mengetahui bentuk dan nilainya ketika ia telah kehilangan nikmat-nikmat tersebut.
Bayangkan, seandainya kamu tidak punya penglihatan atau pendengaran. Bayangkan juga seandainya kamu tidak memiliki makanan dan pakaian. Bayangkan seandainya kamu berada di sebidang tanah dalam keadaan cemas. Bayangkan seandainya kamu ditimpa penyakit ganas. Bahkan, meskipun ditimpa penyakit sekalipun, kamu tetap mendapat keuntungan yang besar jika dihadapi dengan sabar. Karena, sabar adalah ibadah yang paling dicintai oleh Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى. Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى berfirman,
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ [البقرة : 155]
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (al-Baqarah : 155)
Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى juga berfirman tentang nikmat yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya :
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ [النحل : 18]
Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (an-Nahl : 18)
Dia سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى juga berfirman,
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ [الضحى : 11]
Dan terhadap nikmat Rabbmu maka hendaklah kamu siarkan (adh-Dhuha : 11)
Tulislah sebuah pernyataan, lalu letakkan di tempat yang mudah ditemukan seperti yang pernah kulakukan. Tulislah, “Aku akan menjadi seorang istri yang setia dan taat kepada suami. Selalu berusaha mencurahkan kebahagiaan dan suasana yang kondusif.”
Janganglah menyusahkan kehidupannya dan hindarilah perdebatan yang tidak berguna atau berbagai tuntutan yang menyebabkan pertengkaran. Terimalah persetujuannya atas keinginanmu dengan ucapan syukur dan doa. Terimalah juga ketidaksetujuannya dengan lapang dada dan ridha. Ketahuilah, bahwa kamu bagaikan orang yang menanam dan bekerja keras, lalu pada akhirnya kamu akan menuai kebaikan yang banyak.
Ketika gelisah karena ditimpa banyak masalah maka tulislah pada secarik kertas seperti yang pernah aku lakukan, kemudian robeklah. Merasalah bahwa jiwamu telah tenang. Jika terpaksa berdebat dengan suami, padahal kamu sedang gelisah, tunggulah sebentar sampai kamu merasa tenang dan kegelisahan itu sirna. Pilihlah waktu yang tepat bagi suami untuk memenuhi tuntutan, membuat pilar-pilar persetujuan, dan penerimaan. Janganlah memilih waktu ketika ia pulang kerja, saat ia gundah karena urusan-urusan kecil yang terakumulasi. Karena, pada saat seperti itu secara jasmani maupun rohani dia tidak siap untuk diskusi. Begitu pula ketika sebelum tidur, karena pada saat seperti itu barang kali ia sedang memikirkan sesuatu yang terjadi pada dirinya yang membuatnya gelisah dan insomnia.
Pilihlah waktu yang tepat, seperti ketika sebelum pergi keluar rumah. Terlebih ketika ia sedang ridha. Ungkapkanlah keinginanmu dan berilah kesempatan ia untuk berfikir dan memberi keputusan. Buatlah ia merasa ridha untuk menerima dua keadaan tersebut.
Sebuah nasehat yang tulus datang dari saudarimu yang memiliki banyak pengalaman agar kamu meraih apa yang kau inginkan dari suamimu dan menggapai harapan-harapanmu. Senantiasa gunakanlah akal sebagai pengganti dari perasaanmu untuk mengatasi problematika yang menghimpit. Berkorbanlah untuk suami dan mengalahlah supaya kau bisa mendapatkan hak-hakmu. Karena, kau tidak akan dapat menuai hasil apa pun dari perdebatan yang menyebabkan kebencian.
Janganlah mendebat suami seputar masalah yang harus dirahasiakan, seperti masalah-masalah pribadi. Janganlah kau mengeruhkan kebahagiaannya saat ia pulang dengan mempermasalahkan keterlambatannya atau tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan rumah tangga. Berusahalah untuk mengabaikan urusan-urusan kecil yang sekiranya tidak penting atau tidak membutuhkan alternatif lain.
Perlu dipahami bahwa hidup ini butuh kesabaran dan pengorbanan. Karena, dalam kehidupan itu penuh dengan kekeruhan dan kesusahan. Kehidupan dunia adalah jalan yang mengantarkan kita pada akhirat, kehidupan yang kekal. Untuk itu, tatkala fasilitas-fasilitas itu berkurang atau pemenuhan sebagian kebutuhan rumah tangga berkurang, lebih baik kita melupakan semua itu dengan pertimbangan kita akan memperoleh banyak kebaikan. Kita harus membicarakan aral-aral yang menimpa diri kita saat kita tidak bisa menunaikan apa-apa yang menjadi kewajiban kita.
Jika ingin merealisasikan sesuatu dalam kehidupan, tapi kau belum bisa mewujudkannya, maka berhentilah sejenak dan tempuhlah cara yang lain. Tempuhlah cara yang mengantarkan pada cinta suamimu. Gunakan akal dan mengalahlah agar kau bisa menuainya. Janganlah selalu menghitung-hitung kesalahan suami sehingga kesalahanmu akan dihitung. Janganlah menyusahkan suami sehingga ia menyusahkan dirimu sendiri.
Bandingkan realitas kehidupanmu dengan kehidupan orang-orang di bawahmu, bukan dengan kehidupan orang-orang di atasmu. Sesungguhnya kehidupan manusia memiliki beberapa indikasi. Masing-masing dari mereka memiliki kesedihan dan masalah, akan tetapi ia menguburnya dalam-dalam dan di hadapan khalayak ia memakai pakaian yang berkilau menggoda, sekiranya ia tampil di depan mereka dengan wajah yang ceria. Ia telah membunuh kesedihan yang menghimpitnya. Kehidupan melaju dengan cepat. Tinggallah kita semua yang tidak gentar dengan bentuk kematian sebagaimana kita tidak takut terhadap apa-apa yang terjadi sesudahnya.
Akhirnya, jika aku banyak tertinggal darimu, kembalikanlah risalah (surat) ini agar aku dapat mengambil manfaat darinya. Barangkali aku melupakan sebagian dari risalah itu, dan aku bersama suamiku menempuh jalan lain, khususnya ketika aku kehilangan suamiku yang pertama karena rasa cemburuku yang berlebihan.
**
Demikianlah untain mutiara nasehat yang disampaikan oleh seorang istri itu yang disampaikannya kepada saudarinya muslimah yang juga sebagai seorang istri. Mudah-mudahan Anda-wahai para pembaca yang budiman-dapat mengambil manfaat darinya. Amin
Wallahu A’lam
Amar Abdullah bin Syakir
Sumber :
Dinukil dari Mukaddimah buku berjudul ‘Asy-kuu Ilaiki Zaujatiy’, karya : Isham Muhammad Syarif, hal.viii-xiv.