Kedudukan Shalat (bagian 1)

Sesungguhnya di antara kewajiban paling besar yang Allah wajibkan atas hamba-hambaNya, ibadah paling mulia yang Allah tetapkan atas mereka adalah shalat. Shalat adalah tiang agama, rukun Islam yang paling ditekankan sesudah dua kalimat syahadat. Shalat adalah tali penyambung antara hamba dengan Tuhannya. Shalat adalah perkara pertama yang seorang hamba dihisab atasnya pada Hari Kiamat. Bila shalatnya bagus, maka baguslah amal-amalnya yang lain, dan bila shalatnya rusak, maka rusaklah amal-amalnya yang lain. Shalat adalah pembeda antara Muslim dan kafir. Mendirikannya adalah iman, meninggalkannya adalah kekafiran dan pelanggaran.

لَا دِيْنَ لِمَنْ لَا صَلَاةَ لَهُ

“Tidak ada agama bagi siapa yang tidak shalat”. [1]

وَلَا حَظَّ فِي الْإِسْلَامِ لِمَنْ تَرَكَ الصَّلَاةَ

“Dan tidak ada bagian dalam Islam bagi siapa yang meninggalkan shalat.” [2]

Barangsiapa menjaga shalat, maka shalat itu menjadi cahaya di dalam hatinya, wajahnya, kuburnya dan di padang Mahsyarnya, serta menjadi penyelamat baginya pada Hari Kiamat, dan dia akan dikumpulkan bersama orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah dari kalangan para Nabi, shiddiqin, Syuhada dan orang-orang shaleh. Sungguh bagus orang-orang itu sebagai teman. Barangsiapa yang tidak menjaga shalat, maka dia tidak mempunyai cahaya, bukti, dan keselamatan pada Hari Kiamat, dan dia akan dibangkitkan bersama Fir’aun, Haman, Qarun, dan Ubay bin Khalaf.

Imam Ahmad-رَحِمَهُ اللهُ-berkata dalam kitab beliau ash-Shalah, “Hadir dalam hadis,

لَا حَظَّ فِي الْإِسْلَامِ لِمَنْ تَرَكَ الصَّلَاةَ

“Tidak ada bagian dalam Islam bagi siapa yang meninggalkan shalat.”

Umar bin Khaththab -رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – menulis ke penjuru negeri kaum Muslimin, ‘Sesungguhnya urusan kalian yang paling penting bagiku adalah shalat, barangsiapa menjaganya, maka dia menjaga agamanya, barangsiapa menyia-nyiakanya, maka dia lebih menyia-nyiakan selainnya. Tidak ada bagian dalam Islam bagi siapa yang meninggalkan shalat.’ Beliau berkata, ‘Siapa pun yang meremehkan dan menyepelekan shalat, maka dia meremehkan dan menyepelekan Islam. Bagian mereka dari Islam itu sesuai dengan kadar bagian mereka dari shalat, minat mereka kepada Islam tergantung dengan kadar minat mereka kepada shalat. Kenalilah dirimu wahai hamba Allah, berhati-hatilah, jangan sampai berjumpa dengan Allah sementara kamu tidak membawa bagian dari Islam, karena sesungguhnya kedudukan Islam di dalam hatimu seperti kedudukan shalat di hatimu.’

Hadir dalam hadis dari Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bahwa beliau bersabda,

اَلصَّلَاةُ عَمُوْدُ الدِّيْنِ

‘Shalat adalah tiang agama.’ [3]

Bukankah engkau mengetahui bahwa sebuah tenda yang runtuh tiangnya, maka patok dan pasaknya tidak berguna ? Sebaliknya patok dan pasak akan berguna manakala tiang tenda berdiri tegak. Demikianlah kedudukan shalat dalam Islam. Perhatikan dan pahamilah, semoga Allah merahmati kalian. Dirikanlah shalat dengan sebaik-baiknya, bertakwalah kepada Allah pada shalat, hendaknya kalian saling tolong menolong dalam urusan ibadah ini, saling menasehati dengan cara sebagian dari kalian mengingatkan sebagian yang lain manakala mereka lupa atau lalai, kerena sesungguhnya Allah memerintahkan kalian agar saling tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan, sedangkan shalat adalah kebaikan paling utama. Dalam suatu hadis dijelaskan bahwa Nabi -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersabda,

إِنَّ أَوَّلَ مَا يُسْأَلُ الْعَبْدُ عَنْهُ مِنْ عَمَلِهِ الصَّلَاةُ ، فَإِنْ تُقُبِّلَتْ مِنْهُ صَلَاتُهُ تُقُبِّلَ مِنْهُ سَائِرُ عَمَلِهِ

‘Sesungguhnya perkara pertama dari amal seorang hamba yang dia ditanya tentangnya adalah shalat, bila shalatnya diterima, maka amal-amalnya yang lainnya diterima.’ [4]

Shalat kita adalah agama kita yang terakhir, shalat adalah perkara pertama yang kita ditanya tentangnya dari amal-amal kita esok pada hari Kiamat. Sesudah shalat lenyap, tidak ada lagi agama, tidak ada lagi Islam, karena shalat adalah perkara terakhir dari Islam yang lenyap. Segala sesuatu yang bagian akhirnya lenyap, maka seluruhnya lenyap pula.’ Selesai perkataan imam Ahmad [5]

 

Wallahu A’lam

 

Amar Abdullah bin Syakir

 

Sumber :

Ta’zhimu ash-Shalati, Prof.Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Badr, hal.21-24.

 

Catatan :

[1] Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam al-Iman, no. 47; al-Mawardi dalam Ta’zhim Qadr ash-Shalah, no. 937; al-Khallal dalam as-Sunnah, no. 1387; dan lainnya secara mauquf dari perkataan Abdullah bin Mas’ud-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ –dengan lafazh :

مَنْ لَمْ يُصَلِّ فَلَا دِيْنَ لَهُ

“Barangsiapa tidak shalat, maka tidak ada agama baginya.”

Sanadnya dihasankan oleh al-Albani dalam adh-Dha’ifah, 1/382

[2] Diriwayatkan oleh Malik dalam al-Muwaththa’, no. 51; al-Marwazi dalam Ta’zhim Qadr ash-Shalah, no. 923 dan lainnya dari hadis al-Miswar bin Makhramah, dari Umar bin al-Khaththab -رَضِيَ اللهُ عَنْهُ –tentang kisah penusukan terhadapnya ; dishahihkan oleh al-Albani dalam al-Irwa’, no. 209.

[3] Diriwayatkan oleh Ahmad, no. 22016; at-Tirmidzi, no. 2616; dan Ibnu Majah, no. 3973 dari hadis Mu’adz bin Jabal -رَضِيَ اللهُ عَنْهُ –. Lafazh hadis,

أَلَا أُخْبِرُكَ بِرَأْسِ الْأَمْرِ وَعَمُودِهِ وَذُرْوَةِ سَنَامِهِ فَقُلْتُ بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ رَأْسُ الْأَمْرِ وَعَمُودُهُ الصَّلَاةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ

“Apakah kamu mau aku beritahu tentang pokok perkara, tiang dan puncaknya ?” Aku menjawab, “Tentu wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Pokok perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad.”

Dishahihkan oleh at-Tirmidzi dan al-Albani dalam al-Irwa’, no. 413.

[4] Lafazh ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, no. 35906 dari hadis Tamim bin Salamah-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ –.

[5] Dinukil oleh Abu Ya’la dalam kitabnya Thabaqat al-Hanabilah. Lihat ucapan tersebut pada, 1/353-354.

Artikel: www.hisbah.net
Ikuti update artikel kami di Hisbah.net
Youtube: MDH tv (Media Dakwah Hisbah )
Instagram: Hisbahnet dan Al Hisbah Bogor

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *