Pelajarilah Dosa-Dosa Besar !
**
إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا [النساء : 31]
Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang kalian dilarang mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu dan akan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (Surga) (an-Nisa : 31)
***
Dengan ayat ini, Allah–سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-menjamin Surga kepada siapa saja yang menjauhi dosa-dosa besar.
Kemudian, Allah –سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,
وَالَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ وَإِذَا مَا غَضِبُوا هُمْ يَغْفِرُونَ [الشورى : 37]
“Dan juga (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah segera memberi maaf.” (Qs. Asy-Syuura : 37)
Allah–سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-juga berfirman,
الَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ إِلَّا اللَّمَمَ إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ [النجم : 32]
(Yaitu) mereka yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbutan keji, kecuali kesalahan-kesalahan kecil. Sungguh, Tuhanmu Mahaluas ampunan-Nya (Qs. an-Najm : 32)
Nabi-صًلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- bersabda,
الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ
“Shalat wajib yang lima, dari Jum’at ke Jum’at (berikutnya) merupakan kafarat (penghapus) dosa-dosa yang ada di antara waktu-waktu tersebut selama tidak melakukan dosa-dosa besar (HR. Muslim, hadis nomor 233 dan Tirmidzi, hadis nomor 214)
Oleh karena itu, kita wajib untuk mempelajari dosa-dosa besar agar seorang muslim bisa menjauhinya.
Kita mengetahui bahwa para ulama berbeda pendapat di dalam hal ini. Ada sebagian yang mengatakan bahwa jumlahnya adalah tujuh. Mereka berhujjah (berargumentasi) dengan sabda Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -,
[ اِجْتَنِبُوْا السَّبْعَ الْمُوْبِقَاتِ ]
Jauhilah oleh kalian tujuh dosa-dosa besar yang membinasakan … (HR. al-Bukhari, hadis nomer 2766 dan Muslim, hadis nomor 89)
Di dalam sabda beliau -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ini, beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – menyebutkan dosa syirik (menyekutukan Allah), sihir, membunuh orang lain (tanpa alasan yang dibenarkan Islam), memakan harta anak Yatim, memakan riba, melarikan diri di hari peperangan, dan menuduh wanita Muslimah (baik-baik) yang telah menikah (dengan tuduhan berzina). Muttafaq Alaih.
Ada riwayat dari Ibnu Abbas –رَضِيَ اللهُ عَنْهُما – bahwa ia berkata,
هِيَ إِلَى السَّبْعِيْنَ أَقْرَبُ مِنْهَا إِلَى السَّبْعِ
“Dosa-dosa besar tersebut lebih dekat kepada jumlah tujuh puluh daripada tujuh.”
Demi Allah, Ibnu Abbas –رَضِيَ اللهُ عَنْهُما –telah berkata benar. Sedangkan hadis di atas hanya membicarakan mengenai batasan jumlah dosa-dosa besar saja. Namun, yang menjadi arahan hadis tersebut bahwa barang siapa yang melakukan perbuatan dosa di antara dosa-dosa besar tersebut, yaitu perbuatan dosa yang memiliki hukuman (had) di dunia, seperti membunuh, berzina, dan mencuri atau melakukan perbuatan yang diancam dengan azab di akhirat atau akan dimurkai, dicela, dan dilaknat melalui lisan Nabi kita, Muhammad-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- , maka sesungguhnya perkara tersebut merupakan dosa besar.
Terlepas dari itu semua bahwa sebagian dosa-dosa besar tingkatannya ada yang lebih besar daripada sebagian dosa yang lainnya. Apakah Anda tidak melihat ketika Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- memasukkan perbuatan syirik kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-termasuk di antara jajaran dosa-dosa besar. Pelakunya akan kekal di dalam Neraka dan tidak ada ampunan baginya untuk selama-lamanya.
Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) (an-Nisa : 48)
Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,
إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ [المائدة : 72]
Sesungguhnya barang siapa mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka sungguh, Allah mengharamkan Surga baginya (Qs. Al-Maidah : 72)
Dalil-dalil yang ada harus digabungkan. Nabi -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- bersabda,
أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ ثَلَاثًا قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ وَجَلَسَ وَكَانَ مُتَّكِئًا فَقَالَ أَلَا وَقَوْلُ الزُّورِ قَالَ فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا لَيْتَهُ سَكَتَ
Maukah aku kabarkan kepada kalian tentang dosa besar yang paling besar ?” Beliau mengulanginya sampai tiga kali. Maka para sahabat pun menjawab, “Tentu saja wahai Rasulullah !” Maka beliau pun bersabda, ‘Menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua.” Pada saat itu beliau sedang bersandar kemudian beliau duduk dan melanjutkan perkataannya, “Dan berkata dusta.” Beliau terus-menerus mengulanginya sampai kami berkata, “Mudah-mudahan beliau diam.” (Muttafaq ‘Alaih)
Beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- menjelaskan bahwa ucapan dusta termasuk di antara dosa besar yang paling besar. Namun, tidak disebutkan di dalam tujuh rangkaian dosa-dosa besar, demikian pula dengan durhaka kepada kedua orang tua.
Wallahu A’lam
Amar Abdullah bin Syakir
Sumber :
Al-Kabair, Muhammad bin Utsman adz-Dzahabiy, 1/7