Pembaca yang budiman !
Siapa yang tidak kenal Nabi Sulaiman-عَلَيْهِ السَّلَامُ-? Penulis menduga bahwa tidak ada di antara Anda yang tidak mengenal Nabiyullah yang satu ini. Salah satu ayat al-Qur’an yang memberitahukan kepada kita tentang beliau-عَلَيْهِ السَّلَامُ- dan beberapa anugrah yang diberikan oleh Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-kepadanya adalah firman-Nya berikut ini,
وَلَقَدْ فَتَنَّا سُلَيْمَانَ وَأَلْقَيْنَا عَلَى كُرْسِيِّهِ جَسَدًا ثُمَّ أَنَابَ (34) قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا لَا يَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ بَعْدِي إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ (35) فَسَخَّرْنَا لَهُ الرِّيحَ تَجْرِي بِأَمْرِهِ رُخَاءً حَيْثُ أَصَابَ (36) وَالشَّيَاطِينَ كُلَّ بَنَّاءٍ وَغَوَّاصٍ (37) وَآخَرِينَ مُقَرَّنِينَ فِي الْأَصْفَادِ (38) هَذَا عَطَاؤُنَا فَامْنُنْ أَوْ أَمْسِكْ بِغَيْرِ حِسَابٍ (39) [ص : 34 – 39]
dan sesungguhnya Kami telah menguji Sulaiman dan Kami jadikan (dia) tergeletak di atas kursinya sebagai tubuh (yang lemah karena sakit), kemudian ia bertaubat.
ia berkata: “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pemberi”.
Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut ke mana saja yang dikehendakinya.
Dan (Kami tundukkan pula kepadanya) setan-setan semuanya ahli bangunan dan penyelam, dan setan yang lain yang terikat dalam belenggu.
Inilah anugerah Kami ; maka berikanlah (kepada orang lain) atau tahanlah (untuk dirimu sendiri) dengan tiada pertanggungan jawab (Shad : 34-39)
Di antara makna ayat-ayat ini yang disebutkan oleh kalangan ahli tafsir adalah sebagai berikut,
“Dan sungguh Kami menguji Sulaiman dan Kami menjatuhkan separoh tubuh anaknya di atas singgasananya. Anak ini lahir setelah Sulaiman bersumpah akan menggilir istri-istrinya, masing-masing dari mereka melahirkan seorang penunggang kuda handal yang berjihad di jalan Allah, namun dia tidak mengucapkan ‘insya Allah”, lalu Sulaiman melakukan sumpahnya menggilir seluruh istrinya, dan tidak seorang pun dari mereka yang mengandung kecuali seorang istri yang akhirnya melahirkan seperuh jasad bayi. Kemudian Sulaiman kembali kepada Rabbnya dan bertaubat. Dia berkata, ‘Ya Rabbku, ampunilah dosaku dan berikanlah kepadaku kerajaan yang tidak akan dimiliki oleh seorang pun sesudahku, sesungguhnya Engkau Maha Memberi lagi Maha Dermawan. “ Maka Kami mengabulkan permintaannya. Kami menundukkan angin untuknya sehingga dia berhembus sesuai dengan keinginannya, ia taat kepada Sulaiman sekalipun ia keras lagi kuat.
Kami menundukkan jin-jin untuknya yang dia pekerjakan dalam berbagai bidang, di antara mereka ada yang menjadi tukang bangunan, ada yang menyelam dalam lautan, adapula setan-setan bengal yang terbelenggu kakinya. Kerajaan besar itu dan penundukkan khusus tersebut adalah pemberian dari Kami kepadamu wahai Sulaiman. Berilah kepada siapa yang kamu inginkan dan tolaklah kepada siapa yang kamu inginkan, tidak ada perhitungan atasmu.” (aT-tafsir al-Muyassar, 8/189-190)
***
Setan yang ditundukkan oleh Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-untuk Sulaiman adalah setan yang tunduk terhina dalam belenggu. Ketika Sulaiman meninggal, mulailah setan menghembus-hembuskan kabar bahwa tidaklah Sulaiman memiliki kerajaan yang agung ini kecuali dengan cara sihir, dengan tujuan agar di hati manusia tumbuh ketamakan pada harta dan agar manusia mau mempelajari sihir, padahal sihir adalah salah satu dari tujuh dosa besar yang menjerumuskan. Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-bersabda,
اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ
“Hindarilah tujuh dosa besar yang menjerumuskan …” -dan beliau menyebut di antaranya adalah-“ السِّحْرُ “ (sihir).
Seorang penyihir itu kafir dan boleh dibunuh secara syar’i. Meski demikian, setan yang menggoda bani Adam dan menggelincirkannya dari agamanya senantiasa menghembuskan bisikan bahwa Sulaiman tidak memiliki kerajaan kecuali dengan sihir. Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berkehendak mengajari manusia bahwa ada perbedaan antara sihir yang bisa didapat dengan belajar dan mukjizat yang tidak bisa didapat kecuali atas anugerah Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-. Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-mengutus dua orang shaleh, yaitu, Harut dan Marut untuk mengajarkan sihir kepada manusia seperti seorang tentara belajar bagaimana menembak. Kemampuan menembak adalah senjata yang bermata dua, bisa dipakai untuk kebajikan dan bisa untuk kejahatan. Jika kemampuan itu digunakan untuk berjihad, maka ia di jalan Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-. Namun jika dipergunakan untuk menghilangkan nyawa yang tidak bersalah dan jiwa yang suci, maka ia di jalan setan. Demikian pula tentang dua orang yang shalih ini, Harut dan Marut, yang mengajarkan sihir kepada manusia agar manusia bisa membedakan antara sihir dan mukjizat. Keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan, “Sesungguhnya kami hanya cobaan dan ujian bagimu, karena kamu akan mempunyai kemampuan, maka janganlah kamu kafir dengan mempergunakannya untuk sesuatu yang membahayakan. Sesungguhnya kami hanyalah mengajari kalian agar bisa membedakan antara sihir dan mukjizat.
Barang siapa yang tidak peduli kecuali hanya untuk belajar, maka kami akan ajarkan.”
فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ
Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. “ (al-Baqarah : 102)
Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-menyebutkan ikatan antara suami dan istri sebagai permisalan untuk sebuah ikatan yang kuat. Apabila penyihir bisa menimpakan sihirnya kepada ikatan ini, berarti ia lebih mampu lagi menimpakan kepada selainnya. Dan untuk mengajarkan kepada kita bahwa segala sesuatu ada di tangan Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, dan bahwa hanya Dia-lah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-yang Maha memberi manfaat dan memberi madharat. Firman Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-,
وَمَا هُمْ بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ (102) وَلَوْ أَنَّهُمْ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَمَثُوبَةٌ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ خَيْرٌ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorang pun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barang siapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya sendiri dengan sihir, kalau mereka mengetahui.” (al-Baqaqah : 102)
Wahai saudaraku,
Beginilah cara Yahudi mengikuti langkah-langkah setan dan cara-cara licik setan yang mereka kira bahwa tidaklah Sulaiman memiliki kerajaan kecuali dengan cara sihir, dan beginilah cara Yahudi mengingkari perjanjian-perjanjian, membelakangi keimanan kepada utusan Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, mengangkangi keimanan kepada kitab Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dan bergelimang dalam kesesatan dengan cara yang luar biasa, demi mencapai kenikmatan duniawi yang fana.
Demikianlah tabiat Bani Israil di setiap zaman dan di setiap tempat.
Kami memohon kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-agar menolong kami berlepas dari kejahatan mereka, sesungguh Rabb kami adalah sebaik-baik yang diharap dan semulia-mulia yang diminta. (Al-Yahud Fi al-Qur’an al-Karim, 95-98)
Amin
Wallahu A’lam
Penulis :
Amar Abdullah bin Syakir
Sumber :
1- At-tafsir al-Muyassar, Dr. Hikmat Basyir et. al.
2-Al-Yahud Fi al-Qur’an al-Karim, Syaikh Shalah Abu Ismail
Artikel: www.hisbah.net
Ikuti update artikel kami di Hisbah.net
Youtube: Hisbahtv
Instagram: Hisbahnet dan Al Hisbah Bogor