Bukan Sekedar Hak dan Kewajiban

Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,

وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ  [البقرة : 228]

Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (al-Baqarah : 228)

**

Bangunan kehidupan suami istri itu harus dibangun di atas dasar menjaga hak dan kewajiban. Kebahagiaan akan tergerus menakala masing-masing dari suami istri hanya menuntut hak-hak semata, tetapi manakala keduanya memandang hidup berumah tangga itu bahwa ia juga merupakan kewajiban-kewajiban yang harus ditunaikan, kemudian dia menantikan pihak lain menunaikan hak-hak baginya, maka suami istri telah menempuh suatu jalan untuk mewujudkan kebahagiaan rumah tangga.

Inilah yang saya inginkan agar kita sepakati dari sekarang…hendaknya masing-masing dari kita mencari kewajiban-kewajibannya kepada pasangannya dan menunaikannya sesuai kadar kemampuannya, karena

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا  [البقرة : 286]

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (al-Baqarah : 286)

Kemudian kehidupan suami istri tidak hanya melulu masalah hak dan kewajiban, karena bila demikian lalu di mana kebaikan dan kemuliaan dengan memberi yang lebih dari yang seharusnya ?

وَلَا تَنْسَوُا الْفَضْلَ بَيْنَكُمْ [البقرة : 237]

Dan janganlah kalian melupakan kebaikan di antara kalian.” (al-Baqarah : 237)

Hidup yang hanya terbangun di atas dasar hak dan kewajiban saja, adalah kehidupan yang gersang ; di dalamnya tidak ada nuansa keindahan hidup dan tidak ada pancaran kesejukan.

Siapa yang menginginkan kebahagiaan, maka hendaklah memegang kendali untuk segera memulai, tanpa harus menunggu dari pihak lain, karena setan kadang berbisik kepada salah seorang dari kita, bahwa dirinyalah yang siap melakukan perbaikan, tetapi pihak lain tidak siap, sehingga dengan perasaan seperti itu setan menghalanginya untuk bersegera melakukan perbaikan, sehingga setan akan menari di atas penderitaannya.

Ya Allah, lindungilah kami dari segala keburukan setan dan sekutunya.

Amin

**

Sebesar apa kadar hakmu

Sebesar itu pula berat kewajibanmu

**

Wallahu A’lam

Amar Abdullah bin Syakir

Sumber :

Az-Zaujan Fi Khaimah as-Sa’aadah Maharat wa Wasa-il, Abdurrahman bin Abdillah al-Qar’awi, hal.9-10

Artikel: www.hisbah.net
Ikuti update artikel kami di Hisbah.net
Youtube: Hisbahtv
Instagram: Hisbahnet dan Al Hisbah Bogor

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *