Amal Ibadah agar diterima oleh Allah Ta’ala harus memenuhi dua syarat:
Pertama: Sesuai dengan tuntunan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam tata caranya.
Kedua: Ikhlas Lillah Ta’ala dalam pelaksanaannya.
Untuk syarat pertama, mudah untuk dipraktikkan, karena tuntunan ibadah yang Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam ajarkan sangat jelas diterangkan oleh para Ulama, sehingga umat cukup mudah untuk mengikutinya.
Namun syarat yang kedua, seorang Alim pun terkadang juga kesulitan dalam menjaga niatan hatinya, terlebih bagi awam.
Karena Riya dan Sum’ah adalah syirik kecil, yang Nabi sangat khawatirkan atas umatnya, beliau bersabda:
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ قَالَ الرِّيَاءُ إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَقُولُ يَوْمَ تُجَازَى الْعِبَادُ بِأَعْمَالِهِمْ اذْهَبُوا إِلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تُرَاءُونَ بِأَعْمَالِكُمْ فِي الدُّنْيَا فَانْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ عِنْدَهُمْ جَزَاء
“Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan dari kalian adalah syirik kecil.” Mereka bertanya: Apa itu syirik kecil wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam? Rasulullah bersabda: “Riya`, Allah ‘azza wajalla berfirman kepada mereka pada hari kiamat saat orang-orang diberi balasan atas amal-amal mereka: Temuilah orang-orang yang dulu kau perlihat-lihatkan di dunia lalu lihatlah apakah kalian menemukan balasan disisi mereka?” ( HR Ahmad ).
Dan Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَىٰ كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۖ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا ۖ لَا يَقْدِرُونَ عَلَىٰ شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِين
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (QS Albaqarah: 264)
Demikian karena Amal Ibadah yang seharusnya ikhlas untuk Allah Ta’ala semata, meski telah dilakukan sesuai dengan tata cara Nabi namun niat pelakunya untuk riya/sum’ah, berbangga dengannya di hadapan orang lain, maka pahala amal tersebut hangus tidak diterima oleh Allah Ta’ala, tak pandang sebelumnya sudah berletih, keluar uang banyak dan lain sebagainya.
Maka dari itu, tentunya sangat merugi, bahkan di dunia sebelum di akhirat, jika amal ibadah yang utamanya disembunyikan malah dipamerkan kepada orang lain.
fisik yang letih, waktu yang habis, biaya yang dikeluarkan cukup besar, semua itu harusnya bernilai pahala di sisi Allah Ta’ala, jangan sampai hangus karena hanya ingin diketahui oleh orang lain bahwa telah melakukan ibadah ini dan itu.
Semoga Allah Ta’ala senantiasa menaungi kita dengan taufik dan hidayah-Nya.
Artikel: www.hisbah.net
Ikuti update artikel kami di Hisbah.net
Youtube: MDH tv (Media Dakwah Hisbah )
Instagram: Hisbahnet dan Al Hisbah Bogor