Mengapa Istiqamah ?
1-Karena, berIstiqamah merupakan bentuk memenuhi seruan Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dan Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-.
Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-telah berfirman kepada Nabi-Nya-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-,
فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ [هود : 112]
Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha melihat apa yang kamu kerjakan. (Hud : 112)
Dan, Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-telah memerintahkan agar beristiqamah, seraya berfirman,
فَاسْتَقِيمُوا إِلَيْهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ وَوَيْلٌ لِلْمُشْرِكِينَ [فصلت : 6]
Maka tetaplah pada jalan yang Lurus menuju kepadanya dan mohonlah ampun kepadanya. dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya (fushshilat : 6)
Di dalam ash-shahihain dari hadis Abu Hurairah-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-, Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-.bersabda,
سَدِّدُوا وَقَارِبُوا
Beramallah sesuai dengan sunnah dan berlaku imbanglah.
As-sadad, merupakan hakikat istiqamah, yaitu benar dalam semua perkataan, perbuatan dan maksud dan tujuan.
Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-juga bersabda,
اِسْتَقِيْمُوْا وَ لَنْ تُحْصُوْا
Istiqomahlah kalian dan kalian tidak akan mampu beristiqomah secara sempurna (HR. al-Hakim dan lainnya)
2-Karena, beristiqamah sesuai fitrah yang selamat yang telah Allah ciptakan pada diri manusia.
Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ [الروم : 30]
Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (ar-Ruum : 30)
Dalam hadis Qudsi, disebutkan,
وَإِنِّى خَلَقْتُ عِبَادِى حُنَفَاءَ كُلَّهُمْ وَإِنَّهُمْ أَتَتْهُمُ الشَّيَاطِينُ فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ دِينِهِمْ وَحَرَّمَتْ عَلَيْهِمْ مَا أَحْلَلْتُ لَهُمْ وَأَمَرَتْهُمْ أَنْ يُشْرِكُوا بِى مَا لَمْ أُنْزِلْ بِهِ سُلْطَانًا
Dan sesungguhnya Aku menciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan lurus semuanya. Setan-setan mendatangi mereka, lalu menggelincirkan mereka dari agama mereka. Setan-setan itu mengharamkan atas mereka apa-apa yang Aku halalkan bagi mereka, dan setan-setan itu (juga) menyuruh mereka untuk menyekutukan-Ku dengan sesuatu yang Aku tidak menurunkan keterangan tentangnya (HR. Muslim)
Saudara tercinta… sesungguhnya aku menyerumu untuk beristiqamah, karena sesungguhnya istiqamah itu merupakan seruan kepada fithrah yang telah Allah ciptakan pada dirimu. Aku pun mengajakmu untuk menentang setan yang telah telah memalingkanmu dari fithrahmu yang lurus.
Wahai saudaraku…sungguh engakau mempunyai senjata yang agung yang akan mendorongmu dengan kuat untuk beristiqamah. Senjata itu adalah fithrahmu sekalipun dosa dan kesalahan telah bertumpuk-tumpuk, hingga pun setan telah bertindak untuk memalingkanmu dari jalan yang lurus. Sampai pun jarak antara jalan itu dan kebenaran itu begitu jauh. Sungguh, hanya sekedar engkau mengikrarkan kembali kepada fithrah itu, fithrah itu akan menyelamatkanmu dan menolongmu. Karena itu, tidakkah engkau bersegera untuk beristiqamah ?
3-Karena, beristiqamah selaras dengan akal sehat yang Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- telah karuniakan kepadamu. Maka, seorang yang berakal itu bila diberipilihan antara dua jalan, satunya lurus, jelas, lagi mudah, sedangkan satunya lagi berantakan, bengkok, lagi sulit, niscaya, tanpa diragukan, dengan akal sehatnya, orang tersebut bakal memilih jalan yang lurus itu. maka, bagaimana lagi menurut pendapatmu tentang dua buah jalan, satunya akan menyampaikan kepada keridhaan Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dan Surga, sedangkan yang satunya lagi akan menyampaikan kepada kemurkaan Allah dan Neraka, maka kiranya mana yang akan dipilih oleh orang yang berakal cerdas ?
Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ [الأنعام : 153]
Sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah! Jangan kamu ikuti jalan-jalan (yang lain) sehingga mencerai-beraikanmu dari jalan-Nya. Demikian itu Dia perintahkan kepadamu agar kamu bertakwa. (al-An’am : 153)
Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-juga berfirman,
أَفَمَنْ يَمْشِي مُكِبًّا عَلَى وَجْهِهِ أَهْدَى أَمَّنْ يَمْشِي سَوِيًّا عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ [الملك : 22]
Apakah orang yang berjalan dengan wajah tertelungkup itu lebih mendapatkan petunjuk ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus? (al-Mulk : 22)
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’diy-رَحِمَهُ اللهُ-ketika menafsirkan ayat ini mengatakan,
Yakni, manakah dari dua orang ini yang lebih mendapatkan petunjuk ? orang yang terombang-ambing dalam kesesatan, tenggelam di dalam kekufuran, hatinya telah berbalik-balik, sehingga kebenaran itu menjadi –menurutnya- sebuah kebatilan dan yang batil menjadi kebenaran ? ataukah orang yang mengetahui kebenaran, memprioritaskannya, terpengaruh olehnya, mengamalkannya, berjalan di atas jalan yang lurus dalam perkataan-perkataannya, amal-amalnya dan pada semua keadaannya ? (Taisir al-Karimi ar-Rahmani Fi tafsiri Kalami al-Mannaani, 1/877)
Bersambung, insya Allah.
Wallahu A’lam
Sumber :
Limaadzaa al-Istiqamah ?, Sya-I’ bin Muhammad al-Ghabaisyi. Dengan ringkasan.
Amar Abdullah bin Syakir
Artikel: www.hisbah.net
Ikuti update artikel kami di Hisbah.net
Youtube: MDH tv (Media Dakwah Hisbah )
Instagram: Hisbahnet dan Al Hisbah Bogor