Agenda Kegiatan Bersama Keluaga di Bulan Mulia

Soal :

Pertama-tama saya mengucapkan selamat kepada Anda dengan masuknya bulan Ramadhan yang mulia, dan saya berharap agar Allah menerima dari kami dan dari Anda amalan puasa dan shalat malam kita. Saya juga berharap dapat menyibukkan kesempatan ini untuk beribadah dan memperoleh pahala sedapat mungkin, sesuai dengan kesanggupanku.

Maka dari itu, saya berharap dari Anda agar berkenan memberikan kepadaku semacam agenda kegiatan yang cocok untukku dan untuk keluargaku sehingga kita dapat memanfaatkan secara optimal bulan kebaikan dan ketaatan ini.

Jawab :

Alhmadulillah, segala puji bagi Allah.

Semoga Allah menerima dari kita semuanya berupa perkataan dan perbuatan yang baik, dan semoga pula Allah mengaruniakan kepada kita keikhlasan saat berkesendirian dan saat bersama dengan orang lain.

Berikut ini adalah jadwal agenda kegiatan yang diusulkan bagi seorang muslim untuk dilakukan di bulan yang penuh berkah ini.

Harian seorang muslim di bulan Ramadhan :

Seorang muslim memulai harinya dengan sahur sebelum shalat Subuh. Dan, yang utama adalah ia mengakhirkan sahur sampai akhir waktu dari malam yang masih memungkinkan untuk sahur.



Kemudian, setelah itu, seorang muslim bersiap sebelum adzan untuk menunaikan shalat Subuh. Ia berwudhu di rumahnya, dan keluar ke masjid sebelum adzan. Lalu, ketika ia telah masuk masjid, segera mengerjakan shalat dua rakaat (tahiyyatul masjid), kemudian duduk dan menyibukkan diri dengan berdo’a, atau membaca al-Qur’an, atau berdzikir,  hingga sang muadzin mengumandangkan adzan, ia mengucapkan seperti yang diucapkan oleh sang muadzin dan mengucapkan apa yang datang dari Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-setelah selesai dikumandangkan adzan. Kemudian, setelah itu mengerjakan shalat dua rakaat (sebagai shalat sunnah rawatib sebelum shalat Subuh), kemudian menyibukan diri dengan dzikir, doa dan membaca al-Qur’an sampai dikumandangkan iqomah untuk shalat. Kala itu ia berada dalam shalat selagi ia menunggu untuk mengerjakan shalat berikutnya.

Setelah ia mengerjakan shalat (Subuh) berjama’ah, ia membaca dzikir-dzikir yang disyariatkan untuk dibaca selesai shalat. Kemudian setelah itu, jika ia suka untuk tetap duduk di masjid sampai matahari terbit menyibukan diri dengan dzikir dan membaca al-Qur’an, maka yang demikian itu adalah yang lebih utama, di mana hal itu yang biasa dilakukan Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-setelah shalat Subuh.



Kemudian, apabila matahari telah terbit dan telah meninggi dan telah lewat dari terbitnya sekitar ¼ jam, maka jika ia suka untuk mengerjakan shalat Dhuha (minimal dua rakaat), maka yang demikian itu baik. Dan jika ia suka untuk mengakhirkannya sampai akhir waktunya yang utama, yaitu, ketika tarmudhu al-fishal, yakni, ketika panas menyengat dan matahari meninggi, maka hal itu yang lebih utama.

Kemudian, jika ia suka untuk tidur (sebentar) agar siap untuk pergi ke tempat pekerjaannya, maka hendaknya ia meniatkan tidurnya tersebut agar kuat beribadah dan mengais rizki, hal tersebut agar dirinya diberikan pahala, insya Allah. Dan, hendaknya ia bersemangat untuk mempraktekan adab tidur secara syar’i berupa tindakan dan ucapan.

Kemudian, pergi bekerja. Bila waktu shalat Zhuhur telah tiba, segera pergi ke masjid, sebelum adzan atau langsung setelahnya, dan hendaknya sebelumnya ia telah bersiap diri untuk mengerjakan shalat. Lalu, ia shalat sebanyak empat rakaat dengan dua kali salam (sebagai shalat sunnah rawatib sebelum Zhuhur), kemudian menyibukkan diri dengan membaca al-Qur’an sampai iqomah untuk shalat dikumandangkan. Lalu, ia shalat bersama jama’ah, kemudian shalat dua rakaat (sebagai shalat sunnah rwatib setelah Zhuhur).

Kemudian, setelah shalat kembali untuk melanjutkan atau menyelesaikan pekerjaannya, sampai waktu pulang kerja. Lalu, bila telah selesai bekerja ternyata tersisa waktu yang cukup lama sampai datang waktu shalat Asar dan memungkin dirinya untuk beristirahat, maka hendaknya beristirahat sejenak. Dan jika waktu tidak mencukupi dan khawatir apabila tidur akan ketinggalan mengerjakan shalat Ashar, maka hendaknya ia menyibukan dirinya dengan sesuatu yang pas dengan keadaan dirinya sampai datang waktu shalat, seperti pergi ke pasar untuk membeli sesuatu yang dibutuhkan oleh keluarganya dan lain sebagainya. Atau, langsung pergi ke masjid begitu selesai dari kerjanya, dan tetap berada di masjid sampai mengerjakan shalat Ashar.



Kemudian, setelah Ashar hendaknya seseorang melihat kepada keadaannya. Lalu, jika memungkinkannya untuk tetap duduk di masjid dan menyibukkan diri dengan membaca al-Qur’an maka ini merupakan keuntungan yang besar. Dan jika seseorang merasa kelelahan, maka hendaknya ia beristirahat di waktu tersebut, agar siap nantinya untuk mengerjakan shalat tarawih di malam harinya.

Dan, sebelum adzan Maghrib hendaknya bersiap diri untuk berbuka. Hendaknya ia menyibukkan diri pada waktu-waktu ini dengan sesuatu yang bermanfaat baginya. Bisa dengan membaca al-Qur’an, atau doa, atau bercakap-cakap dengan sesuatu yang bermanfaat  bersama keluarga dan anak-anaknya.

Dan termasuk hal yang paling baik dalam mengisi waktu ini adalah ikut andil dalam memberikan hidangan buka puasa bagi orang-orang yang berpuasa. Baik dengan cara menghadirkan makanan untuk mereka, atau ikut serta membagi-bagikannya kepada mereka dan mengatur hal tersebut, oleh karena hal itu merupakan kelezatan yang besar yang tidak akan merasakannya kecuali orang yang telah mencobanya.

Kemudian, setelah berbuka, pergi untuk menunaikan shalat berjama’ah di masjid, dan setelah shalat (Maghrib) mengerjakan shalat dua rakaat (sebagai shalat sunnah rawatib setelah Maghrib), kemudian kembali ke rumah dan makan apa yang mudah didapatkan –dengan kadar tidak terlalu banyak-, kemudian bersemangat untuk mencari metode dan hal-hal yang bermanfaat yang akan dapat memenuhi waktu ini untuk dirinya dan keluarganya, seperti membaca buku cerita, atau buku tentang hukum-hukum yang bersifat praktis, atau melakukan perlombaan, atau memperbincangkan hal-hal yang mubah, atau ide dan gagasan-gagasan lainnya yang bermanfaat yang dapat mendorong jiwa untuk merindukannya dan akan dapat pula memalingkannya dari hal-hal yang diharamkan yang ditebarkan di media-media informasi , karena waktu ini tergolong waktu-waktu puncak bagi jiwa, Anda dapatkan pada waktu-waktu ini ditebarkan lebih banyak program acara yang memikat dan menimbulkan kerinduan dalam jiwa, meski pun tidak jarang di dalamnya berisikan kemungkaran yang besifat keyakinan dan akhlak dan perilaku. Maka, bersungguh-sungguhlah Anda wahai saudaraku dalam upaya memalingkan diri Anda dari hal-hal tersebut, dan bertakwalah kepada Allah terkait orang-orang yang berada di bawah kekuasaan Anda dimana Anda bakal ditanya tentangnya pada hari Kiamat. Maka, persiapkanlah jawaban untuk pertanyaan ini.

Kemudian, bersiaplah untuk mengerjakan shalat Isya, dan segeralah menuju ke masjid. Lalu, sibukkan diri Anda dengan membaca al-Qur’an, atau mendengarkan pelajaran yang ada di masjid. Kemudian setelah itu, tunaikan shalat Isya, kemudian shalatlah dua rakaat (sebagai shalat sunnah rawatib Isya) kemudian lakukan shalat tarawih di belakang imam dengan penuh kekhusyu’an, perenungan, dan janganlah Anda menyudahinya sebelum sang imam menyudahinya. Sesungguhnya Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-pernah bersabda,

” إِنَّهُ مَنْ قَامَ مَعَ الْإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ ” .

Sesungguhnya barang siapa shalat (tarawih) bersama imam sampai selesai, niscaya dituliskan baginya (pahala) shalat semalam suntuk. (HR. Abu Dawud 1370 dan yang lainnya, dan dishahihkan oleh al-Albani di dalam ‘shalat at-Tarawih’, hal. 15)

Kemudian buatlah acara setelah shalat tarawih yang cocok dengan keadaanmu dan berhubungan dengan pribadimu. Dan, hendaknya Anda memperhatikan beberapa hal berikut :

Jauh dari semua bentuk perkara yang diharamkan dan hal-hal yang akan mengantarakan kepadanya.

Perhatian terhadap menjauhkan anggota keluarga Anda dari terjatuh ke dalam sesuatu hal yang diharamkan atau sebab-sebabnya dengan cara yang bijak, seperti mempersiapkan acara kegiatan yang bersifat khusus untuk mereka, atau keluar untuk berdarmawisata di tempat-tempat yang mubah, atau menjauhkan mereka dari teman yang buruk dan mencarikan teman yang baik untuk mereka.

Hendaknya Anda menyibukan diri dengan hal-hal yang utama dari yang tidak utama.

Kemudian, berusahalah untuk dapat tidur dengan melakukan adab-adab tidur yang syar’i, yang bersifat tindakan dan yang berupa ucapan. Dan, bila sebelum tidur, Anda membaca beberapa ayat dari al-Qur’an atau beberapa lembar dari buku-buku yang bermanfaat, maka ini merupakan perkara yang baik, terlebih bila mana Anda belum menyelesaikan bacaan harian dari al-Qur’an. Maka, janganlah Anda tidur sampai Anda menyelesaikannya.

Kemudian, bangunlah Anda sebelum sahur sekadar waktu yang mencukupi untuk menyibukan diri dengan doa, karena waktu ini –sepertiga malam terakhir-merupakan waktu turunnya ilahi dan Allah telah memberikan sanjungan terhadap orang-orang yang beristighfar mememohon ampunan kepada-Nya pada waktu itu. Sebagaimana Dia telah menjanjikan adanya ijabah atas doa yang dipanjatkan oleh orang-orang yang berdoa pada waktu tersebut, dan adanya penerimaan taubat orang-orang yang bertaubat. Maka, janganlah Anda lewatkan begitu saja kesempatan nan agung ini.

Hari Jum’at :

Hari Jum’at adalah hari yang paling utama dalam seminggu, maka hendaknya untuk hari ini Anda memiliki agenda kegiatan khusus dalam hal ibadah dan ketaatan, dengan memperhatikan beberapa hal berikut ini :

Datang lebih awal ke shalat Jum’at

Tetap berada di masjid setelah shalat Asar dan menyibukkan diri dengan membaca al-Qur’an dan berdoa sampai waktu terakhir dari hari ini, karena sesungguhnya saat itu merupakan waktu yang sangat diharapkan akan diijabahinya doa.

Jadikan hari ini sebagai kesempatan untuk menyempurnakan sebagian pekerjaanmu yang belum Anda sempurnakan dalam rentang waktu seminggu, seperti menyempurnakan bacaan rutin mingguan dari al-Qur’an, atau menyempurnakan bacaan sebuah kitab, atau mendengarkan kajian, dan amal shaleh yang lainnya.

Sepuluh Terakhir :

Pada sepuluh malam terakhir ada lailatul qadar yang merupakan malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Karena itu, disyariatkan bagi seseorang untuk beri’tikaf pada sepuluh terakhir ini di masjid, seperti yang biasa dilakukan oleh Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- untuk mencari lailatul qadar. Maka, barang siapa yang dimudahkan untuk beri’tikaf pada sepuluh terakhir ini, maka hal itu merupakan karunia yang besar dari Allah.

Dan barang siapa yang tidak memiliki kemudahan untuk beri’tikaf pada sepuluh terakhir seluruhnya, maka hendaknya ia berusaha beri’tikaf pada sebagian dari sepuluh hari terakhir tersebut.

Dan jika tidak memiliki kemudahan  untuk beri’tikaf sama sekali, maka hendaknya ia bersungguh-sungguh untuk menghidupkan malamnya dengan beribadah dan amal ketaatan, berupa shalat, membaca al-Qur’an, dzikir, dan doa. Hendaknya ia mempersiapkan diri untuk melakukan hal-hal tersebut sejak siang harinya dengan mengistirahatkan fisiknya agar memungkinkannya untuk bergadang di malam harinya.

Perhatian :

Agenda kegiatan ini merupakan usulan. Masing-masing individu dapat menyesuikan dengan keadaan pribadinya.

**

Seorang muslim hendaknya bersungguh-sungguh dan bersemangat untuk menata waktunya di bulan yang penuh berkah ini, sehingga ia tidak kehilangan kesempatan dan peluang besar untuk menambah kebaikan dan amal shaleh. Misalkan, seseorang membeli kebutuhan keluarganya sebelum awal bulan. Begitu pula kebutuhan harian, diusahakan untuk dibeli pada waktu-waktu yang tidak terlalu ramai di pasar-pasar. Contoh yang lainnya, kunjungan-kunjungan pribadi dan keluarga hendaknya diatur, sehingga hal tersbut tidak menyibukan seseorang dari ibadah-ibadahnya.

Jadikanlah banyak beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah sebagai prioritasmu di bulan yang penuh berkah ini.

Kuatkanlah tekad sejak awal bulan untuk selalu pergi gasik (lebih awal) ke masjid di waktu-waktu shalat, mengkhatamkan al-Qur’an dengan membacanya, menjaga shalat malam dan infak semudah yang dapat dilakukan dari hartamu.

Manfaatkan sebaik mungkin kesempatan bulan Ramadhan untuk memperkuat hubunganmu dengan kitabullah, di antaranya dengan hal-hal berikut :

Memperbaiki bacaan ayat dengan cara membacakannya kepada seorang yang baik bacaannya. Jika tidak mungkin, maka dengan mengikuti bacaan qari-qari yang mutqin yang direkam dalam kaset.

Memuraja’ah kembali hafalan dan berupaya menambahnya.

Membaca tafsir ayat-ayat dibaca, dengan merujuk kepada kitab-kitab tafsir, seperti tafsir al-Baghawi, tafsir Ibnu Katsir, tafsir as-Sa’di, dll.

Berupaya untuk menerapkan perintah-perintah yang Anda baca di dalam kitabullah.

Kita mohon kepada Allah-عَزَّوَجَلَّ-agar menyempurnakan kepada kita nikmat mendapatkan bulan Ramadhan, dengan menyempurnakan puasanya dan qiyamullail-nya. Dan, semoga pula Allah-عَزَّوَجَلَّ- menerima amal kita dan mengampuni keteledoran kita. Amin

Wallahu A’lam

Sumber :

Jadwal Muqtarah Lil Muslim Fi Syahri Ramadhan, Muhammad Shaleh al-Munajid-حَفِظَهُ اللهُ. https://islamqa.info/ar/answers/26869/جدول-مقترح-للمسلم-في-شهر-رمضان.

Amar Abdullah bin Syakir

Artikel: www.hisbah.net
Ikuti update artikel kami di Hisbah.net
Youtube: MDH tv (Media Dakwah Hisbah )
Instagram: Hisbahnet dan Al Hisbah Bogor

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *